Selasa, 01 September 2009
TAUHID KUNCI TAZKIYATUN NAFS
“Dan demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya, Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dansesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”(QS Asy Syams: 7 – 10).
Bagi seorang muslim, ia harus berupaya menggapai masalah tazkiyatun nafs dari serangkaian ibadah yang dikerjakannya. Artinya, ibadah yang dilakukan jangan hanya menjadi gerak-gerak fisik yang kosong dari ruh keimanan dan taqarrub kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebaliknya, ibadah apapun yang kita kerjakan hendaknya juga bernuansa pembersihan jiwa. Dengan cara seperti inilah, insya Allah kita bisa mencapai keberuntungan. Ujar ustad syaifuraham dari dompet social insan mulia di program spirit of romadhon.
Tazkiyah, secara bahasa (harfiah) berarti Tathahhur, maksudnya bersuci, membersihkan menyejukan nafs berarti jiwa. Jadi tazkiyatun nafs berarti membrsihkan jiwa Dengan demikian, seseorang yang mengharapkan keridhaan Allah dan kebahagiaan abadi di hari akhir hendaknya benar-benar memberi perhatian khusus pada tazkiyatun nafs (penyucian jiwa). Ia harus berupaya agar jiwanya senantiasa berada dalam kondisi suci.
Kedatangan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ke dunia ini tak lain adalah untuk menyucikan jiwa manusia. Ini sangat terlihat jelas pada jiwa para sahabat antara sebelum memeluk Islam dan sesudahnya. Sebelum mengenal Al-Islam jiwa mereka dalam keadaan kotor oleh debu-debu syirik, ashabiyah (fanatisme suku), dendam, iri, dengki dan sebagainya. Namun begitu telah disibghah (diwarnai) oleh syariat Islam yang dibawa Rasulullah SAW, mereka menjadi bersih, bertauhid, ikhlas, sabar, ridha, zuhud dan sebagainya.dan namun banyak riwayat tauhidlah yang menjadi dasar untuk ber-tazkiyatun nafs.
Demikian pula masalah shaum (puasa). Hakekat puasa yang paling dalam berada pada aspek tazkiyah. Sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam: “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan minum”. (HR Al-Bukhari, Ahmad dan lainnya). Mari kita bertazkiyatun nafs apalagi ini di bulan penuh berkah, tutur ustad syaifurahman menutup bincang di hari ke-9 di bulan romadhon itu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
wah2 putrane sinten niku pak?? hahaha
BalasHapus