Nama: Media
Hanani
Kelas: XII MIPA
4
Absen: 17
Kesan
di Dalam Cerita Panglima Lidah Hitam
Pagelaran seni
merupakan sebuah wadah bagi siswa dalam mengembangkanbakat dan sebagai ekspresi
diri siswa. Pagelaran seni di SMA Negeri 3 Pekalongan ini memang menjadi acara
tahunan khususnya bagi siswa kelas dua belas. Acara yang
tidak hanya diadakan untuk memenuhi nilai ujian praktik seni budaya, melainkan
juga sebagaipenyalurbakat dan potensi diri siswa. Melalui pagelaran seni ini pula
guru pembina mampu menjadikan praktek seni budaya menjadi acara yang istimewa,yang
tidak hanya dinikmati sendiri melainkan juga menjadi ajang hiburan bagi
penikmat pagelaran seni ini.
Dalam mewujudkan sebuah
pagelaran seni tentu membutuhkan persiapan yang matang, yang pastinya akan
menguras banyak tenaga pikiran dan pastinya juga membutuhkan biaya yang tidak
sedikit. Seperti aturan sistem denda yang diberlakukan di kelas kami. Aturan
bagi anak yang telat berangkat latihan dikenai denda Rp.10000 dan anak yang
tidak berangkat latihan dikenai denda Rp.15000. Tetapi kemudian aturan sistem
denda ini berubah karena dirasa terlalu memberatkan anak-anak kelas, berubah
menjadi Rp.5000 utuk anak yang telat dan Rp.10000 untuk anak yang tidak hadir
latihan.
Cerita pagelaran seni
ini dimulai dari pertengahan kelas sebelas. Pagelaran seni yang mengusung tema
fiksi tradisional ini di beri nama “Progo In CultureAction”. Diawali dengan
mencari pelatih untuk membantu mempersiapkan pagelaran seni. Mencari pelatih
yang bahkan harus berebut dengan kelas lain untuk mendapat pelatih terbaik agar
nantinya pagelaran yang kami bawakan juga baik.Walau mematok harga yang tidak
murah, tetapibercermin dari pagelaran tahun lalu. Dimana pagelaran itu dijuarai
oleh kelas dengan Mas Sidiq sebagai pelatihnya. Serta iming-iming properti dan
segala macamnya yang bisa mereka sediakan. Akhirnya kami pun sepakat untuk
menjadikan Mas Sidiq sebagai pelatih pagelaran kami.
Pertemuan pertama
mendiskusikan cerita dengan tema yang akan kami bawakan, yaitu cerita fiksi
dari Sulawesi.Pertemuan-pertemuan yang hanya diisi diskusi ringan sampai dimana
kita diberi arahan dari pelatih untuk membawakan cerita dengan judul “Panglima
lidah hitam”. Cerita fiksi dari Sulawesi yang mengisahkan tentang seorang
pemuda yang lahir dengan lidah berwarna hitam dan memiliki kekuatan yang tidak
ada tandingannya. Setelah itu kami berdiskusi mengenai penentuan tokoh-tokoh
yang akan berperan dalam cerita. Dalam latihan pun kami diajari banyak hal, mulai
dari teknik-teknik dasar dalam membawakan cerita atau berdrama, ekspresi wajah,
sampai sikap kita setelah berada di atas pentas.Sampai ketika mulai diberi
materi tarian, aku yang memang dasarnya tidak pandai menari dituntut untuk bisa
menari. Cukup sulit memang, tetapi aku harus berusaha agar hasil pagelaran ini
menjadi maksimal.
Satu materi tari
penutup yang paling awal diberikan kepada kami,membuat setiap pertemuan latihan
kami selalu menyempatkan berlatih tari penutup yang kami sebut tari “Ya Qasim”.
Sampai kami merasa kekuatan pagelaran seni yang akan kami bawakan terletak di
tari penutup ini.
Awal pertemuan yang
kami sikapi dengan santai waktu itu, karena mengingat waktu yang diberikan
untuk persiapan pagelaran seni ini cukup panjang. Ternyata malah menjadikan
kelas kami tertinggal, kelas lain yang bahkan sudah sampai pengadeganan, kelas
kami justru baru sampai rekaman.Pertemuanyang seharusnya diisi untuk latihan
malah tidak bisa efektif dan berjalan semestinya.Pelatih yang mungkin karena
tidak hanya memegang satu kelas, tapi juga beberapa kelas menjadikannya tidak
bisa hanya fokus kepada kelas kami, alhasil dalam melatih pun menjadi kurang
maksimal. Kurang dari seminggu sebelum pelaksanaan pagelaran seni, kelas kami baru
selesai pengadeganan, yang artinya hanya tinggal beberapa hari saja waktu untuk
pematangan pagelaran seni ini.
Dua hari sebelum hari H
itu gladi kotor, dan ternyata kelas kami mendapat giliran terakhir.Jam setengah
sepuluh malam kami baru mulai gladi kotor dan setelah selesai dilanjutkan
diskusi singkat dengan pelatih. Sampai jam sebelas aku baru sampai di rumah,
ini merupakan pengalaman pertama ku karena sebelumnya tidak pernah pergi sampai
selarut itu.
Sampai tiba waktu
pertunjukan pagelaran seni, kelas kami mendapat giliran ke 2. Khawatir rasanya
karena bahkan kelas kami pun tidak melakukan gladi bersih, sehingga membuatku
tidak benar-benar siap untuk acara pagelaran ini. Datang ke sekolah untuk
persiapan kostum dan make up dari jam 3 pagi. Saling meyakinkan kalau acara ini
harus lancar dan sukses. Sampai tiba waktunya kelas ku tampil. Aku berdiri
dibelakang panggung untuk bersiap menampilkan tari pembuka pertunjukan kelas
kami. Hingga yang seharusnya semua berjalan semestinya tiba-tiba terjadi
kendala. Salah satu properti jatuh tepat disampingku, properti berupa pohon
kelapa yang cukup besaryang jatuh sedikit mengenai kepala ku. Membuatkunsempat gak fokus dan malu
sebenarnya, tapitetap berusaha profesional. Dan setelahnya banyak properti yang
berjatuhan karena angin pagi itu cukup kencang. Membuat penampilan kami menjadi
tidak bersih, tetapi kami berusaha profesional untuk itu.
Pagelaran seni ini
memberiku banyak kesan dan pengalaman. Melalui pagelaran seni ini aku mengerti tentang
arti kerja sama, gotong royong, saling membantu satu sama lain. Mengerti
bagaimana cara bekerja di sebuah tim dengan tiga puluhenam kepala didalamnya,
dengan maksud dan pemikiran setiap kepala yang pastinya berbeda-beda. Mengerti
bagaimana tidak akan tercapaisuatu tujuan dalam sebuah kelompok tanpa keandilansemua
anggotanya. Melalui pagelaran ini pula aku menjadi tahu akan cerita-cerita
fiksi dibalik daerah-daerah yang ada di nusantara ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu berguna bagiku......