Story
About Culture Project
Door
!haha.. Assalamualaikum, saya Imma Mauliasofa, kelas XII IPA 2 di SMA favorit
seduniaaa. SMA 3 Pekalongan atau biasa kami singkat SMAGA. Oyaaa, tulisan ini
kupersembahkan untuk guru Seni music tercinta, Bapak Saiful Falah yang
unyu-unyu J
untuk memenuhi nilai sebagai nilai ulangan pertama. Di sini aku, ane, saya,
kula atau bahasa kerennya gue. (bukan gule, itu makanan) akan menceritakan
perjalanan penuh pertumpahan keringat untuk menampilkan pertunjukan pagelaran
seni sebagai nilai ujian praktek.
Di
SMAGA, setiap tahun dilaksanakan pagelaran seni, tak terkecuali tahun ini.
Dan panitia tahun ini yang diketuai oleh si Rangga, Rang to the ga, Rangga.
Dari pawakannya udah keliatan, wibawanyaa beeeh T O P !tegasnya beeeh jangan
ditanya (y). luar biasa pokoknya. Tahun ini pagelaran seni SMAGA mengangkat
tema Culture Project. Tahu maksudnya ?saya juga nggak tahu, hahaha. Jadi gini
intinya, pagelaran tahun ini mengusung sebuah kolaborasi antara kebudayaan dan
kesenian Indonesia dengan Dunia, entah itu di benua Amerika, Australia atau
manapun, yang penting masih masuk dalam wilayah bumi.
Jika
dianalogikan tema pagelaran tahun lalu dengan tahun ini, mungkin sedikit lebih
extrim. Mengapa ?karena tahun yang kemarin pagelaran hanya mengusung tema
khusus budaya Indonesia. Dan tidak bisa dipungkiri kedahsyatannya, bombastis
dan fantastis. Luar biasa buat kakak-kakak kelasku itu, muaaah hahaha. Kalau
untuk tahun ini kan lebih menyeluruh. Lebih mendunia. Culture project ini jadi
satu wadah untuk kita, siswa-siswi kelas XII mengukir cerita SMA. Amaziiing !
Dengan
durasi kurang lebih 30 menit, setiap kelas diharuskan menampilkan sebuah
pertunjukan akulturasi antara budaya sendiri dengan Negara luar. Nah, kelasku
XII IPA 2 memutuskan untuk menggabungkan budaya Indonesia, Belanda dan Jepang.
Bagaimanakah ketiga Negara tersebut dapat kami gabungkan ?mau tau aja apa mau
tau banget haaa ? haha. Jadi kita, aku dan teman-teman luar biasaku,
mengemasnya dalam sebuah cerita sejarah kemerdekaan Indonesia.
Dengan
menggabungkan berbagai unsur seni, seperti seni drama, seni music(drum band
atau apalah itu yaa) , seni rupa (arsitektur), seni suara (menyanyikan
Indonesia Pusaka, walaupun dengan suara maksa dan pas-pasan) dan seni tari
(menggabungkan berbagai tarian termasuk tari Jawa dengan kipas khas Jepang).
Konsep ini berdasarkan segala ide pikiran kami menjadi satu kesatuan yang utuh.
Walaupun butuh waktu sekitar sebulan atau kurang, aku juga lupaa, hehe. Konsep
itu telah “menelan” (berlebihan nih kayaknya kata-kata saya, wkwk) beberapa siswa XII IPA 2 soalnya banyak yang
harus berantem, “bacot-bacotan” (anggap sensor) dan sejenisnya untuk menyatukan
pendapat kami.
Berbekalkan
konsep sedemikian rupa, mulailah kami berkelana, menelusuri hutan, menyeberangi
samudera dan mendaki gunung melewati lembah bersama teman berpetualang,
syalalala, untuk mencari pelatih yang akan membantu kami “menggebrak” panggung
pagelaran tahun ini. Dan kami berlabuh pada dua orang pelatih. Yang pertama
adalah Mas Tamakun, yang kami bilang mirip dengan Rian D’masiv, sebagai pelatih
drama. Dan Ibu Hesti sebagai pelatih tari. Mereka berdua inilah yang menjadikan
kami bisa sebaik sekarang, terima kasih pelatihkuuuu L.
Kembali
ke menu awal, culture project ini sedikit membuat kami kesulitan menentukan
alur pertunjukan. Setelah beberapa minggu kami bersemedi, akhirnya kami satukan
tekad dan pendapat bahwa ceritanya begini begitu bla bla bla. Setelah itu,
kamipun mulai sedikit demi sedikit melatih diri. Aku juga lupa berapa lama
kelasku berlatih, mungkin karena keseringan jadi lupa berapa bulan, berapa pertemuan.
Yang saya ingat adalah iuran yang harus kami keluarkan adalah….
Jengjengjengjeng… 15 ribu / MINGGU. Dari yang doyan jajan jadi Cuma bisa beli
aqua dan 5 permen mint. Dari yang bensin motor selalu full jadi miris liat
jarumnya anjlok ke merah. Itu semua kami lakukan agar tidak memberatkan orang
tua. Kami ini ingin menjadi anak yang berbudi luhur dan berhati malaikat,
akhirnya kami menyisikan uang saku kami untuk memenuhi iuran per minggu yang
semakin lama semakin “mencekek” leher kami, rasanya sulit untuk bernafas lega
saat bel istirahat berbunyi. Tapi tidak masalah, itu semua agar kami bisa
memberikan pertunjukan yang terbaik dari yang terbaikkk.
Kemudian,
dari seni drama kami menceritakan penjajah Belanda dan Jepang yang ingin
menangkap mata-mata Jendral Soedirman, namun mereka terpukau dan kagum pada
luhurnya budaya Indonesia. Di situ tidak lupa kami juga menunjukkan kesenian
tari Jawa, alat music seperti kendang dan juga seni ketrampilan membatik. Kita
tahu bahwa batik kita punya sudah dikenal dunia. Selain drama, kami juga
menyuguhkan tarian, live music seperti marchine band (kalau nggak salah
tulisannya) dan menyanyikan secara paduan suara yang sedikit “maksa” kalau
boleh jujur, hahaha. Kami menyanyikan lagu Indonesia Pusaka. Yah tujuannya supaya
lebih rahat untuk merenungi arti kemerdekaan Indonesia.
Sebelumnya,
latar belakang kami memilih cerita sejarah kemerdekaan yaa tidak lain tidak
bukan untuk menyadarkan bahwa kita, generasi muda banyak yang tidak cukup paham
bagaimana arti kemerdekaan untuk kita. Kami ingin memperlihatkan betapa
sulitnya mencapai kemerdekaan, betapa sulitnya meraih kebebasan. Nah makanya
itu, kami menampilkan drama sebagai pertunjukan utama dari pagelaran ini.
Selain itu kami juga menampilkan berbagai budaya dan kesenian Indonesia agar
kita semua bisa mencintai dan lebih menghargainya sebagai sebuah kebanggaan
bangsa Indonesia. Kalau bukan kita yang merawatnya, siapa lagi (iklaaan) hehe.
Kalau
ditanya bahagia ?so pasti, jelas kami bahagia maksimal. Tapi bukan berarti
perjalanan kami menyiapkan pagelaran ini berjalan mulus-mulus saja. Bahkan
tidak sedikit dari kami yang harus menangis setiap latihan, harus marah-marah,
menjerit-jerit, membentak dan “gendok” atau sebeel maksimal. Pertengkaran, cek
cok, atau bahkan “pisuh-pisuhan”pun tidak terhindarkan. Semua itu karena selalu
ada perbedaan dan ego dari kami yang belum bisa di redam. Namun lama kelamaan,
kami bisa mengerti keadaan, saling menghargai satu sama lain juga menghargai
waktu. Kami juga rela capek-capekan, latihan dari pagi sampai sore. Membawa
alat-alat music yang luar biasa itu kesana kemari ke tempat latihan yang
nomaden. Begitulah keseharian kami sebelum pagelaran.
Ngomong-ngomong
tentang tempat latihan kami ini, banyak sekali tempat yang kami kunjungi (kayak
wisata) haha. Salah satunya adalah karesidenan, gedung wapress dan jugaa
sanggar senam cempaka.
Di
karesidenan ini, kami memakai area belakang. Tentu saja, dengan alat music kami
yang luar biasa repotnya itu, kami harus “usung-usung” bolak balik itu alat.
Dan bukan anak muda namanye kalau nggak ade berantemnye. Harus ada yang rela
bolak-balik karena ada beberapa oknum yang tidak mau membantu. Yah begitulah.
Selain
di karesidenan, kami memakai sanggar senam cempaka. Di sana yang latihan Cuma
dari grup tari. Untuk lebih mengompakkan gerakan kami, kami berlatih keras
seperti kerja rodi istilah Bulenya, Belanda maksudnya. Dan kerja romusha,
istilah Jepangnya. Sampai nggak sedikit yang harus tumbang, gugur di Pekalongan
pertempuran (bukan pake Medan deh ya) wkwkw. Enggak, itu alay. Yang nggak alay
itu ya banyak yang sakit gara-gara kecapekan latihan, gitu deh intinya. Nah di
sanggar Cempaka kan dikelilingi kaca-kaca seperti rumah kacanya si Cinderella
(emang Cinderella punya rumah kaca ?) ngarang sih hehe. Yah namanya juga naluri
anak muda yang sedikit alay ya pasti ada ajalah kelakuannya. Selain latihan
kami juga foto-foto, untuk menjaga ke-eksisan di dunia fana ini. Wkwkw. Selain
itu juga ada videonya kok. Dan so pasti, udah ada di pak shaiful kan ya. Udah
di tonton kan pak ?hehe.
Nah
kalau yang di Wapress itu berdasarkan Mas Tamakun atau “Tamagochi” plesetannya.
Oh ya waktu itu latihan juga dateng orang dari korea, temennya mas Tamakun
pastinya, bukan dari super junior, big bang atau bahkan snsd. Yang jelas itu
cowok dan itu fix manusia asli.
Hari
H, tanggal 21 Desember. Pagelaran seni SMA 3 Pekalongan dilaksanakan. Semua
berjalan alhamdulilah lancar dan baik-baik saja. Semua lelah semua amarah semua
masalah terbayarkan dengan tepuk tangan yang kami dapatkan saat memberikan
penghormatan sebagai penutup pertunjukan kami. Waktu itu kami harus datang jam 5
pagi, untuk menghindari “nggak selesai riasnya” omegat -_-. Karena gueh telat
dateng, kira-kira jam 6 lebih baru dateng, dan ternyata nggak Cuma satu dua anak
doang yang telat dateng. Dan karena itu, kami sedikit maksa dan gelagepan
(kayak klelep). Ribut sana sini karena udah jam nya tampil tapi belum siap 100
%. Tapi walaupun gitu, tetep bisa mengatasi kok J.
Dari
pagelaran ini banyak sekali hal yang kami dapatkan. Kebersamaan, kenangan,
seru-seruan, gokil-gokilan atau bahkan menggila karena larut dalam suasana
bahagia, wowowow luaaar biasaa XII IPA 2 !karena di dalam pagelaran ini bukan
Cuma sekedar sebuah pertunjukan atau sebuah penampilan tapi ini lebih dari
sebuah karya dan karunia yang bisa kami asah lebih dalam. Dan berkat itu kami
jadi lebih tahu banyak tentang sesuatu yang tidak bisa didapatkan dari sekedar
duduk di kelas, mendengarkan guru mengajar, membaca lks dan bahkan mengerjakan
soal fisika yang kami nggak tahu buat apa, hehe. Ini namanya ilmu dari non
akademik. Ilmu yang kami dapatkan dari menjalani kehidupan, sebuah pengalaman
yang kata semboyannya adalah ilmu terbaik.
Yang
mungkin tidak banyak orang rasakan adalah pengalaman ini menjadikanku sebagai
salah satu orang yang bersyukur bisa menjalani aktivitas luar biasa ini. Berkat
pagelaran ini, aku terutama, lebih mengerti bagaimana rasanya berjuang, rasa 5L
(lelah letih lesu lemah lunglai) pun bisa kurasakan. Dan dengan menampilkan
yang terbaik semua itu jadi ada artinya. Semua yang kami kerjakan dengan susah
payah nggak sia-sia. Pokoknya masa SMA itu masa yang nggak ada matinya (kayak
judul film yang baru keluar) wkwk. Yah begitulah dahsyatnya manfaat dari sebuah
pengalaman. Kalau nggak ada pagelaran mah, rasanya nggak hidup deh masa SMA
kalian. Awalnya sih aku mikir, aduh pagelaran ya ?kayaknya bakal susah banget,
kayaknya bakal ribet dan kayaknya-kayaknya yang lain juga ada. Tapi kalau kita
nggak coba, gimana mau tahu rasanya, gimana mau liat hasilnya ?ya nggak seeeh ?J
Pagelaran
juga bisa melatih sikap percaya diri kita lho. Dari yang tadinya Cuma bisa
ngumpet dibelakang pintu kelas (kayak “rok umpet” itu mainan jaman dulu SD) dan
dari yang Cuma bisa senyum senyum kalau suruh maju di depan kelas. Jadi bisa
tampil di depan umum, bahkan ada orang tua, guru dan tamu dari luar lainnya.
Itu udah jadi nilai plus-plus buat kita kan. Nah banyak yang nggak sadar makna
itu. Makanya saya sadarkan kalian. Heh sadaaar sadaaar !wkwk.
Selain
itu, pagelaran juga memberi kita pelajaran untuk jadi orang yang bertanggung
jawab lho. Kok bisa ?ya bisalah. Apa sih yang nggak bisa dilakuin di hidup ini
? “ngawur”. Dari bertanggung jawab pada Allah SWT, pada diri sendiri, pada
orang tua dan pada orang lainnya. Ya nggak ?iya dong. Kalau nggak tanggung
jawab, nggak bakal kita bisa menyelesaikan tugas mulia dari pashaiful unyu J
Berpedoman
pada semboyan “ IMPOSSIBLE IS NOTHING” kita jadi tahu kan bahwa nggak ada yang
mustahil kalau kita mau mencoba dan berusaha. Semua pasti ada caranya. Orang
sakit aja ada obatnya kok, halah apaan hahaha. Jadi itulah beberapa manfaat
dari pagelaran. Selain membanggakan diri sendiri dan orang tua juga sekolah,
kita jadi dapet banyak hal, banyak ilmu dan banyak pengalaman yang harusnya
sebagai manusia yang berakal, itu semua bisa dimanfaatkan sebaik mungkin.
Masih
kurang nggak sih curhatan saya ?apa masih kurang juga ? haha. Enggak lah, ini
semua murni dari hati saya lho pak, nggak ada copas nggak ada plagiatnya,
sueeer. Jadi pak shaiful bisa tahu kan, saya dapet banyak ilmu lho dari tugas
bapak. Nggak terkecuali tugas nulis curhat ini. Saya jadi berasa penulis
beneran, wkwkw. Bisa jadi tugas ini jadi dasar kita, murid murid SMAGA buat
ngalahin pamornya Raditya Dika (mungkinkah?) kayak judul lagu.
Oh
iya makasih buat panitia pagelaran tahun ini, berkat kalian juga acara ini bisa
berlangsung. Lumayan kan dapet satu kaos ?wkwkw. Yah makasih lah kalian sudah
menjadi pondasi dari pagelaran ini. Walaupun saya bukan panitia, tapi saya bisa
kok merasakan apa yang kalian rasakan (alay bangeeet). Kok makin kesini jadi
makin ngawur ya ngomongnya wkwk. Tapi bisa mengambil intinya kan ?intinya ya
Cuma satu sih. Pagelaran tahun ini amaziiing ! wkwkwk
terima
kasih untuk pak Shaiful karena pagelaran ini jadi salah satu tempat kami
mengukir bahagianya masa SMA kami, terima kasih juga untuk teman-teman semua
dan terutama untuk kedua orang tuakuuu, I lope you pull !pokoknya luar biasalah
buat SMAGA tahun ini J kalian semua itu seperti satu buku yang
penuh dengan tulisan, nggak ada bosen nulisnya, nggak ada bosen bacanya. Itu
kalianJ
Ini
gambar-gambar yang diambil saat kami latihan dan saat tampil hari H, cekidottt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu berguna bagiku......