Kamis, 13 Desember 2018

Kegiatan belajar kelasku mulai tergoyahkan karena adanya latihan ketat menyambut hari dimana aku akan menunjukan kemampuanku


Nama.      :  Muhammad Fahriza Adi Nugraha
Kelas.       :  XII MIPA 4
No.           :  21
Suka Duka ku bersama PROCTION

    PROCTION adalah sebuah acara yang diselenggarakan oleh SMA Negeri 3 Pekalongan. Dalam arti luas, PROCTION ini merupakan judul dan tema yang diusung oleh segenap panitia yang telah direncanakan dan dipertimbangkan sebelumnya. Sebelum saya mengupas tentang PROCTION , saya memiliki segudang pengalaman yang didalamnya dapat dipetik hikmah pembelajaran hidup. Acara ini merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh panitia kelas 12 dan diikuti oleh kelas 12 juga guna melengkapi nilai praktek Seni Budaya yang di pertanggungjawabkan oleh Bapak Saipul. Tak hanya semata-mata mencari nilai prakteknya, namun dalam acara ini di harapkan para siswa dan siswi yang akan melaksanakan ujian ini dapat memetik sebuah pelajaran atau hikmah dari pengalaman tersebut. Jauh-jauh hari Bapak Pembina sekaligus guru mapel Seni Budaya, Pak Saipul telah menginformasikan acara tersebut dan diwanti-diwanti kalau kelas 12 akan melaksanakan sebuah pagelaran seperti tahun-tahun sebelumnya.Tentu saja hal tersebut membuat ku meragukan kemampuanku, mengingat aku tidak begitu ahli menjalani ini semua. Pikiran negatif itu terus menghantui ku.
   Hari berganti hari, aku mulai berpikir bahwa Pagelaran itu akan membuang tenaga saja dan pasti nya akan menguras banyak waktu. Sejak saat itu, pikiran tersebut membuat ku seakan terbengkalai dari semua kegiatan untuk menuju penampilan Pagelaran. Kemudian suatu hari, aku mendengar dari teman - temanku, kalau Pagelaran nanti akan mengundang bintang tamu atau GS. Dari hal tersebut mulai membuatku kembali bersemangat, mengingat aku sangat ingin sekali sekolahku mengundang artis dan tidak kalah dengan sekolah sebelah. Oleh karena itu sejak saat itu, aku mempunyai prinsip akan memeriahkan acara ini dengan menyajikan sebuah penampilan yang rapih dan semaksimal kemampuanku nanti.
   Kemudian tepat 1 bulan setelah mendengar Pak Syaiful menginformasikan Pagelaran benar benar akan dilaksanakandan meminta kami untuk sesegera mungkin mempersiapkannya. Kelas ku pun mulai membentuk beberapa rangkaian panitia yang nantinya akan membuat sebuah kepengurusan sebagai penunjang Pagelaran kami nanti. Setelah susunan kepanitiaan telah ditetapkan, kami pun mulai mencari referensi sebagai bahan mentah untuk nantinya kelas ku akan menampilkan apa. Setelah itu para panitia pun mengadakan sebuah rapat yang menyatakan bahwa kelasku mendapat jatah legenda Sulawesi. Sejak saat itu, saya pun mulai mencari sedikit referensi cerita dari Sulawesi tersebut. Akhirnya kami pun menemukan sebuah cerita yang dirasa cocok untuk Pagelaran kami, namun itu hanya sebagai bahan dasar untuk kami memulai sebuah pertemuan untuk membahas Pagelaran ini.
   Kemudian pada hari Rabu saat itu, kami diminta Pak Syaiful untuk mencari pelatih yang nantinya akan memudahkan kami menentukan dan menunjang proses praktek kelas saya. Setelah hal itu disampaikan, kelas ku pun mulai sedikit demi sedikit mencari beberapa sumber pelatih yang telah melatih Pagelaran tahun kemarin, dan sampai akhir nya kami menentukan pelatih yang dirasa kelas ku mampu dan cukup berkualitas untuk melatih kelas ku. Nama Mas Sidik muncul di pikiran kami untuk melatih kelasku. Tepatnya pada hati Minggu, perwakilan kelasku telah membuat perjanjian untuk bertemu dengan Mas Sidik tersebut untuk menanyakan sekaligus bernegosiasi membahas pelatihan Pagelaran di Smaga. Setelah pertemuan itu, perwakilan kelasku itu menginformasikan kepada teman-temanku mengenai harga, liat kebutuhan , dan beberapa pertimbangan telah kami pikirkan, akhirnya kami pun voting dan mendapatkan kata sepakat untuk dilatih Mas Sidik. Walaupun latihan harga yang harus kelas kami cukup mahal, namun hal tersebut tidak mengurungkan niat ku untuk dapat bersaing dengan kelas lain yang memiliki beberapa sudut pandangan tim artistik atau pelatih dari kelas lain. Pad saat itu, aku berpikir bahwa seorang tim artis tidak terlalu mengambil andil besar dalam penampilan ku nanti, akan tetapi yang sangat menentukan hanyalah kami yang akan melaksanakan praktek sendiri. Dengan kata lain, keyakinan tersebut semakin membuat ku percaya diri untuk menampilkan sebuah pagelaran yang luar biasa.
   Dibalik latar belakang pelatih kami yang terdengar lebih berkualitas, terdapat hal negatif yang sangat dapat aku rasakan kerugiannya. Yaitu bahwa pelatihku ini didamping sibuk sana sini, ternyata juga memegang pelatihan dibawah 2 kelas lainnya. Sejak saat itu aku berpikir bahwa apakah ini yang dinamakan profesional? Karena hal tersebut semakin membuatku jengkel. Terlebih lagi kesepakatan yang telah kami buat untuk pertama kalinya kami membahas Pagelaran kelasku, beliau dengan mudah membatalkan karena banyak acara. Jujur saja dalam benakku, aku ingin sekali protes namun apa daya aku hanyalah orang biasa dan tak punya jabatan untuk menegurnya. Akhirnya yang bisa ku lakukan hanya duduk terdiam bagaikan harimau yang tersulut lakban. Ternyata tak hanya aku yang merasakan hal tersebut, namun temanku juga banyak yang merasa dirugikan oleh sistem kerja beliau. Akhirnya pada hari yang telah ditentukan hari Sabtu, kami berhasil membuat pertemuan meskipun sangat sulit untuk membuat perjanjian tersebut. Awal pertemuan kami adalah pertemuan yang menegangkan karena langsung dapat berkomunikasi tatap muka dengan pelatih itu. Tak disangka dalam hatiku, aku sangat nyaman dengan jalan pemikiran Mas Sidik. Tak disangka bahwa beliau memiliki sudut pandangan yang luas dan sangat pintar membuat ku dan teman teman ku seakan terpanah oleh topik pembicaraannya.
   Kemudian esok hari, kami mengadakan pertemuan kembali untuk membahas materi selanjutnya. Ternyata teks monolog dan dialog pementasan telah dibuatkan oleh pelatih kami, dan pada saat itu dalam pikiranku belum paham sekali dengan jalan cerita yang akan ditampilkan. Pada hari itu juga ditentukan peran yang akan mengisi tokoh nanti, pada saat itu aku awalnya dipilih sebagai tokoh raja lego yang karakteristiknya jahat dan kejam. Namun, pada hari berikutnya adalah tes suara untuk mencari orang yang pas untuk menjadi peran Baginda Raja, dan pada saat aku mencoba untuk mempraktekan tak disangka suaraku yang terpilih mengisi peran tersebut. Awalnya aku ragu untuk mengambil peran tersebut, karena sebenarnya aku bukanlah orang yang mampu berakting dengan bagus. Namun aku diyakinkan oleh orang tua saya untuk dapat percaya diri dan bisa menampilkan sesuai apa yang telah aku miliki. Cerita yang akan dibawakan oleh kelas ku berjudul "Legenda Pangeran Lidah Hitam". Hari demi hari pertemuan berikutnya, kami hanya membahas record atau rekaman Pagelaran kelas kami. Namun perlu kita mengerti membuat record itu gampang-gampang sulit, tantangan yang harus kami lewati ialah mencari waktu luang dan membuat janji itu susah serta masalah kelengkapan pun jadi halangan yang sering terjadi.
   Kemudian 1 bulan berlalu, aku pun mulai merasakan kejenuhan dimana pada saat itu kelasku digantungkan oleh proses rekaman pelatih. Karena belum juga selesai meskipun hari h tinggal 2 bulan lagi. Hati yang dulu menjengkelkan mulai timbul kembali dan rasa kurang percaya diri mulai datang kembali. Aku harus bagaimana untuk mengatasi ini, karena kelasku seakan terkunci dan tak dapat bergerak apapun slmelainkan mendapat instruksi lanjutan dari pelatih. Dalam benakku aku ingin sekali kelasku latihan sendiri dan walaupun dalam penampilan nanti tidak terlalu bagus di mata para penonton namun itulah hasil karya kelasku sendiri murni dan segala proses yang kami lewati. Aku merasakan proses yang seharusnya kelasku terima dari event Pagelaran ini, namun sayangnya seperti belum menemukan titik temu nya. Keesokan harinya kamipun terpaksa untuk menanggapi dan membahas secara serius permasalahan Pagelaran di dalam kelas bahkan pada saat jamkos kami bela-belakan untuk memikirkan Pagelaran meskipun nantinya semua akan dibebankan pada pelatih kami. Kelasku ini sebenarnya ingin mandiri. Namun hanya saja ada beberapa orang yang tidak sesuai dengan jalan pemikiran ku, aku menyadari pemikiran tiap orang berbeda dan tak bisa diganggu gugat. Maka dari itu, hal tersebutlah yang menjadi tantangan sekaligus hambatan bagi kami untuk berkembang. Namun pada suatu saat kami telah menemukan kata sepakat untuk membuat sebuah peraturan dalam rangka mengharap kehadiran yang lengkap pada saat pertemuan diantaranya adanya denda yang nominalnya cukup menguras uang saku ku ini.
   Kemudian suatu hari, pelatih membawakan seorang ahli gerakan tari untuk mengajari kami menari . Dan kebetulan kami hanya diajarkan tari closing , yang ternyata gerakannya cukup unik namun sulit karena pertama kali kami melihat tarian dari Sulawesi tersebut. Dulu itu tepatnya 1 bukan sebelum Pagelaran, kelas kami meminta untuk ngebut karena kelasku sudah pasti ketinggalan dengan kelas lain yang sudah mempersiapkan properti dan segala macamnya. Rasa gugup pun timbul dalam diriku, namun aku hanya bantahan saja hal tersebut agar nantinya aku tak salah arah.
   Hari berganti hari , tepatnya pada hari Minggu saat itu proses perekaman sudah jadi. Aku pun senang dan pada sore harinya kelasku mulai berlatih menggunakan rekaman tersebut. Tak disangka suaraku dalam record tersebut agak berbeda lebih berat dan seksi. Pertama kali aku medengarkan rekaman itu , pendengaran ku serasa terperana serta Backsound yang amat sesuai dengan suasana kala itu. Pada hari Minggu sore tersebut suasana nya sedang mendung seakan langit akan turun hujan. Suasana itu mendukung semua orang di pendopo kala itu karena suasana lebih kalem dan terasa seperti mengenang masa lalu kenangan waktu dulu.
   Ketika 1 Minggu sebelum hari h, kegiatan belajar kelasku mulai tergoyahkan karena adanya latihan ketat menyambut hari dimana aku akan menunjukan kemampuanku. Namun hal tersebut malah membuatku bahagia karena kita tahu sendiri bahwa jamkos itu ialah suasana dimana kami lebih bebas dan terasa lebih leluasa. Namun semakin mendekati hari h, diriku semakin merasa gemetar dan kami pun diyakinkan oleh pelatih untuk tampil lebih lepas dan lebih ekspresif semaksimal mungkin.
   Sebelum keesokan harinya ialah hari kami tampil, beberapa temanku dan termasuk aku sendiri menginap di kediaman teman saya guna lebih mudah kumpul dan pemberangkatannya. Dalam penginapan tersebut ada sedikit cerita yang tak bisa ku lupakan. Jadi saat malam hari kami menginap, kami tidur hanya 3 jam karena aku sendiri tak bisa tidur lebih dulu karena memikirkan penampilan besok. Pada saat melewati waktu dini hari sekitar jam 01.00 aku dan teman saya sedang bercerita tentang kehebohan nanti ketika di panggung dan sedikit bercerita tentang kisah kasih di Smaga. Kami bercanda gurau namun tidak terlalu keras, karena masih ada yang sudah terlelap tidur. Akhirnya aku pun tak kuat menahan rasa kantuk dan tertidur kurang lebih 3 jam. Tepat jam 4 pagi, kami pun terbangun dan melakukan segala persiapan dan berangkat ke sekolah untuk menjalani proses make up dan briefing terakhir.Sebelum pementasan dimulai, telah diadakan parade dari perwakilan siswa siswi peserta Pagelaran tersebut. Aku terpilih menjadi perwakilan kelasku dan aku menampilkan apa adanya sesuai kemampuan dan aksesoris yang aku pakai. Aku sangat kaget sekaligus bahagia karena dihadapan ku sudah ada ibu ku bersama ibu temanku yang telah menunggu ku tampil di depan panggung. Setelah sekian lama kamienunggu tepat pukul 08.00 kami tampil dengan urutan kedua setelah kelas Mipa 2. Pada saat itu aku mengalami kendala bahwa aku mengalami grogi panggung yang biasanya aku rasakan ketika aku akan lomba. Namun hal tersebut telah aku atasi menjadi sebuah kepercayaan diriku yang membara karena penampilan ini yang menjadi bukti selama proses latihan kami. Waktu dimana giliranku masuk ke panggung pun tiba, aku dengan gagah berani masuk kedalam panggung dengan merasa tidak ada apa apa sehingga aku tidak merasa grogi lagi. Seluruh kemampuanku aku curahkan dan ukuran keringan telah tumpah dari pori-pori tubuhku, alhamdulillah make up yang ada di wajahku tidak luntur. Apa jadinya nanti kalau make di wajahku ini jadi luntur, pasti akan sangat memalukan terlebih lagi ada orang tuaku yang menonton dan banyak orang yang menyaksikan penampilan kami. Akhirnya penampilan kelas kami pun selesai dengan mulus sesuai rencana. Aku sangat senang sekali karena selama proses latihan berbeda dengan saat penampilan tadi, bedanya agak lebih tertata rapih dan acting lebih ekspresif menurutku walaupun ada beberapa yang agak kurang pas. Namun kendala yang dihadapi kelasku ini ialah properti yang tidak kuat menahan terpaan angin kencang sehingga mudah sekali terjatuh. Namun hal tersebut tidak membuat semangat dan konsentrasi kami pecah dan tak dapat mengurangi kreatifitas kami dalam berekspresi.
   Sangat spesial sekali, setelah kami Pagelaran malam harinya diadakan konser yang di bintang tamui oleh Fourtwenty dari band indie yang tak lama ini menjadi sosok primadona dalam lingkup Smaga. Seusai kepulangan ku dari konser tersebut rombonganku mampir ke angkringan guna merilekskan sejenak kepenatan yang ada pada diri saya sekaligus temanku. Sepulang dari itu semua aku sangat merindukan dan ingin sekali hal tersebut diulang kembali sebagai bukti sejarah bahwa diriku mampu menunjukan apa yang dulunya tak bisa ku wujudkan. Serta di dunia ini tak ada yang tak mungkin selama siapapun itu berusaha dengan kerja keras. Aku berharap semoga pagelran selanjutnya akan lebih meriah lagi sehingga selain membanggakan ruang lingkup Smaga, melainkan dapat dibanggakan dan kemampuannya dilirik oleh sekolah lain agar menjadi pertimbangan bahwa sekolah SMA Negeri 3 Pekalongan ialah sekolah yang kreatif dan mampu mencetak para insannya menjadi seseorang yang mampu bertanggung jawab dan menyelesaikan masalah dengan jalan yang baik dan benar. Sekian cerita dari saya, Terima Kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarmu berguna bagiku......

Powered By Blogger

Ayo Gabung di Sini !!

Arsip Blog