Kamis, 03 Oktober 2013

BETERNAK JANGKRIK


Ayo, Beternak Jangkrik
Dengan Metode Djoko

PRAKATA
            Segala puji penulis panjatkan hanya kepada Allah, karena hanya dengan rahmat-Nya penyusunan buku petunjuk praktis tentang beternak jangkrik ini akhirnya dapat terselesaikan.
            Buku praktis ini berisi pemaparan budidaya jangkrik dengan menggunakan metode yang penulis beri nama penemunya yaitu “Metode Djoko” karena penulis kesulitan menemukan pustaka tentang metode tersebut.
            Metode tersebut ditemukan dan dikembangkan oleh Bapak Djoko berdasarkan pengalamannya dalam menyikapi kenyataan bahwa harga jual panen jangkrik di pasaran cenderung tidak tetap. Sebuah metode beternak jangkrik sebagai suatu strategi dengan penaburan bibit atau penetasan telur berselang waktu lima hari. Berdasarkan data dan fakta lapangan hal itu ternyata mampu mengatasi gagal usaha yang disebabkan oleh naik turunnya harga jual panen jangkrik.
            Sebagai sebuah peluang usaha yang potensial, jika ditekuni beternak jangkrik dapat menjadi salah satu solusi pemecahan masalah ketenagakerjaan.
Penulis menyadari kekurangsempurnaan penyusunan buku ini. Namun, penulis berharap mudah-mudahan bermanfaat bagi siapa pun yang berminat sehingga tidak mengalami gagal usaha . Amin.


                                                                                    Pekalongan,     April 2013
                                                                                                Penulis,

 DAFTAR ISI
                                                                                                      Halaman
Halaman Judul……………………………………………………………    i
Halaman Pengesahan…………………………………………………….     ii
Abstrak……………………………………………………………………   iii
Prakata……………………………………………………………………    iv
Daftar Isi………………………………………………………………….    v
Bab I Pendahuluan……………………………………………………......   1
A.    Latar Belakang Masalah………………………………………   1
B.     Rumusan Masalah…………………………………………….    2
C.     Pembatasan Masalah……………………………………….…    2
D.    Tujuan Penulisan…………………………………………..….    2
E.     Manfaat Penulisan………………………………………….....    3
F.      Hipotesis……………………………………………………....    3
Bab II Telaah Pustaka……………………………………………………..    4
A.    Sejarah Singkat………………………………………………...   4
B.     Jenis Jangkrik…………………………………………………..  4
C.     Persyaratan Lokasi………………………………………..……  4
D.    Penyiapan Sarana dan Persyaratan…………………………….  5
E.     Pembibitan……………………………………………………..  5
F.      Pemeliharaan…………………………………………………..  7
G.    Hama dan Penyakit………….…………………………………  8
H.    Panen………………………….……………………………….  9
Bab III Metode Penelitian………………………………………………... 10
A.    Lokasi Penelitian……………………………………………... 10
B.     Subjek Penelitian……………………………………………... 10
C.     Waktu Penelitian……………………………………………… 10
D.    Teknik Pengumpulan Data…………………………………… 10
E.     Pengolahan  Data……………………………………………..  11
IV Pembahasan…………………………………………………………… 12
A.    Analisa Data…………………………………………………..  12
B.     Analisa Usaha…………………………………………………. 13
C.     Hasil Rata-rata Panen…………………………………………. 15
Baba V Penutup…………………………………………………………… 18
A.    Simpulan………………………………………………………. 18
B.     Saran……………………………………………………………18
Daftar Pustaka……………………………………………………………... 19
Lampiran-lampiran…………………………………………………………...21


 
BAB I
PENDAHULUAN
  Tidak seimbangnya jumlah lulusan dengan peluang kerja mengakibatkan banyaknya pengangguran. Hal tersebut apabila tidak ada pemecahan tentu akan berdampak negatif pada situasi keamanan suatu daerah. Dalam skala yang lebih luas, situasi keamanan yang tidak kondusif akan menciptakan kerawanan-kerawanan sosial antara lain : mabuk-mabukan, perkelahian, pencurian, perampokan, dan perilaku negatif lainnya. Jika masalah tersebut tidak teratasi dapat mengganggu stabilitas nasional.
Untuk mengatasi hal tersebut salah satunya dengan menumbuhkembangkan jiwa wirausaha atau kemandirian berusaha pada setiap lulusan sejak usia dini. Menciptakan sebuah peluang usaha tentu tidaklah mudah, karena di samping dibutuhkan kreativitas dan ketekunan juga keberanian menanggung resiko.
Salah satu peluang usaha yang sangat potensial adalah budidaya jangkrik. Apalagi berdasarkan penelitian para pakar terhadap komposisi kimia pada jangkrik, ditemukan bahwa di dalam tubuh jangkrik terkandung berbagai senyawa bernilai gizi tinggi dan bernilai farmakologi yang cukup baik. Jadi, jangkrik tidak hanya sebagai pakan burung dan ikan, tetapi juga sebagai bahan baku industri. Di samping itu, beternak jangkrik bukanlah sesuatu yang sulit dilakukan. Semua orang bisa dengan mudah belajar beternak jangkrik.
Perkembangan budidaya jangkrik (Liogryllus bimaculatus) di berbagai wilayah di Indonesia dewasa ini skalanya cukup besar, begitu juga dengan seminar-seminar tentang budidaya jangkrik yang banyak diadakan di berbagai kota. Budidaya jangkrik banyak dilakukan mengingat waktu yang dibutuhkan untuk produksi telur yang akan diperdagangkan hanya memerlukan waktu ± 2-4 minggu. Sedangkan untuk produksi jangkrik untuk pakan ikan dan burung maupun untuk diambil tepungnya, hanya memerlukan 2- 3 bulan. Jangkrik betina mempunyai siklus hidup ± 3 bulan, sedangkan jantan kurang dari 3 bulan. Dalam siklus hidupnya jangkrik betina mampu memproduksi lebih dari 500 butir telur. http : //infokebun.wordpress.com/2008/06/11/budidaya-jangkrik/

Hal-hal itulah yang menjadikan budidaya beternak jangkrik sebagai salah satu usaha mandiri potensial untuk dikembangkan. Masalah yang sering dihadapi para peternak adalah jatuhnya harga jual jangkrik saat panen sehingga mengakibatkan kerugian/gagal usaha.
Dalam buku ini dikemukakan berdasarkan data dan fakta lapangan, membandingkan antara peternak yang menggunakan metode penaburan bibit terjadwal/berselang waktu lima hari (metode Djoko) dengan yang tidak atau asal beternak, ternyata peternak yang menggunakan metode penaburan bibit terjadwal tidak mengalami gagal usaha meskipun harga jual panen jangkrik naik turun. Dari sembilan peternak yang penulis teliti, hanya Bapak Djoko Dwi Raharjo yang mampu bertahan dari tahun 2008 hingga sekarang.

 

BAB II
PERKANDANGAN

         Sebelum melaksanakan kegiatan budidaya beternak jangkrik yang perlu dipersiapkan adalah pembuatan kandang, sedangkan kandang dalam beternak jangkrik ada 2 yaitu :
1.Kandang produksi / kandang perkawinan
2.Kandang pembesaran
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk mebuat kandang :
1.      kayu reng
2.      paku
3.      enternit ukuran 2 X 1 M
4.      lakban
 
1. Kandang Produksi / Perkawinan
Ukuran kandang produksi untuk mengawinkan induk jantan dan betina  adalah separuh ukuran kandang pembesaran, yaitu 1 X 1 X 0,5 m. Perbedaannya pada kandang produksi dilengkapi dengan tutup dari kawat stremin supaya sirkulasi udara tetap lancar, jika tidak diberi tutup jangkrik bisa melompat terbang. Sedangkan dalam kandang diberi klaras/daun pisang kering bisa juga daun jati kering atau daun tebu kering dengan ketebalan kurang lebih 25 – 30 cm sebagai .


Gambar 1
 







2. Kandang Pembesaran
Ukuran kandang sebetulnya tidak ada yang baku, karena disesuaikan dengan kebutuhan jumlah populasi jangkrik tiap kandang dan luas ruang/pekarangan untuk beternak. Namun, agar tidak banyak bahan yang terbuang ukuran kandang adalah 1 X 2 X 0,5 M. Untuk efisiensi ruang kandang dapat dibuat bertingkat, dengan kandang bawah tinggi kaki 15 cm, sedangkan kandang atas tinggi kaki 30 cm. (gambar 2)
   Mengapa menggunakan bahan enternit? Sebetulnya menggunakan triplek tidak masalah. Menggunakan kardus bekas pun bisa. Bahan enternit dipilih karena lebih murah dan lebih awet. Menurut pengalaman peternak jika perawatannya terjaga, kandang ini mampu bertahan tiga tahun lebih.
   Pada dinding atas kandang bagian dalam dilapisi lakban bening keliling supaya jangkrik tidak merayap keluar. Sedangkan untuk menghindari gangguan semut, tikus, cecak, dan serangga lainnya maka pada keempat kaki kandang perlu diberi mangkuk yang diisi oli bekas. Hal ini juga dimaksudkan untuk perawatan kayu agar lebih awet. (gambar 3)




                                                                                                                   
B.     PEMBIBITAN ( PENETASAN TELUR )
   Setelah kandang selesai dibuat maka dilanjutkan dengan pengisian bibit jangkrik. Hal ini dapat ditempuh dengan membeli anakan jangkrik untuk dibesarkan. Namun, tidak ekonomis. Langkah yang paling baik adalah membeli telur untuk ditetaskan. Idealnya kandang dengan ukuran 1 X 2 X 0,5 M diisi telur jangkrik 1 – 2 ons. Jika terlalu sedikit tidak efisien dalam pemeliharaan sedang jika terlalu padat juga tidak baik untuk populasi kehidupan jangkrik. (gambar 4)
   Telur jangkrik ini terlebih dahulu dicampur dengan serbuk gergaji kemudian disemprot air hingga merata basah. (gambar 5) Dipilih serbuk gergaji karena tingkat kelembabannya lebih tinggi dibandingkan pasir. Setelah itu dibungkus dengan kain katun, digantung di kandang dengan tetap diperhatikan tingkat kebasahannya. (gambar 6) Jika terlalu kering disemprot air. (gambar 7) Dua hari kemudian tali ikatan dibuka dan telur diratakan di dalam kandang dengan ketebalan kurang lebih 1 cm lalu ditutup dengan kain basah. (gambar 8) Setiap hari disemprot air untuk menjaga tingkat kelembabannya.



Text Box: Gambar 4





Gambar 5
 



Gambar 7
 






Text Box: Gambar 6



   Sebelum telur diratakan, kandang diberi klaras kering dari daun pisang yang telah disobek-sobek/disuwiri. Hal ini berfungsi sebagai tempat persembunyian/rumah jangkrik nantinya, daun pisang kering perlu disuwiri maksudnya supaya kotoran jangkrik tidak menumpuk tetapi jatuh di dasar kandang.






   Pada hari ketiga telur sudah mulai menetas, biasanya akan menetas semua pada hari kelima, paling lama tujuh hari. (gambar 9) Prosentasi tingkat penetasan telur bergantung kualitas telur dan pemberian pakan yang berkualitas pada induk jangkrik sebagai penentunya.  

C.    PERAWATAN (PEMBESARAN JANGKRIK)
   Jangkrik yang baru menetas sampai umur 10 hari harus benar-benar diperhatikan dan dikontrol makanannya, karena pertumbuhannya sangat pesat. Sehingga kalau makanannya kurang, maka anakan jangkrik akan menjadi kanibal memakan anakan yang lemah.
   Pada masa ini makanan yang diberikan adalah :
1.      … sampai dengan umur 3 hari diberi makan utama daun cai sim.
2.      Umur 4 hari sampai dengan panen ( 25/30 hari ) diberi pakan tepung pelet puyuh dan pakan tambahan daun cai sim atau daun pepaya.
Untuk menghemat biaya pembelian pelet puyuh (P) maka dapat dicampur dengan bekatul giling (B) dengan perbandingan :
  1. umur 4 sampai dengan 10 hari, ( 1 : 1 )
  2. umur 11 sampai dengan 20 hari, ( 1 : 2 )
  3. umur 21 sampai panen, ( 1 : 3 )
harga pelet puyuh Rp 240.000,00/50 kg (pada April 2011), ongkos membuat tepung pelet puyuh Rp 25.000,00, sedangkan harga bekatul giling Rp 2.500,00/kg.
   Sebenarnya jangkrik bisa diberi semua pakan organik. Namun, berdasarkan pengalaman peternak pakan tambahan yang berupa kangkung, kol, bayam, kobis, kacang hasilnya kurang baik karena jangkrik tidak kering/akas tetapi basah sehingga tidak tahan lama bila diangkut dalam jarak jauh.
   Pakan tambahan terbaik adalah cai sim. Selain itu adalah wortel, waluh jipan, waluh bokor, pepaya mentah, hanya kelemahannya membutuhkan waktu dan tenaga karena bahan-bahan tersebut harus diris tipis-tipis dulu.
   Sedapat mungkin untuk pakan organik (hijauan) bekerja sama dengan para pedagang sayur di pasar atau dengan kata lain mencari sampah pasar yang melimpah. Di samping hemat, tentu saja membantu dinas terkait dalam penanganan sampah (organik/hijauan) pasar.
   Penting untuk diperhatikan adalah menjaga kandang dalam keadaan tetap kering, sehingga sisa-sisa pakan hijauan setiap harinya harus dibuang.

D.     PANEN
   Jangkrik biasa dipanen pada umur 25 sampai dengan 30 hari, lebih dari itu akan berpengaruh pada biaya pakan yang membengkak, sehingga akan mendapatkan keuntungan tidak sesuai harapan.
   Setiap kandang ukuran 1 X 2 X 0,5 m dengan diberi bibit telur 1,5 ons apabila tingkat penetasannya tinggi, kebersihan dan kelembaban kandang terjaga,  dan pemberian pakan sesuai aturan (tidak pernah terlambat/berkualitas), bisa menghasilkan 14 – 16 kg jangkrik.
   Penting juga menjalin hubungan yang baik dengan para pengepul/pembeli/pedagang jangkrik sehingga terjadi kerjasama yang saling menguntungkan, karena bagaimanapun bagus panen peternak pada akhirnya sangat ditentukan oleh harga jual di pasaran. Sering terjadi peternak berhasill dalam produksi, tetapi gagal dalam penjualan disebabkan oleh anjloknya harga jual, dan berlanjut pada gagal usaha/gulung tikar.

E.     STRATEGI ATAU SISTEM BETERNAK
   Untuk mengatasi harga jual panen yang tidak stabil atau naik turun, para peternak perlu mengatur sistem beternak dengan memperhatikan jarak jangkrik dalam bertelur. Jika jangkrik yang dijodohkan dalam kandang produksi cukup banyak, maka panen telur dan penetasannya dapat dilakukan tiap tiga hari sekali. Namun, apabila belum siap tenaga, kandang, dan pakan menggunakan jarak tiga hari sekali sangat menyita waktu apalagi untuk peternak pemula. Maka lima hari sekali panen telur dan penetasannya sudah cukup ideal. Sehingga dalam sebulan bisa enam kali panen jangkrik secara berurutan.
   Untuk menyiasati naik turunnya harga jual panen jangkrik, para peternak idealnya mempunyai enam kandang sebagai langkah awal beternak. Andaikata pada hari Senin mulai menetaskan telur untuk satu kandang, lima hari kemudian dilanjutkan penetasan telur untuk kandang kedua, dan seterusnya. Selanjutnya bisa ditingkatkan dua kandang untuk penetasan yang pertama atau tiga kandang, sehingga jumlah kandang yang dibutuhkan dua belas atau delapan belas.

F.     PASCA PANEN
   Setelah selesai pemanenan maka tindakan yang harus dilakukan adalah segera membersihkan kandang dari sisa-sisa, antara lain : pakan, kotoran, jangkrik yang tertinggal, klaras/daun pisang kering, dll. Caranya dengan membalik kandang sehingga sisa-sisa yang tertinggal tumpah. Jika masih belum bersih perlu disapu kemudian dikocor air, setelah itu dijemur. Jangan sampai ada sisa-sisa panen yang tertinggal sehingga membusuk. Hal ini akan berakibat tidak baik pada kualitas pemeliharaan jangkrik/produksi selanjutnya.
   Apabila kebersihan kandang dan lingkungannya terjaga sedapat mungkin dihindari penggunaan bahan-bahan kimia yang bertujuan mensterilkan kandang karena residu (desinfektan maupun pestisida) pada dinding kandang bisa menyebabkan racun, atau dengan kata lain dalam pemeliharaan budidaya beternak jangkrik ini benar-benar diusahakan ramah lingkungan.

G.    UNIT PRODUKSI
   Jika ingin menekuni usaha budidaya beternak jangkrik, maka tidak bisa bergantung pada pembelian telur. Harus memproduksi telur sendiri. Caranya dengan menyisihkan calon indukan saat panen. Yang perlu diperhatikan dan persiapkan :

1.   INDUKAN
   Adapun ciri-ciri indukan (betina dan jantan) yang baik adalah sebagai  berikut :
a.   Indukan:
§ sungutnya (antena) masih panjang dan lengkap.
§ kedua kaki belakangnya masih lengkap.
§ bisa melompat dengan tangkas, gesit, dan kelihatan sehat.
§ badan dan bulu jangkrik berwarna hitam mengkilap.
§ pilihlah induk yang besar.
§ jangan memilih jangkrik yang mengeluarkan zat cair dari mulut dan duburnya apabila dipegang.
b.                                                      Induk jantan:
§ selalu mengeluarkan suara mengerik.
§ permukaan sayap atau punggung kasar dan bergelombang.
§ tidak mempunyai ovipositor di ekor.
c.                               Induk betina:
§ tidak mengerik.
§ permukaan punggung atau sayap halus.
§ ada ovipositor di bawah ekor untuk mengeluarkan telur.

2.   MEDIA BERTELUR
   Jangkrik biasanya meletakkan telurnya di pasir atau tanah. Jadi di dalam kandang khusus peneluran disiapkan media pasir yang dimasukkan di nampan plastik/piring kecil. (gambar 10) Perbandingan antara betina dan jantan 10 : 2, agar didapat telur yang daya tetasnya tinggi. Apabila jangkrik sudah selesai bertelur sekitar 5 hari, maka telur dipisahkan dari induknya agar tidak dimakan. (gambar 11)
   Induk dapat memproduksi telur yang daya tetasnya tinggi ± 80-90 % apabila diberikan makanan yang bergizi tinggi. Setiap peternak mempunyai ramuan-ramuan yang khusus diberikan pada induk jangkrik antara lain: bekatul jagung, ketan item, tepung ikan, kuning telur bebek, kalk dan kadang-kadang ditambah dengan vitamin.





Gambar 10
 


Gambar 11
 









H.    PENANGANAN TELUR
   Telur jangkrik dari kandang produksi dibersihkan terlebih dulu dengan cara dicuci tiga kali bilas untuk menghilangkan kotoran dan sisa-sisa pakan. Alat yang dibutuhkan :
  1. saringan kelapa dari bahan plastik ( lubang lembut)
  2. saringan kelapa dari seng/stainlis (lubang agak besar)
  3. ember kecil dan besar
   Media bertelur (pasir bercampur telur) dimasukkan saringan plastik dengan lobang kecil lalu pelan-pelan dikocor air, (gambar 12 dan 13) maksudnya supaya pasir jatuh ke ember besar. Pasir ini nantinya dicuci besih digunakan kembali sebagai media bertelur. Setelah kelihatan bersih dipindahkan ke saringan stainlis dengan lobang agak besar sehingga yang jatuh ke ember kecil adalah telur.(gambar 14) Sedangkan yang tertinggal di saringan adalah kotoran, dipergunakan untuk memupuk tanaman.
   Selanjutnya telur yang sudah dipisahkan dari pasir dan kotoran diratakan pada kain bersih kemudian dibungkus dan diikat setelah itu digantung pada kandang (gambar 15, 16, dan 17).






Gambar 13
 

Gambar 12
 








  








Gambar 15
 

Gambar 14
 


Gambar 16
 

Gambar  17
 

 













 


BAB III
METODE DJOKO



BAB IV
ANALISA USAHA

A. Analisa Usaha
      1. Biaya-biaya
               a. Biaya kandang     : Rp 80.000,00 per kandang
               b. Biaya pakan         : Rp 75.000,00 per kandang
               c. Biaya bibit            : Rp 60.000,00 per kandang (1,5 ons telur)
               d. Pakan tambahan berupa sayur-sayuran (sampah pasar) tidak membeli.
               e. Waktu panen        : 25 s.d. 30 hari setelah penetasan
   2. Tabel Panen 1
Panen ke-
Jumlah kandang
Waktu panen
Jumlah panen (kg)
Harga per kg (Rp)
Jumlah ( Rp )

1
2
5 Januari 2011
27
 15.000,00
    405.000,00
2
2
10 Januari 2011
30
 20.000,00
    600.000,00
3
2
15 Januari 2011
34
 22.500,00
    765.000,00
4
2
20 Januari 2011
30
 25.000,00
    750.000,00
5
2
25 Januari 2011
34
 25.000,00
    850.000,00
6
2
30 Januari 2011
30
 25.000,00
    750.000,00
Jumlah
12

185

  4.120.000,00
 
3. Tabel Panen 2
Panen ke-
Jumlah kandang
Waktu panen
Jumlah panen (kg)
Harga per kg (Rp)
Jumlah ( Rp )

1
2
4 Februari 2011
20
 15.000,00
    300.000,00
2
2
9 Februari 2011
25
 15.000,00
    375.000,00
3
2
14 Feb 2011
20
 15.000,00
    300.000,00
4
2
19 Feb 2011
25
 25.000,00
    625.000,00
5
2
24 Feb 2011
25
 25.000,00
    625.000,00
6
2
1 Maret 2011
25
 25.000,00
    625.000,00
Jumlah
12

140

  2.850.000,00
   4. Tabel Panen 3
Panen ke-
Jumlah kandang
Waktu panen
Jumlah panen (kg)
Harga per kg (Rp)
Jumlah ( Rp )

1
2
6 Maret 2011
20
 15.000,00
    300.000,00
2
2
11 Maret 2011
20
 15.000,00
    300.000,00
3
2
16 Maret 2011
20
 15.000,00
    300.000,00
4
2
21 Maret 2011
20
 25.000,00
    500.000,00
5
2
26 Maret 2011
20
 25.000,00
    500.000,00
6
2
31 Maret 2011
20
 25.000,00
    500.000,00
Jumlah
12

120

  2.400.000,00
                                                            ( sumber Bapak Djoko Dwi Raharjo, S. Pd. )
B. Hasil Rata-rata Panen
    1. Berdasarkan tabel 1 bulan Januari 2011
      Total penghasilan                                                                   = Rp  4.120.000,00
      Biaya-biaya :                                                                          = Rp  1.716.000,00
1.                                                                  a. Penyusutan kandang (12 x Rp 80.000,00) : 10 = Rp  96.000,00
b. Biaya pakan 12 x Rp 75.000,00                        = Rp 900.000,00
c. Biaya bibit 12 x Rp 60.000,00                          = Rp 720.000,00
                                                                       Hasil Laba      = Rp 2.404.000,00
   2. Berdasarkan tabel 2 bulan Februari 2011
      Total penghasilan                                                                   = Rp  2.850.000,00
      Biaya-biaya :                                                                         = Rp  1.716.000,00
                                    a. Penyusutan kandang (12 x Rp 80.000,00) : 10 = Rp  96.000,00
b. Biaya pakan 12 x Rp 75.000,00                        = Rp 900.000,00
c. Biaya bibit 12 x Rp 60.000,00                          = Rp 720.000,00
                                                                       Hasil Laba      = Rp 1.134.000,00
  3. Berdasarkan tabel 3 bulan Maret 2011
      Total penghasilan                                                                   = Rp 2.400.000,00
      Biaya-biaya :                                                                          = Rp 1.716.000,00
2.                                                                  a. Penyusutan kandang (12 x Rp 80.000,00) : 10 = Rp  96.000,00
b. Biaya pakan 12 x Rp 75.000,00                        = Rp 900.000,00
      c. Biaya bibit 12 x Rp 60.000,00                          = Rp 720.000,00
                                                                         Hasil Laba      = Rp 684.000,00
BAB III
PENUTUP

      Demikianlah








































Biodata Penulis
                                                                       
                                1. Nama                           : Sugeng Isdiyanto
                                2. Tempat/Tgl Lahir        : Solo, 2 Februari 1963
                    3. Pekerjaan                     : Guru SMP 7 Pekalongan
                    4. Alamat Kantor            : Jl. Seruni 59 Telepon (0285)421259  
                                                              Pekalongan

5. Prestasi                    :
    5.1. Juara II Lomba Menulis Naskah Drama/Teater Anak Dinas P & K
           Jawa Tengah 2000
    5.2. Juara Harapan Lomba Menulis Naskah Drama Jawa Dinas P & K
           Jawa Tenah 2007
    5.3. Penata artistik terbaik Festival Teater Kota Pekalongan 1993
    5.4. Sutradara terbaik Festival Teater Kota Pekalongan 1993
    5.5. Menyusun Bersama Antologi 101 Puisi Tentang Kota Pekalongan
    5.6. Menyusun Bersama Antologi Puisi Kidung Alas Roban 3
    5.7. Menyusun Bersama 102 Seloroh / Naskah Humor Pekalongan
    5.8. Menyusun Naskah Drama Indonesia Emak
    5.9. Menyusun Naskah Drama Jawa Wanita Kang Prakosa
  5.10. Menyusun Naskah Drama Jawa Wurung
  5.11. Menyusun Naskah Drama Indonesia Edan
  5.12. Menyusun Naskah Drama Jawa Wuyung
  5.13. Menyusun Bersama Antologi Puisi 105 Kota Pekalongan, 2011
6. Kegiatan lain-lain    : 1. Sekum Dewan Kesenian Kota Pekalongan
                          2. Aktivis Persampahan
                          3. Penulis lagu




             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarmu berguna bagiku......

Powered By Blogger

Ayo Gabung di Sini !!

Arsip Blog