Ayo, Beternak Jangkrik
Dengan Metode Djoko
PRAKATA
Segala puji penulis panjatkan hanya kepada Allah, karena hanya
dengan rahmat-Nya penyusunan buku petunjuk praktis tentang beternak jangkrik ini
akhirnya dapat terselesaikan.
Buku praktis ini berisi pemaparan budidaya jangkrik dengan
menggunakan metode yang penulis beri nama penemunya yaitu “Metode Djoko” karena penulis kesulitan menemukan pustaka tentang
metode tersebut.
Metode tersebut ditemukan dan dikembangkan oleh Bapak Djoko
berdasarkan pengalamannya dalam menyikapi kenyataan bahwa harga jual panen
jangkrik di pasaran cenderung tidak tetap. Sebuah metode beternak jangkrik sebagai
suatu strategi dengan penaburan bibit atau penetasan telur berselang waktu lima hari. Berdasarkan
data dan fakta lapangan hal itu ternyata mampu mengatasi gagal usaha yang
disebabkan oleh naik turunnya harga jual panen jangkrik.
Sebagai sebuah peluang usaha yang potensial, jika ditekuni
beternak jangkrik dapat menjadi salah satu solusi pemecahan masalah
ketenagakerjaan.
Penulis menyadari kekurangsempurnaan penyusunan buku ini. Namun,
penulis berharap mudah-mudahan bermanfaat bagi siapa pun yang berminat sehingga
tidak mengalami gagal usaha . Amin.
Pekalongan, April 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul……………………………………………………………
i
Halaman Pengesahan……………………………………………………. ii
Abstrak…………………………………………………………………… iii
Prakata…………………………………………………………………… iv
Daftar
Isi…………………………………………………………………. v
Bab
I Pendahuluan……………………………………………………...... 1
A.
Latar Belakang
Masalah……………………………………… 1
B.
Rumusan
Masalah……………………………………………. 2
C.
Pembatasan Masalah……………………………………….… 2
D.
Tujuan
Penulisan…………………………………………..…. 2
E.
Manfaat
Penulisan…………………………………………..... 3
F.
Hipotesis…………………………………………………….... 3
Bab II Telaah
Pustaka…………………………………………………….. 4
A.
Sejarah Singkat………………………………………………... 4
B.
Jenis Jangkrik………………………………………………….. 4
C.
Persyaratan Lokasi………………………………………..…… 4
D.
Penyiapan Sarana dan
Persyaratan……………………………. 5
E.
Pembibitan…………………………………………………….. 5
F.
Pemeliharaan………………………………………………….. 7
G.
Hama dan Penyakit………….………………………………… 8
H.
Panen………………………….………………………………. 9
Bab III
Metode Penelitian………………………………………………... 10
A.
Lokasi Penelitian……………………………………………...
10
B.
Subjek Penelitian……………………………………………...
10
C.
Waktu Penelitian………………………………………………
10
D.
Teknik Pengumpulan Data……………………………………
10
E.
Pengolahan Data…………………………………………….. 11
IV
Pembahasan…………………………………………………………… 12
A.
Analisa Data………………………………………………….. 12
B.
Analisa Usaha………………………………………………….
13
C.
Hasil Rata-rata Panen………………………………………….
15
Baba V
Penutup…………………………………………………………… 18
A.
Simpulan……………………………………………………….
18
B.
Saran……………………………………………………………18
Daftar
Pustaka……………………………………………………………... 19
Lampiran-lampiran…………………………………………………………...21
BAB I
PENDAHULUAN
Tidak
seimbangnya jumlah lulusan dengan peluang kerja mengakibatkan banyaknya
pengangguran. Hal tersebut apabila tidak ada pemecahan tentu akan berdampak
negatif pada situasi keamanan suatu daerah. Dalam skala yang lebih luas,
situasi keamanan yang tidak kondusif akan menciptakan kerawanan-kerawanan
sosial antara lain : mabuk-mabukan, perkelahian, pencurian, perampokan, dan
perilaku negatif lainnya. Jika masalah tersebut tidak teratasi dapat mengganggu
stabilitas nasional.
Untuk mengatasi hal tersebut salah satunya dengan
menumbuhkembangkan jiwa wirausaha atau kemandirian berusaha pada setiap lulusan
sejak usia dini. Menciptakan sebuah peluang usaha tentu tidaklah mudah, karena
di samping dibutuhkan kreativitas dan ketekunan juga keberanian menanggung
resiko.
Salah satu peluang usaha yang sangat potensial adalah
budidaya jangkrik. Apalagi berdasarkan penelitian para pakar terhadap komposisi
kimia pada jangkrik, ditemukan bahwa di dalam tubuh jangkrik terkandung
berbagai senyawa bernilai gizi tinggi dan bernilai farmakologi yang cukup baik.
Jadi, jangkrik tidak hanya sebagai pakan burung dan ikan, tetapi juga sebagai
bahan baku
industri. Di samping itu, beternak jangkrik bukanlah sesuatu yang sulit
dilakukan. Semua orang bisa dengan mudah belajar beternak jangkrik.
Perkembangan budidaya jangkrik (Liogryllus
bimaculatus) di berbagai wilayah di Indonesia
dewasa ini skalanya cukup besar, begitu juga dengan seminar-seminar tentang
budidaya jangkrik yang banyak diadakan di berbagai kota. Budidaya jangkrik banyak dilakukan
mengingat waktu yang dibutuhkan untuk produksi telur yang akan diperdagangkan
hanya memerlukan waktu ± 2-4 minggu. Sedangkan untuk produksi jangkrik untuk
pakan ikan dan burung maupun untuk diambil tepungnya, hanya memerlukan 2- 3
bulan. Jangkrik betina mempunyai siklus hidup ± 3 bulan, sedangkan jantan
kurang dari 3 bulan. Dalam siklus hidupnya jangkrik betina mampu memproduksi
lebih dari 500 butir telur. http :
//infokebun.wordpress.com/2008/06/11/budidaya-jangkrik/
Hal-hal itulah yang menjadikan budidaya beternak
jangkrik sebagai salah satu usaha mandiri potensial untuk dikembangkan. Masalah
yang sering dihadapi para peternak adalah jatuhnya harga jual jangkrik saat
panen sehingga mengakibatkan kerugian/gagal usaha.
Dalam buku ini dikemukakan berdasarkan data dan fakta
lapangan, membandingkan antara peternak yang menggunakan metode penaburan bibit
terjadwal/berselang waktu lima
hari (metode Djoko) dengan yang
tidak atau asal beternak, ternyata peternak yang menggunakan metode penaburan
bibit terjadwal tidak mengalami gagal usaha meskipun harga jual panen jangkrik
naik turun. Dari sembilan peternak yang penulis teliti, hanya Bapak Djoko Dwi
Raharjo yang mampu bertahan dari tahun 2008 hingga sekarang.
BAB II
PERKANDANGAN
Sebelum melaksanakan
kegiatan budidaya beternak jangkrik yang perlu dipersiapkan adalah pembuatan kandang,
sedangkan kandang dalam beternak jangkrik ada 2 yaitu :
1.Kandang produksi / kandang perkawinan
2.Kandang pembesaran
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk mebuat kandang :
1.
kayu reng
2.
paku
3.
enternit ukuran 2 X 1 M
4.
lakban
1. Kandang Produksi /
Perkawinan
Ukuran kandang produksi untuk
mengawinkan induk jantan dan betina
adalah separuh ukuran kandang pembesaran, yaitu 1 X 1 X 0,5 m. Perbedaannya
pada kandang produksi dilengkapi dengan tutup dari kawat stremin supaya
sirkulasi udara tetap lancar, jika tidak diberi tutup jangkrik bisa melompat
terbang. Sedangkan dalam kandang diberi klaras/daun pisang kering bisa juga
daun jati kering atau daun tebu kering dengan ketebalan kurang lebih 25 – 30 cm
sebagai .
|
2. Kandang Pembesaran
Ukuran kandang sebetulnya tidak ada
yang baku,
karena disesuaikan dengan kebutuhan jumlah populasi jangkrik tiap kandang dan
luas ruang/pekarangan untuk beternak. Namun, agar tidak banyak bahan yang
terbuang ukuran kandang adalah 1 X 2 X 0,5 M. Untuk efisiensi ruang kandang
dapat dibuat bertingkat, dengan kandang bawah tinggi kaki 15 cm, sedangkan
kandang atas tinggi kaki 30 cm. (gambar 2)
Mengapa
menggunakan bahan enternit? Sebetulnya menggunakan triplek tidak masalah. Menggunakan
kardus bekas pun bisa. Bahan enternit dipilih karena lebih murah dan lebih
awet. Menurut pengalaman peternak jika perawatannya terjaga, kandang ini mampu
bertahan tiga tahun lebih.
Pada
dinding atas kandang bagian dalam dilapisi lakban bening keliling supaya
jangkrik tidak merayap keluar. Sedangkan untuk menghindari gangguan semut,
tikus, cecak, dan serangga lainnya maka pada keempat kaki kandang perlu diberi
mangkuk yang diisi oli bekas. Hal ini juga dimaksudkan untuk perawatan kayu
agar lebih awet. (gambar 3)
B. PEMBIBITAN ( PENETASAN
TELUR )
Setelah
kandang selesai dibuat maka dilanjutkan dengan pengisian bibit jangkrik. Hal
ini dapat ditempuh dengan membeli anakan jangkrik untuk dibesarkan. Namun,
tidak ekonomis. Langkah yang paling baik adalah membeli telur untuk ditetaskan.
Idealnya kandang dengan ukuran 1 X 2 X 0,5 M diisi telur jangkrik 1 – 2 ons.
Jika terlalu sedikit tidak efisien dalam pemeliharaan sedang jika terlalu padat
juga tidak baik untuk populasi kehidupan jangkrik. (gambar 4)
Telur
jangkrik ini terlebih dahulu dicampur dengan serbuk gergaji kemudian disemprot
air hingga merata basah. (gambar 5)
Dipilih serbuk gergaji karena tingkat kelembabannya lebih tinggi dibandingkan
pasir. Setelah itu dibungkus dengan kain katun, digantung di kandang dengan
tetap diperhatikan tingkat kebasahannya. (gambar
6) Jika terlalu kering disemprot air. (gambar
7) Dua hari kemudian tali ikatan dibuka dan telur diratakan di dalam
kandang dengan ketebalan kurang lebih 1 cm lalu ditutup dengan kain basah. (gambar 8) Setiap hari disemprot air
untuk menjaga tingkat kelembabannya.
|
||||
|
Sebelum
telur diratakan, kandang diberi klaras kering dari daun pisang yang telah
disobek-sobek/disuwiri. Hal ini berfungsi sebagai tempat persembunyian/rumah
jangkrik nantinya, daun pisang kering perlu disuwiri maksudnya supaya kotoran
jangkrik tidak menumpuk tetapi jatuh di dasar kandang.
Pada
hari ketiga telur sudah mulai menetas, biasanya akan menetas semua pada hari
kelima, paling lama tujuh hari. (gambar 9)
Prosentasi tingkat penetasan telur bergantung kualitas telur dan pemberian
pakan yang berkualitas pada induk jangkrik sebagai penentunya.
C. PERAWATAN (PEMBESARAN
JANGKRIK)
Jangkrik
yang baru menetas sampai umur 10 hari harus benar-benar diperhatikan dan
dikontrol makanannya, karena pertumbuhannya sangat pesat. Sehingga kalau
makanannya kurang, maka anakan jangkrik akan menjadi kanibal memakan anakan
yang lemah.
Pada
masa ini makanan yang diberikan adalah :
1.
… sampai dengan umur 3 hari
diberi makan utama daun cai sim.
2.
Umur 4 hari sampai dengan panen
( 25/30 hari ) diberi pakan tepung pelet puyuh dan pakan tambahan daun cai sim
atau daun pepaya.
Untuk menghemat biaya pembelian pelet puyuh (P) maka dapat dicampur
dengan bekatul giling (B) dengan perbandingan :
- umur 4 sampai dengan 10 hari, ( 1 : 1 )
- umur 11 sampai dengan 20 hari, ( 1 : 2 )
- umur 21 sampai panen, ( 1 : 3 )
harga pelet puyuh Rp 240.000,00/50 kg (pada April 2011), ongkos
membuat tepung pelet puyuh Rp 25.000,00, sedangkan harga bekatul giling Rp
2.500,00/kg.
Sebenarnya
jangkrik bisa diberi semua pakan organik. Namun, berdasarkan pengalaman
peternak pakan tambahan yang berupa kangkung, kol, bayam, kobis, kacang
hasilnya kurang baik karena jangkrik tidak kering/akas tetapi basah sehingga
tidak tahan lama bila diangkut dalam jarak jauh.
Pakan
tambahan terbaik adalah cai sim. Selain itu adalah wortel, waluh jipan, waluh
bokor, pepaya mentah, hanya kelemahannya membutuhkan waktu dan tenaga karena
bahan-bahan tersebut harus diris tipis-tipis dulu.
Sedapat
mungkin untuk pakan organik (hijauan) bekerja sama dengan para pedagang sayur
di pasar atau dengan kata lain mencari sampah pasar yang melimpah. Di samping
hemat, tentu saja membantu dinas terkait dalam penanganan sampah
(organik/hijauan) pasar.
Penting
untuk diperhatikan adalah menjaga kandang dalam keadaan tetap kering, sehingga
sisa-sisa pakan hijauan setiap harinya harus dibuang.
D. PANEN
Jangkrik
biasa dipanen pada umur 25 sampai dengan 30 hari, lebih dari itu akan
berpengaruh pada biaya pakan yang membengkak, sehingga akan mendapatkan
keuntungan tidak sesuai harapan.
Setiap
kandang ukuran 1 X 2 X 0,5 m dengan diberi bibit telur 1,5 ons apabila tingkat penetasannya
tinggi, kebersihan dan kelembaban kandang terjaga, dan pemberian pakan sesuai aturan (tidak
pernah terlambat/berkualitas), bisa menghasilkan 14 – 16 kg jangkrik.
Penting
juga menjalin hubungan yang baik dengan para pengepul/pembeli/pedagang jangkrik
sehingga terjadi kerjasama yang saling menguntungkan, karena bagaimanapun bagus
panen peternak pada akhirnya sangat ditentukan oleh harga jual di pasaran.
Sering terjadi peternak berhasill dalam produksi, tetapi gagal dalam penjualan
disebabkan oleh anjloknya harga jual, dan berlanjut pada gagal usaha/gulung
tikar.
E. STRATEGI ATAU SISTEM BETERNAK
Untuk
mengatasi harga jual panen yang tidak stabil atau naik turun, para peternak
perlu mengatur sistem beternak dengan memperhatikan jarak jangkrik dalam
bertelur. Jika jangkrik yang dijodohkan dalam kandang produksi cukup banyak,
maka panen telur dan penetasannya dapat dilakukan tiap tiga hari sekali. Namun,
apabila belum siap tenaga, kandang, dan pakan menggunakan jarak tiga hari
sekali sangat menyita waktu apalagi untuk peternak pemula. Maka lima hari sekali panen
telur dan penetasannya sudah cukup ideal. Sehingga dalam sebulan bisa enam kali
panen jangkrik secara berurutan.
Untuk
menyiasati naik turunnya harga jual panen jangkrik, para peternak idealnya
mempunyai enam kandang sebagai langkah awal beternak. Andaikata pada hari Senin
mulai menetaskan telur untuk satu kandang, lima hari kemudian dilanjutkan penetasan
telur untuk kandang kedua, dan seterusnya. Selanjutnya bisa ditingkatkan dua
kandang untuk penetasan yang pertama atau tiga kandang, sehingga jumlah kandang
yang dibutuhkan dua belas atau delapan belas.
F. PASCA PANEN
Setelah
selesai pemanenan maka tindakan yang harus dilakukan adalah segera membersihkan
kandang dari sisa-sisa, antara lain : pakan, kotoran, jangkrik yang tertinggal,
klaras/daun pisang kering, dll. Caranya dengan membalik kandang sehingga
sisa-sisa yang tertinggal tumpah. Jika masih belum bersih perlu disapu kemudian
dikocor air, setelah itu dijemur. Jangan sampai ada sisa-sisa panen yang
tertinggal sehingga membusuk. Hal ini akan berakibat tidak baik pada kualitas
pemeliharaan jangkrik/produksi selanjutnya.
Apabila
kebersihan kandang dan lingkungannya terjaga sedapat mungkin dihindari
penggunaan bahan-bahan kimia yang bertujuan mensterilkan kandang karena residu (desinfektan
maupun pestisida) pada dinding kandang bisa menyebabkan racun, atau dengan kata
lain dalam pemeliharaan budidaya beternak jangkrik ini benar-benar diusahakan ramah
lingkungan.
G. UNIT PRODUKSI
Jika
ingin menekuni usaha budidaya beternak jangkrik, maka tidak bisa bergantung
pada pembelian telur. Harus memproduksi telur sendiri. Caranya dengan
menyisihkan calon indukan saat panen. Yang perlu diperhatikan dan persiapkan :
1. INDUKAN
Adapun
ciri-ciri indukan (betina dan jantan) yang baik adalah sebagai berikut :
a. Indukan:
§
sungutnya (antena) masih
panjang dan lengkap.
§
kedua kaki belakangnya masih
lengkap.
§
bisa melompat dengan tangkas,
gesit, dan kelihatan sehat.
§
badan dan bulu jangkrik
berwarna hitam mengkilap.
§
pilihlah induk yang besar.
§
jangan memilih jangkrik yang
mengeluarkan zat cair dari mulut dan duburnya apabila dipegang.
b.
Induk jantan:
§
selalu mengeluarkan suara
mengerik.
§
permukaan sayap atau punggung
kasar dan bergelombang.
§
tidak mempunyai ovipositor di
ekor.
c.
Induk betina:
§
tidak mengerik.
§
permukaan punggung atau sayap
halus.
§
ada ovipositor di bawah ekor
untuk mengeluarkan telur.
2. MEDIA BERTELUR
Jangkrik
biasanya meletakkan telurnya di pasir atau tanah. Jadi di dalam kandang khusus
peneluran disiapkan media pasir yang dimasukkan di nampan plastik/piring kecil.
(gambar 10) Perbandingan antara
betina dan jantan 10 : 2, agar didapat telur yang daya tetasnya tinggi. Apabila
jangkrik sudah selesai bertelur sekitar 5 hari, maka telur dipisahkan dari
induknya agar tidak dimakan. (gambar 11)
Induk dapat memproduksi
telur yang daya tetasnya tinggi ± 80-90 % apabila diberikan makanan yang
bergizi tinggi. Setiap peternak mempunyai ramuan-ramuan yang khusus diberikan
pada induk jangkrik antara lain: bekatul jagung, ketan item, tepung ikan,
kuning telur bebek, kalk dan kadang-kadang ditambah dengan vitamin.
|
|||
|
|||
H. PENANGANAN TELUR
Telur
jangkrik dari kandang produksi dibersihkan terlebih dulu dengan cara dicuci
tiga kali bilas untuk menghilangkan kotoran dan sisa-sisa pakan. Alat yang
dibutuhkan :
- saringan kelapa dari bahan plastik ( lubang lembut)
- saringan kelapa dari seng/stainlis (lubang agak besar)
- ember kecil dan besar
Media
bertelur (pasir bercampur telur) dimasukkan saringan plastik dengan lobang
kecil lalu pelan-pelan dikocor air, (gambar
12 dan 13) maksudnya supaya pasir jatuh ke ember besar. Pasir ini nantinya
dicuci besih digunakan kembali sebagai media bertelur. Setelah kelihatan bersih
dipindahkan ke saringan stainlis dengan lobang agak besar sehingga yang jatuh
ke ember kecil adalah telur.(gambar 14)
Sedangkan yang tertinggal di saringan adalah kotoran, dipergunakan untuk
memupuk tanaman.
Selanjutnya
telur yang sudah dipisahkan dari pasir dan kotoran diratakan pada kain bersih
kemudian dibungkus dan diikat setelah itu digantung pada kandang (gambar 15, 16, dan 17).
|
||||
|
||||
|
|
||||||
|
|
||||||
BAB III
METODE
DJOKO
BAB IV
ANALISA
USAHA
A. Analisa Usaha
1.
Biaya-biaya
a. Biaya kandang : Rp 80.000,00 per kandang
b. Biaya pakan : Rp 75.000,00 per kandang
c. Biaya bibit : Rp 60.000,00 per kandang (1,5 ons
telur)
d. Pakan
tambahan berupa sayur-sayuran (sampah pasar) tidak membeli.
e. Waktu panen : 25 s.d. 30 hari setelah penetasan
2. Tabel Panen 1
Panen ke-
|
Jumlah kandang
|
Waktu panen
|
Jumlah panen (kg)
|
Harga per kg (Rp)
|
Jumlah ( Rp )
|
1
|
2
|
5 Januari 2011
|
27
|
15.000,00
|
405.000,00
|
2
|
2
|
10 Januari 2011
|
30
|
20.000,00
|
600.000,00
|
3
|
2
|
15 Januari 2011
|
34
|
22.500,00
|
765.000,00
|
4
|
2
|
20 Januari 2011
|
30
|
25.000,00
|
750.000,00
|
5
|
2
|
25 Januari 2011
|
34
|
25.000,00
|
850.000,00
|
6
|
2
|
30 Januari 2011
|
30
|
25.000,00
|
750.000,00
|
Jumlah
|
12
|
|
185
|
|
4.120.000,00
|
3. Tabel Panen 2
Panen ke-
|
Jumlah kandang
|
Waktu panen
|
Jumlah panen (kg)
|
Harga per kg (Rp)
|
Jumlah ( Rp )
|
1
|
2
|
4 Februari 2011
|
20
|
15.000,00
|
300.000,00
|
2
|
2
|
9 Februari 2011
|
25
|
15.000,00
|
375.000,00
|
3
|
2
|
14 Feb 2011
|
20
|
15.000,00
|
300.000,00
|
4
|
2
|
19 Feb 2011
|
25
|
25.000,00
|
625.000,00
|
5
|
2
|
24 Feb 2011
|
25
|
25.000,00
|
625.000,00
|
6
|
2
|
1 Maret 2011
|
25
|
25.000,00
|
625.000,00
|
Jumlah
|
12
|
|
140
|
|
2.850.000,00
|
4. Tabel Panen 3
Panen ke-
|
Jumlah kandang
|
Waktu panen
|
Jumlah panen (kg)
|
Harga per kg (Rp)
|
Jumlah ( Rp )
|
1
|
2
|
6 Maret 2011
|
20
|
15.000,00
|
300.000,00
|
2
|
2
|
11 Maret 2011
|
20
|
15.000,00
|
300.000,00
|
3
|
2
|
16 Maret 2011
|
20
|
15.000,00
|
300.000,00
|
4
|
2
|
21 Maret 2011
|
20
|
25.000,00
|
500.000,00
|
5
|
2
|
26 Maret 2011
|
20
|
25.000,00
|
500.000,00
|
6
|
2
|
31 Maret 2011
|
20
|
25.000,00
|
500.000,00
|
Jumlah
|
12
|
|
120
|
|
2.400.000,00
|
( sumber Bapak Djoko Dwi Raharjo, S. Pd. )
B. Hasil Rata-rata Panen
1. Berdasarkan
tabel 1 bulan Januari 2011
Total penghasilan = Rp
4.120.000,00
Biaya-biaya : = Rp
1.716.000,00
1.
a. Penyusutan kandang (12 x Rp
80.000,00) : 10 = Rp 96.000,00
b. Biaya pakan 12 x Rp 75.000,00 =
Rp 900.000,00
c. Biaya bibit 12 x Rp 60.000,00 =
Rp 720.000,00
Hasil
Laba = Rp 2.404.000,00
2. Berdasarkan tabel 2
bulan Februari 2011
Total penghasilan = Rp
2.850.000,00
Biaya-biaya :
= Rp 1.716.000,00
a.
Penyusutan kandang (12 x Rp 80.000,00) : 10 = Rp 96.000,00
b.
Biaya pakan 12 x Rp 75.000,00 =
Rp 900.000,00
c.
Biaya bibit 12 x Rp 60.000,00 =
Rp 720.000,00
Hasil
Laba = Rp 1.134.000,00
3. Berdasarkan tabel 3 bulan Maret 2011
Total penghasilan = Rp 2.400.000,00
Biaya-biaya :
= Rp 1.716.000,00
2.
a. Penyusutan kandang (12 x Rp
80.000,00) : 10 = Rp 96.000,00
b.
Biaya pakan 12 x Rp 75.000,00 =
Rp 900.000,00
c. Biaya bibit 12 x Rp
60.000,00 = Rp
720.000,00
Hasil
Laba = Rp 684.000,00
BAB III
PENUTUP
Demikianlah
Biodata Penulis
1. Nama : Sugeng Isdiyanto
2. Tempat/Tgl
Lahir : Solo, 2 Februari 1963
3.
Pekerjaan : Guru SMP 7
Pekalongan
4. Alamat
Kantor : Jl. Seruni 59 Telepon (0285)421259
Pekalongan
5. Prestasi :
5.1. Juara II Lomba
Menulis Naskah Drama/Teater Anak Dinas P & K
Jawa Tengah 2000
5.2. Juara Harapan Lomba
Menulis Naskah Drama Jawa Dinas P & K
Jawa Tenah 2007
5.3. Penata artistik
terbaik Festival Teater Kota Pekalongan 1993
5.4. Sutradara terbaik
Festival Teater Kota Pekalongan 1993
5.5. Menyusun Bersama
Antologi 101 Puisi Tentang Kota
Pekalongan
5.6. Menyusun Bersama
Antologi Puisi Kidung Alas Roban 3
5.7. Menyusun Bersama 102
Seloroh / Naskah Humor Pekalongan
5.8. Menyusun Naskah Drama
Indonesia
Emak
5.9. Menyusun Naskah Drama
Jawa Wanita Kang Prakosa
5.10. Menyusun Naskah Drama
Jawa Wurung
5.11. Menyusun Naskah Drama Indonesia
Edan
5.12. Menyusun Naskah Drama
Jawa Wuyung
5.13. Menyusun Bersama
Antologi Puisi 105 Kota
Pekalongan, 2011
6. Kegiatan
lain-lain : 1. Sekum Dewan Kesenian
Kota Pekalongan
2. Aktivis Persampahan
3. Penulis lagu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu berguna bagiku......