Senin, 06 Januari 2014

KESENAN SANDUL Part_1


KESENIAN SANDOL
DESA CANDIGARON KECAMATAN SUMOWONO
KABUPATEN SEMARANG

  Kesenian merupakan salah satu unsur penyangga kebudayaan. Bangsa Indonesia memiliki berbagai corak ragam hasil kesenian yang tersebar di seluruh pelosok tanah air sebagai warisan budaya nenek moyang. Hasil kesenian itu mencakup berbagai jenis antara lain : seni rupa,  seni musik, seni tari, seni sastra,  dan seni drama. Kesenian yang dimiliki bangsa Indonesia mempunyai kedudukan penting dalam masyarakat, baik bagi kelompok maupun individu. Kesenian tradisi merupakan suatu kerja kreatif yang tidak sekedar mengedepankan unsur hiburan atau produk fisik kebudayaan semata, namun lebih diartikan sebagai sutau penanda atau produk fisik kebudayaan daerah. Kesenian tradisi merekam dan menjelaskan ulang problem-problem lokal dan cirinya masing-masing dan berujung pada suatu upaya penggalian nilai-nilai etis atau kearifan lokal.
Setiap daerah di Indonesia mempunyai kesenian dengan ciri-ciri khusus yang berfungsi menunjukkan sifat-sifat etnik daerahnya. Jawa Tengah kaya akan jenis kesenian tradisi yang tersebar di seluruh pelosok desa yang memiliki corak dan ciri yang berbeda sesuai dengan kondisi sosial budaya daerah masing-masing.
Diantaranya adalah kesenian sandol dari desa candi garon kecamatan sumowono kabupaten Ungaran. Tujuan KKL Program Magister Pendidikan Seni S2 UNNES  ini antara lain menggalakkan kesenian Sandol yang hampir punah, dimana kesenian rakyat ini merupakan pitutur yang menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar. terdapat beberapa pembabakan cerita yang disajikan dalam kesenian rakyat ini, yaitu;  
1).   Badut mendung (cerita yang menggambarkan kondisi cuaca dengan arah mata angin dalam konsep macapat jawa/dewana wasanga).
2).   Badut Pikat (cerita yang menggambarkan realitas alam dan kandungan alam)
3).   Badut Sunthi (cerita yang menggambarkan kehidupan berkeluarga dalam tatanan budaya jawa)
4).   Badut Sawahan (cerita yang menggambarkan proses bercocok tanam padi sampai masa panen)
            Dalam pembabagan tersebut terdapat makna yang tersirat oleh beberapa pitutur yang didialogkan antara pemain dan dalang yang bertugas sebagai pengatur dialog yang secara tidak langsung terjadi unsur-unsur tanda dari perpaduan latar belakang panggung (background) dan jalannya cerita sandol. Berikut ini beberapa realitas yang tertagkap oleh penulis pada kesenian sandol desa Candigaron Kecamatan Sumowono Kabupaten Ungaran terkait dengan unsur Rupa;
1.      Latar belakang Pementasan (background)
      






 
Gambar 1. Pemandangan alam pedesaan dan  latar dalam rumah pedesaan
            Tema yang di usung oleh kesenian sandol  merupakan ungkapan kehidupan masyarakat pada umumnya termasuk ungkapan dialog, canda  dan kehidupan keluarga terangkum dalam lingkungan masyarakat pedesaan hal ini menjadi faktor terpilihnya lukisan pemandangan alam pedesaan dengan hamparan persawahan dan gunung sebagai latar sebagai ciri khas suasana alam pedesaan serta setting rumah kampung terbuat dari bambu yang menguatkan citra pedesaan sebagai latar cerita kesenian tersebut.
2. Pembabagan dari kesenian sandol Candigaron.
a. Badut mendung






Gambar 2. Penari menggelar kacu (sapu-tangan)

             Badut mendung terdiri dari  1 orang penari dengan kostum lengkap; irah-irahan, baju rompi, sabuk cinde, celana panjen, kalung kace, post deker, epek timang, bara, samir, kancut, selendang/sampur. Cerita dibalik badut mendung adalah tarian rakyat dalam rangka meminta hujan kepada Tuhan dan alam semesta.
Gerakan tangan penari yang memegang kedua ujung sapu-tangan memberikan makna membacakan pembabagan, sapu tangan sebagai simbol kitab suci sebagai panutan manusia dalam menjalankan semua aktifitas kehidupannya.
  
Gambar 3. Penari menggelar kacu (sapu-tangan) sambil setengah jongkok serta meliukkan tubuhnya ke kanan dan kekiri
Gerakan tangan penari yang memegang kedua ujung sapu-tangan sambil setengah jongkok serta meliukkan tubuhnya ke kanan dan kekiri memberikan makna dimulainya perjalanan kehidupan yang harus dilakukan oleh setiap mahluk hidup yang berada di alam semesta.
Gerakan tarian  pembabagan badut mendung dilakukan secara repetitif hanya dengan menggerakkan tubuh sambil memegang kacu sehingga gerakan tersebut menjadi monotone, tidak berkembang dan cenderung membosankan, terdapat 4 gerakan dasar dalam pembabagan badut mendung ini, penari dalam meliukkan badannya menghadap ke empat penjuru arah mata angin barat, utara, timur, selatan yang dimaknai sebagai penghormatan terhadap kekuatan alam tempat masyarakat menggantungkan hidup. Simpulan penulis terdapat pesan filosofis dalam adegan badut mendung  yaitu manusia dan alam harus hidup saling berdampingan sebagai sebuah harmoni yang saling membutuhkan.


b. Badut Pikat








Gambar 4. Penari mengambil posisi masuk adegan pembabagan badut mikat

Badut mikat terdiri dari satu orang penari yang diperankan oleh laki-laki dengan kostum lengkap dengan irah-irahan, baju rompi, sabuk cinde, celana panjen, kalung kace, post deker, epek timang, bara, samir, kancut, selendang/sampur. Cerita di balik tarian dari badut mikat adalah perwujudan dari seekor burung, Semua perwujudan dari burung tersebut sebenarnya memiliki arti tersendiri yakni perwujudan dari sang matahari yang menghadap ke timur (ngetan dalam istilah jawa) adalah arah terbitnya matahari yang bisa digambarkan dengan warna putih, dengan rangkaian tarian menghadap ngetan, digambarkan dengan perwujudan burung kuntul, dan dalam penanggalan jawa masuk ke (legi). Kemudian untuk arah ngidul matahari tepat diatas sehingga kondisi langit sedang berada pada titik panas tertinggi, oleh karena itu di gambarkan dengan warna merah dan perwujudan dari burung wulung, serta dalam penanggalan jawa masuk ke (paing). Ngadep ngulon berarti posisi matahari terbenam sehingga warna yang digunakan adalah warna kuning, perwujudannya adalah seekor burung pudang, dan dalam penanggalan jawa masuk ke (pon). Untuk arah ngalor, diwujudkan dengan gambaran burung gagak karena posisi matahari tepat sudah terbenam dan kondisi yang petang, warna yang mewakilinya adalah hitam, dan dalam penanggalan jawa masuk ke (wage), yang terakhir arah tengah, arah tengah  dalam penanggalan jawa masuk ke (kliwon). Warna yang ada adalah warna campuran, semua warna bisa digunakan, dengan perwujudaan burung blorok. Arah tengah di sini dimaksud adalah perwujudan dari bumi, dibumi ada berbagai macam warna dan isinya, sehingga warna yang digunakan warna campuran.
Penari posisi jongkok dengan kaki kanan ditekuk rata tanah menahan tubuh serta pergelangan tangan kiri di taruh diatas tungkai kaki sebelah kiri berbeda dengan pembukaan gerakan pada sesi badut mendung di badut mikat ini penari bergerak lebih bebas seakan tidak ada pakem gerakan, sehingga penari hanya bergerak sesuai irama ketukan musik yang dimainkan tetapi jika di iamati secara seksama penulis menemukan persamaan pemaknaan yang terkait dengan simbol kacu yang menggambarkan kitab suci atau semacam buku panduan dalam menjalani hidup terdapat pula dalam gerakan badut mikat yang digantikan dengan posisi telapak tangan kanan yang membuka pada saat awal pembabagan dimulai dengan posisi kepala penari sesekali di geleng melihat ke arah telapak tangan kiri tersebut, sehingga penulis berasumsi bahwa masih ada semacam keterkaitan gerakan yang di-review (putar ulang) dari pembabagan badut mendung .






Gambar 5. Penari melakukan dialog dengan dalang

Cerita badut mikat adalah perwujudan dari seekor burung, Semua perwujudan dari burung tersebut sebenarnya memiliki arti tersendiri yakni perwujudan dari sang matahari yang menghadap ke timur (ngetan dalam istilah jawa) adalah arah terbitnya matahari yang bisa digambarkan dengan warna putih, dengan rangkaian tarian menghadap ngetan, digambarkan dengan perwujudan burung Kuntul, dan dalam penanggalan jawa masuk ke (legi). Kemudian untuk arah ngidul (selatan) matahari tepat diatas sehingga kondisi langit sedang berada pada titik panas tertinggi, oleh karena itu di gambarkan dengan warna merah dan perwujudan dari burung Wulung, serta dalam penanggalan jawa masuk ke (pahing). Ngadep ngulon berarti posisi matahari terbenam sehingga warna yang digunakan adalah warna kuning, perwujudannya adalah seekor burung Podang, dan dalam penanggalan jawa masuk ke (Pon). Untuk arah ngalor (Utara), diwujudkan dengan gambaran burung gagak karena posisi matahari tepat sudah terbenam dan kondisi yang petang, warna yang mewakilinya adalah hitam, dan dalam penanggalan jawa masuk ke (wage), yang terakhir arah tengah, arah tengah  dalam penanggalan jawa masuk ke (kliwon). Warna yang ada adalah warna campuran, semua warna bisa digunakan, dengan perwujudaan burung Blorok. Arah tengah di sini dimaksud adalah perwujudan dari bumi, dibumi ada berbagai macam warna dan isinya, sehingga warna yang digunakan warna campuran.
c. Badut Sunthi
 









Gambar 6. Adegan penari badut dan sunthi yang mengawali pertemuan sepasang kekasih

            Badut dan sunti ini terdiri dari 2 orang, yang terdiri laki-laki dan perempuan. Yang artinya kekeluargaan, cerita tersebut mencoba memaparkan cerita dalam tariannya, suami istri yang berpisah dalam waktu lama kemudian saling mencari dan akhrinya bertemu lagi.
Dalam adengan badut sunthi penari laki-laki melakukan adengan gerakan tarian yang sama dengan badut mikat artinya tidak ada gerakan pakem (aturan baku), sehingga praktis penari hanya bergerak/menari berdasarkan alunan musik yang di mainkan. Seperti gerakan melambaikan tangan tetapi di posisi badut sunthi penari laki-laki membawa kembali kacu sebagai bagian dari makna simbolik yang ingin disampaikan kepada penikmat seni pertunjukan.
Badut sunti ini yang diperankan oleh dua orang, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Cerita pada badut sunthi yang artinya kekeluargaan, cerita tersebut mencoba memaparkan cerita perjalanan pertemuan sepasang kekasih, sampai menjadi suami istri, memiliki keturunan yang kemudian terjadi masalah lalu berpisah dalam waktu lama kemudian saling mencari dan akhrinya bertemu lagi. Hal ini di jelaskan dengan dialog-dialog yang menggambarakan terpisahnya badut sunthi kemudian sampai dipertemukanya kembali.
d. Badut Sawahan









Gambar 7. Kostum penari badut sawahan (buruh tani)

                Pertunjukan badut sawahan diperankan oleh 7 orang diantaranya 5 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Badut sawahan ini menggambarkan kehidupan bertani dari proses menanam padi sampai dengan panen. Kostum terdiri dari irah-irahan, baju rompi, sabuk cinde, celana panjen, kalung kace, post deker, epek timang, bara, samir, iket kepala, rambut palsu, kancut, selendang/sampur, topi, dan cangkul.
                Badut sawahan diperankan oleh beberapa penari, dua orang buruh tani satu ndoro (majikan) dan ndoro putri (majikan perempuan. Pada badut sawahan terdapat gerakan tari yang menggambarkan para petani sedang mencangkul, menanam dan memanen padi. Terdapat pula dialog yang menjelaskan seorang yang menyuruh para petani untuk menggarap sawahnya agar ditanami padi sampai hasil tanamanya dipanen. Hal ini jelas bahwa badut sawahan ini menggambarkan kehidupan proses bercocok tanam padi sampai dengan musim panen.


Hasil Penggalian Data Lapangan  Aspek Visual dan Pemaknaan Kesenian Sandol

Tehnik             : Wawancara
Narasumber     : 1.       Bp. Prayono  (60 tahun) 
(Ketua Grup Kesenian Sandul ‘Langen Sekar Bekso Dusun Candi    Garon)
2.      Bp. Siswandi (62 tahun)
         (Pelaku Kesenian Sandul Dusun Semanding)

Aspek-aspek visual pada kesenian sandul, meliputi tata-rias kostum (busana), terdiri dari:
1.                  Irah-irahan








Gambar 8. Irah-irahan (ikat kepala)

Bentuk irah-irahan yang terdapat pada kesenian sandul semuanya memiliki bentuk geometris dengan motif pilin (pola hias lengkung menyerupai huruf s) dan tumpal (pola hias menyerupai gunungan dengan bentuk segi tiga yang tersusun secara simetris). Warna yang terdapat pada irah-irahan mayoritas kombinasi warna hitam, kuning, hijau, jingga, dan minoritas warna biru dengan ungu sebagai tambahan penghiasnya. Fungsi dari irah-irahan itu sendiri selain sebagai penghias, juga sebagai mahkota dan penutup kepala. Menurut pengakuan nara sumber bentuk irah irahan tersebut tidak dicipta dengan pemaknaan simbolik sehingga proses mendapatkannya melalui cara pemesanan pada sanggar pada kesenian sejenis didaerah sekitar sumowono sehingga kuat dugaan bentuk irah irahan tersebut memberikan simbol lain dari kesenian sejenis atau bahkan tidak memiliki makna sama sekali selain sebatas motif sebagai fungsi hias.
2.                  Baju Rompi, Sabuk Cinde, Celana Panjen







Gambar 9. Baju Rompi, Sabuk Cinde, Celana Panjen

Pada baju rompi dan celana panjen memiliki bentuk motif sulur tumbuhan dan daun-daunan yang berasal dari bentuk stilasi tumbuhan dengan kombinasi unsur  titik-titik antara daun dan sulur. Warna yang terdapat pada baju rompi, sabuk cinde, celana panjen didominasi warna warna merah menyala yang mempunyai kesan elegan bila di pakai oleh seorang lelaki dengan tambahan motif yang berwarna emas. Bentuk motif pada sabuk cinde menggunakan motif geometris yang digambarkan susunan bunga seperti bentuk bungan ronce yang dipakai dalam upacara pernikahan  adat jawa.  Fungsi dari sabuk cinde sebagai penghias kostum agar terkesan luwes dan menyatu diantara bagian atas dan bawah. Sedangkan dari perkembangan  tahun ke tahun  baju rompi, sabuk cinde, dan celana panjen tidak mengalami perubahan baik segi warna maupun bahan yang dipergunakan, ini disebabkan oleh tidak ada makna pakem (susunan/tatanan) dalam pemilihan warna yang dipergunakan. Berdasarkan data wawancara yang diperoleh warna dalam atribut pakaian bersifat fleksibel atau luwes sesuai dengan pembahasan diatas. Hal ini  jika di-kaitkan  dengan estetika rupa perpaduan warna dasar merah memiliki kesan gagah jika dikaitkan dengan pemakai kaum laki-laki sedangkan warna kuning keemasan pada hiasan telah memberikan kesan anggun, kemapanan, derajat pemakainya sehingga warna dan pola hiasan tersebut di-duga membawa pesan kepada masyarakat mengenai nilai kehidupan akan sandang (kemampuan akan memenuhi kebutuhan hidup sekunder).
3.                  Kalung kace, deker, Epek timang, Bara, Samir





       Gambar 10. Kalung kace, deker, Epek timang, Bara, Samir
            Bentuk dari kalung kace, deker, epek timang, bara samir memiliki motif bunga. Warna yang terdapat pada hiasan tersebut memiliki dominasi warna hitam, dan kuning emas.  Motif bunga dan tanaman yang di tampilkan di-duga di ambil dari tanaman bunga sekitar yang di budidayakan oleh sebagian masyarakat desa candi garon sebagai salah satu mata pencaharian. Sehingga dimaknai sebagai bentuk informatif melalui simbol tentang bentuk kehidupan masyarakat desa candi garon dan mata pencaharian mereka sebagai petani.
Berbeda bentuk yang terdapat pada ikat kepala memiliki bentuk geometris dengan motif pilin. Dominasi warna yang digunakan adalah warna dasar hitam dan putih pada pola hias.  dengan warna putih berada dipinggiran ikat kepala dan warna hitam berada di tengah-tengah yang tersusun menjadi warna kontras. Ikat kepala tidak memiliki makna khusus di sebabkan motif yang terdapat di kain ikat kepala tersebut bermotif batik parang rusak yang banyak di temui didaerah sekitar pengrajin batik solo, jogja dan pekalongan sehingga kuat dugaan ikat kepala hanya sebagai bentuk penyesuaian kostum.









Gambar 11. Kacu

            Bentuk yang terdapat pada kacu/sapu tangan memiliki bentuk geometris segi empat memiliki makna simbolis sebagai kitab suci yang nantinya diperagakan pada saat pementasan tarian sandul yang seakan-akan di bawa dan di-bacakan dengan penyesuaian syair, warna merah dan biru tidak memilki arti khusus sehingga kacu yang dipergunakan bisa saja bermotif dan berwarna lain, untuk motif yang terdapat pada kacu/sapu tangan tidak ada atau polosan.
Berdasarkan realitas data yang terekam pada kesenian sandul desa candi garon kecamatan sumowono kabupaten bandungan maka kami berasumsi bahwa perlengkapan kostum kesenian sandul merupakan adaptasi kostum kesenian sejenis yang hanya dipakai apa adanya tanpa ada upaya dalam memberikan makna simbolik yang mewakili bentuk kehidupan masyarakat desa candi garon. Sedangkan atribut pelengkap yang memang memilki nilai simbolik hanya berupa kacu/sapu tangan sebagai simbol kitab suci yang diperagakan pada saat tarian sandul.
               












                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarmu berguna bagiku......

Powered By Blogger

Ayo Gabung di Sini !!

Arsip Blog