Nama : Garini Adyatiningtyas
Kelas : XII IPA 1
Abs : 14
Hanya
Satu Kali
Ini
ceritaku tentang pengalamanku. Pengalaman yang tak terlupakan. Kenapa? Karena
disini aku bisa merasakan senang, susah, jengkel, dan terutama adalah kerja
keras dan kekompakan. Menurutku tanpa adanya kerja keras dan kekompakan maka
sesuatu yang dikerjakan tidak akan berhasil, perlu adanya rasa saling mengerti
dan saling menyemangati. Nah, disini susahnya.
Sekolahku
menyelenggarakan suatu acara tahunan yaitu Pagelaran Seni. Pagelaran ini
diperankan oleh seluruh siswa siswi kelas XII SMA 3 Pekalongan dalam rangka
untuk mengisi nilai ujian praktek. Dan angkatanku telah bersepakat bahwa tema
yang akan kami tampilkan nanti adalah “Culture Project”. Sesuai dengan namanya,
disini kami menngabungkan budaya budaya asing dengan budaya Indonesia.
Nah,
aku dan kawan kawanku kelas XII IPA 1 selalu melakukan rapat untuk membahas
tema apa yang akan kami suguhkan nanti? Banyak pendapat dari beberapa anak
kelas. Dan akhirnya terpilihlah tema yang menggabungkan antara budaya asing
yaitu hiphop dan budaya jawa yaitu tarian tradisional jawa. Kami menamainya
“Dubsteb Of Java Cresendo”.
Latihan
pun dimulai. Kelas kami melakukan konsep latihan dengan cara membagi tugas
masing- masing dengan kelompok. Ada kelompok tari jawa, kelompok hiphop, dan
kelompok gamelan. Semuanya masih berlatih secara terpisah.
Ini
adalah puncak ketegangan dari kelas kami. Awalnya memang asyik latihan dengan
keompok sendiri, tapi setelah kami berkumpul, banyak yang komplain, karena
tidak tahu bagaimana perkembangan latihan dr kelompok lain. Dan konsepnya pun
belum sangat matang waktu itu. Dan dengan waktu yang mepet akhirnya ditemukan
juga konsepnya. Konsep penggabungan hiphop dengan tari tradisional jawa dengan
latar pelataran desa jaman dahulu, juga suasana desa dengan wanita wanita
membawa tampah dan menumbuk padi dengan lesung, anak- anak kecil bermain
permainan tradisional dan pemuda pemuda yang sedang mencangkul disawah, yang
diselingi oleh suara gamelan.
Setelah konsep matang, akhirnya kami
berlatih dan terus berlatih. Aku berpikir, kelasku adalah kelas paling belum
siap waktu itu. Karena latihan terus pun belum ada tanda-tanda kemajuan. Sudah
lelah, membuang tenaga dan waktu, hingga kena marah bapak pun aku rasakan.
Mungkin semua temanku juga merasakan hal tersebut. Wajar.
Demi terselenggaranya pagelaran
kelas kami, kami pun menyisihkan uang jajan kami sebesar 2000 rupiah setiap
harinya, yang uang itu ditabung untuk dana pagelaran kami. Setiap hari selalu
ditagih terus sama bendahara kelas, Aurora. Kadang ngerasa jengkel dengan
menyisihkan uang tersebut, padahal uang itu mau dipakai untuk beli tahu bakso.
Lol.
Setiap minggu kami lewati bersama,
pernah ada konflik diantara kami, yaitu masalah keseriusan. Ya maklum, mungkin
ini adalah proses dari kerjasama kami. Karena semua anggota kelas pasti ingin
yang terbaik untuk kelasnya kan?
Kurang lebih tepatnya 3 minggu
sebelum acara pagelaran, akhirnya kami meminta bantuan kepada Pak Trinil untuk
membantu menyelesaikan konsep dari pagelaran yang akan kami tampilkan. Kami
meminta bantuan untuk membuat apa saja yang dibutuhkan saat pagelaran dan
mematangkan skenario yang akan kami tampilkan.
Berlatih, berlatih. 2 minggu sebelum
pagelaran dimulai. Kami menyiapkan perlengkapan yang akan kita gunakan, yaitu
mondar mandir mencari busana yang pas yang akan kami kenakan nanti, membuat
sebuah rumah sebagai suasana di pedesaan yang dilengkapi dengan lesung.
Kami latihan di SMA Masehi. Latihan
di lapangannya. Kami berlatih disini karena para anak anak gamelan juga latihan
ditempat ini, gamelannya pun milik SMA ini sehingga agar mempermudah pekerjaan
kami, kami berlatih disini.
Dan di tempat latihan itu juga
terjadi sebuah kejadian yang tidak sama sekali aku harapkan! Hape kesayanganku
rusak gara-gara kecemplung dikamarmandinya. Ironis bukan? Aku sedih pada saat
itu, padahal aku paketan sebulan. Huhuhu. Dan sekarang hapeku turun pangkat.
Nasib.
Pagelaran seni pun tinggal
menghitung hari, tepatnya pada hari sabtu tanggal 21 Desember 2013. Kami tetap
berlatih untuk mematangkan penampilan yang akan kami suguhkan untuk semua warga
SMA 3. Dan bertepatan dengan penerimaan raport sehingga orangtua murid pun
otomatis melihatnya.
Gladi bersih dilakukan H-1 yaitu
pada hari Jumat. Ada perasaan rendah diri ketika kami melihat konsep dari kelas
kelas yang besok juga akan tampil di acara ini. Konsep yang mereka bawakan
bagus dan beragam, ada yang lucu, ada yang menyedihkan dan lain lain. Tapi
kembali lagi ke konsep awal. Jangan ada rasa pesimis, kelas ku pasti juga akan
bagus, lebih bagus malah.
Dan tibalah hari dimana kami akan menampilkan
sebuah karya kami, karya yang kami lakukan dengan kerja keras dan kekompakan.
Kami tampil pukul 11.00 wib. Tapi kami berangkat pukul 05.00 wib. Mengapa?
Karena kami akan dirias oleh para perias, dipakaikan sanggul dan tak
ketinggalan baju tradisionalnya. Para pemain gamelan juga sama perlakuannya.
Aku ngakak waktu Bima, dalang dari penampilan kami, memakai pakaian ala Parto
OVJ, dan yang lucunya, dia dipakaikan bedak wkwk. Sudah wajahnya hitam, dikasih
bedak. Bisa kalian bayangkan sendiri itu ya kwkw.
Beberapa menit lagi kelas kami
tampil. Rasanya campur aduk, antara takut, deg degan, gak sabar dan kebelet
pipis wkwk. Ada rasa iri ketika melihat kelas lain yang sudah tampil, mereka
bagus bagus dan menghayati apa yang mereka perankan, apalagi banyak orang yang
bertepuk tangan refleks setelah disuguhkan pertunjukan. Tapi kembali lagi, aku
dan kawan kawan harus berusaha keras agar penampilan kami lancar dan
bermanfaat. Yang bisa kami lakukan sekarang adalah berdoa, oleh karena itu sebelum
kelasku dipanggil oleh sang pembawa acara, kami sekelas berdoa kepada Allah
semoga apa yang telah kita lakukan 3 bulan ini dapat kita tampilkan tanpa ada
rasa kecewa.
Dan penampilan kami pun dimulai.
Sebelumnya, para pemukul gamelan memainkan musiknya yang menjadi pembuka di
penampilan kami. Dan dalang pun mengatakan bagaimana alur pertama cerita kami
berjalan. Pertamanya disebuah desa, 2 lelaki sedang menari dengan cerita
kehidupan jaman dahulu yaitu mencangkul dan mencabut rumput, dan tiba-tiba
datanglah sekelompok bocah dengan pakaian serba modern membawa tipe, mereka
memperlihatkan kebolehannya dalam menari hiphop. Semua warga di desa tersebut
kaget dengan kedatangan mereka, mereka bingung dengan tarian yang semrawut dan
lagu yang bertempo cepat. Akhirnya sang kepala keluarga jengkel dan mematikan
tipe itu. Akhrirnya terjadi adu mulut diantara mereka. Kemudian, sang kepala
keluarga itu meminta agar para kelompok bocah itu untuk melihat tarian jawa
yang begitu lembut dan indah yang sangat berbanding terbalik dengan penampilan
mereka. Dan tarian jawa itupun dimulai. Dengan musik yang anggun, kami
menari-nari dengan penuh percaya diri. Di cerita ini, akhirnya para kelompok
bocah modern itupun takjub, karena tarian yang kami tampilkan. Akhirnya mereka
mempunyai ide untuk berkolaborasi. Dan diakhir cerita, kami semua menarikan
tarian modern dan diiringi sedikit gamelan di belakangnya. Setelah selesai,
kami para penari membentangkan bendera putih dan merah, yang pnari laki-laki
membawa mendera merah putih yang sudah dipasang di sebilah bambu yang panjang
yang diiiringi oleh lagu gombloh yang berjudul merah putih kalau tidak salah.
Dalang memberikan hormat kepada sang merah putih dan penonton pun juga berdiri
dan hormat kepada merah putih. Jujur, aku terharu melihat hal itu. Akhirnya
tepuk tangan penonton pun terdengar. Refleks timbul rona bahagia diantara kita,
rasa lega yang kami rasakan begitu membuat hati tenang. Kami bahagia, Bahagia
bisa melewati saat saat yang kita tunggu tunggu ini. Ya, senyuman diantara kami
menandakan bahwa kami puas dengan apa yang telah kami lakukan tadi. Kerja keras
yang kami lakukan tidak sia-sia.
Oh
iya, aku disini juga merupakan panitia dari Pagelaran Seni ini, sebelumnya aku
belum pernah merasakan betapa capeknya jadi panitia. Rapat panitia sepulang
sekolah, dan aku pernah colo haha, mencari donatur kesana kemari, dan lain
lain. Tapi setelah acara pagelaran terlaksana, aku merasa puas, aku bisa
berlatih bagaimana caranya membuat suatu acara yang memang ternyata sulit. Aku
mengerti banyak hal dengan adanya ikut berpartisipasi menjadi panitia seksi
konnsumsi disini. Aku tahu bagaimana pesan makanan dalam jumlah besar, tawat
menawar dengan mbak masnya. Asyik pokoknya, walaupun pulang sore terus, colo
les terus. Terbayar sudah akhirnya.
Ini
merupakan mengalaman yang mungkin sulit didapat selama hidupku. Untuk teman
temanku, kalian luar biasa kawan, terimakasih kerjasama nya, terimakasih
kekonyolannya, semoga dimasa tua nanti kita tersenyum melihat foto-foto kita
dulu ya, menari, brmain gamelan, dan menjadi dalang.lol.
wkwkwk saluutt buat SMA 3
BalasHapusMatur Nuwun
Hapus