CERITAKU TENTANG
PAGELARAN
SMA N 3
PEKALONGAN
TAHUN 2013 /
2014
by : fuad Naufal XII.IPA.2
Pagelaran itu menurut aku... Sebuah pementasan
siswa-siswi SMAGA kelas XII IPA – IPS berupa KOLABURASI BUDAYA INDO-MANCANEGARA yang dikaji menjadi sebuah MAHAKARYA nan luar biasa yang
dipentaskan untuk memenuhi nilai ujian praktek mapel Kesenian di SMAGA. Sesuai
dengan tema kegiatan yaitu Akulturasi Budaya Indo-Mancanegara, maka Pagelaran
SMAGA tahun ini dinamakan Culture Project. Kegiatan ini tentunya tak luput dari
peran Pak Saiful, selaku pembina acara ini dan juga sebagai guru Kesenian
khususnya di bidang musik
Ceritaku berawal dari kegiatan kelas
XII yang memasuki semester awal. Semester awal ini pikiranku tertuju pada
kegiatan ini. Yakin atau tidak, pastinya semua siswa-siswi kelas XII juga
memikirkan hal yang sama seperti apa yang aku pikirkan. Ide-ide mulai
bermunculan dalam otakku, tapi belum aku tuangkan dan aku distribusikan kepada
teman-teman kelasku. Ini baru “mentah” dan belum jelas.
Setelah
pelajaran Seni Musik selesai di hari Sabtu kala itu, aku dipanggil Pak Saiful
guna menyetujui ajakan Beliau menyertakanku menjadi Panitia acara akbar itu.
Keraguan pun menyelimutiku, tanpa sadar bibir ini mengucapkan “Iya” menjawab
keputusan yang Beliau ajukan. Sampai hari itu datang dimana hari itu adalah
hari untuk pembentukan kepanitiaan Pagelaran. Saat berkumpul, hatiku ricuh,
antara hati yang “menyetujui” ini dengan hati yang “menolak” untuk hal ini,
karena JUJUR, aku benar-benar tidak
menginginkan untuk menjadi Panitia dalam kegiatan tersebut.
Setelah
terbentuknya panitia itu, mulailah Kami (panitia) disibukkan oleh pemilihan
tema untuk kegiatan ini. Sampai-sampai dari Kami saling mengajukan ide buah
pikir tentang tema. Inka, Ilham, Alif, Fajrina, Agustinus, Listiani, Tegar pun
maju menyampaikan ide tentang tema untuk kegiatan itu. Setelah mereka
memaparkan ide-ide mereka Kami pun menyusun mufakat guna mendapatkan hasil
diskusi. Sampai Kami mendapati tema AKSELERASI
BUDAYA INDO-MANCANEGARA. Namun, di lain hari pun tema itu Kami ganti
menjadi AKULTURASI BUDAYA – CULTURE
PROJECT.
Hari demi hari berlalu, Panitia pun
hampir sering untuk rapat. Hatiku pun mulai goyah mengingat keberadaanku dalam
panitia ini karena “amanat” dari guru yang Aku hormati, Pak Saiful. Beberapa
peraturan untuk panitia pun sudah dibuat. Aku pun memahami itu, tetapi hatiku
tidak menyanggupinya, dengan kata lain “niat buruk” ku pun datang, yaitu aku
ingin keluar dari kepanitiaan. Karena desakan hati inilah, Aku sering tidak mengikuti
rapat. Karena memang peraturan ini Aku pikir MEMBERATKAN AKU SAJA.
Hari dimana saat yang tepat untuk aku
keluar dari kepanitiaan ini pun datang, dimana Panitia ini memanggilku untuk
menghadiri rapat. Aku pun menghadiri rapat itu karena memang niatku ini sudah
bulat. Ketua panitia yang tidak lain adalah sahabatku sendiri pun memaparkan
hal-hal negatif tentang anggota yang tidak niat. Walaupun ketua panitia tidak
menyebut namaku secara langsung, namun Aku merasakan apa yang dia maksud bukan
lain dan bukan tidak adalah untuk “memojokkan + menyerangku”. Dan akhirnya,
Ketua panitia tersebut mengatakan “siapa yang tidak niat silahkan keluar”, maka
Aku pun bangkit dari tempat dudukku dan langsung meninggalkan ruang rapat itu.
Kini, pikiranku hanyalah tertuju
kepada acara apa yang akan kelasku tampilkan. Referensi dari internet adalah
gudang referensiku. Selain itu, Aku juga menonton acara-acara di televisi.
Karena Aku dianggap mampu teman-temanku dalam hal musik, maka Aku pun memutar
otak tentang Musik apa yang akan kelasku tampilkan, dan bagaimana cara
melatihnya. Masukan dari teman-teman kelas pun aku jadikan sebagai landasanku
guna mendapatkan ide gemilang.
Saat
kelasku mengadakan rapat pagelaran, Aku pun maju untuk membeberkan ideku ini.
Sebagian menyetujui, dan sebagian masih ragu. Akhirnya, setelah beberapa kali
rapat dan menggabung-gabungkan ide Kelasku pun mendapatkan tema untuk
Pagelaran. Kami merencanakan sebuah DRAMA
KOLOSAL, dimana didalamnya tersuguh drama kolonial, sendra tari, beserta
iringan musik band dan drumband yang dimainkan secara live. Pembagian-pembagian
kelompok berdasarkan tema pun Kami lakukan. Setelah pembagian tiap kelompok
selesai, pikiranku kini tertuju kepada alat-alat musik yang akan Kami gunakan.
Hingga akhirnya Aku beserta teman-temanku yang menjadi pemain musik
merencanakan untuk meminjam alat musik (drumband) ke SMA ISLAM.
Setelah
alat musik Kami dapatkan, kini pikiranku tertuju kepada seorang pelatih.
Pelatih mana yang akan Aku ajak untuk melatih Kami. Antoni, temanku pun
mengusulkan siapa pelatih yang akan membimbing Kami berlatih drumband, yaitu
guru kesenian dari SMP PIUS. Aku adan Antoni pun menghubungi Pak Riko. Setelah
Kita bertemu Pak Riko di SMP PIUS, Aku pun memperhatikan Pak Riko saat beliau
memainkan snare drum. Ritme-ritme yang beliau mainkan Alhamdulillah Aku pun
menguasai. Tapi sayang, Pak Riko tidak bisa melatih karena kesibukannya di SMP
PIUS. Berita tersebut tak menyurutkan niatku untuk mengambil alih “kepelatihan”
beliau. Mulai saat itulah Aku mengajukan
diri untuk melatih teman-temanku memainkan alat ritmis itu.
Keesokan
harinya, Aku dan Antoni menghubungi teman-teman laki-laki di kelasku untuk
berkumpul. Tujuannya adalah untuk mencari para pemain Bass drum dan snare drum.
Sedangkan keyboard dan Bass guitar Aku berikan sepenuhnya kepada Pradianto dan
Dimas karena Aku pikir mereka berdua lebih menguasai daripada teman-teman yang
lain.
Setelah
Aku seleksi, akhirnya terbentuklah para pemain drumbandnya. Keesokan harinya,
mulailah Aku melatih teman-temanku bermain alat ritmis tersebut. Mengapa Aku
berani untuk melatih? Karena Aku merasa mampu di bidang tersebut, SD aku juga
ikut serta dalam ekskul drumband dan memegang Trio. Lagu untuk pengiring tari
pun Aku dengarkan kepada teman-teman tadi untuk dipahami dulu bunyi-bunyi
pukulan snare yang Aku mainkan. Sama hal nya dengan Bass drum. Namun, semua
yang Aku latihkan tidak 100% dari buah pikirku, sebagian ada dari buah pikir
teman-teman juga.
Susah-susah
gampang megajari mereka, karena mereka baru pertama kalinya memainkan alat
ritmis itu. Dengan telaten dan sabar, Aku ajari mereka perlahan-lahan. Setelah
beberapa kali latihan, Aku rasa saatnya untuk memainkan satu rangkaian full
aransemen itu secara bersama-sama, bersamaan dengan musik melodinya.
Alhamdulillah mereka langsung menikmati permainan mereka sendiri. Perlahan
namun pasti, kemampan teman-temanku mulai bertambah karena terbiasanya mereka
memukul alat ritmis itu. Dengan menghayati irama dan tempo lah perpaduan musik
ritmis dan melodi ini bisa menyatu. Bangga sekali Aku memiliki teman-teman
sehebat mereka. Walaupun terkadang Aku sempat memarahi mereka karena memang
mereka sempat “bandel”.
Kini
saatnya Aku coba untuk menggabungkan aransemen musik Kami ini dengan para
penarinya. Bolak-balik membawa alat-alat drumband, itulah kesengsaraan yang
Kami alami. Namun, karena tekad Kami adalah “Menampilkan yang Terbaik dari yang Terbaik”, maka apapun
kondisinya Kami lakukan dengan suka cita. Tidak satu hari jadi Kami berlatih
bersamaan dengan para penari. Beberapa kali, dan beberapa hari Kami ulang-ulang
sampai Kami saling memahami satu sama lain,walaupun Kami masing-masing memiliki
peran yang berbeda. Usulan dan kritikan dari pelatih tari pun Aku ikut rasakan
guna membangun motivasi para pemain musik juga. Selain tari dan musik, kelompok
drama pun tak kalah asyik dantak kalah sibuknya. Mereka juga harus “Take Record” merekam dialog dari drama
itu karena saat tampil nanti Kami lakukan dengan “Lip sing”.
Setelah
semua menguasai peran masing-masing, akhirnya Kami putuskan untuk menggabungkan
Tari, drama, dan musik seperti rangkaian pertunjukan yang akan Kami suguhkan
nanti. Seperti biasa, tak membutuhkan waktu hanya satu hari saja, namun
berhari-hari Kami berlatih memadukan satu dengan yang lainnya agar menjadi satu
kesatuan yang Indah. Suka duka Kami rasakan bersama, karena cita-cita Kami yang
Kami bangun tadi. Itulah yang membuat Kami terlihat solid daripada kelas yang
lainnya.
Hari
H pun tiba, Kami memakai pakaian sesuai dengan peran Kami masing-masing yang
telah dipersiapkan. Doa Kami kala itu adalah memohon kepada-Nya agar supaya
diberi kelancaran dan tidak turun hujan saat pementasan Kami berlangsung. Nomor
urut 2, itulah nomor urut pementasan Kami. Grogi, keraguan yang muncul di benak
Kami, Kami coba hilangkan perlahan, karena itu bisa membuat pementasan Kami
kacau.
Kami
pun bersiap-siap memainkan hasil Mahakarya Kami ini didepan keluarga besar SMA
N 3 PEKALONGAN. Dengan mulai dimainkannya aransemen lagu Gundul-Gundul Pacul +
Manuk Dadali oleh para pemain band, maka dimulailah Pementasan dari XII IPA 2. Disusul oleh para penari
yang ikut mengisi iringan pertama Kami ini, mampu menarik para tamu undangan
untuk melihat langsung karya-karya XII
IPA 2 yang sedang Kami mainkan. Aku yang kala itu memainkan Keyboard ikut
terhanyut suasana damai yang secara tidak langsung Kami buat ini. Sekmen
pertama telah selesai, lalu disusul oleh pementasan Drama Kolonial yang kami buat ini. Penonton berdecak kagum melihat
teman-teman XII IPA 2 pandai
berakting. Sekmen kedua pun selesai, inilah yang Aku tunggu-tunggu, yaitu “Pementasan Drumband + Tari”
Aku
benar-benar konsen saat memainkan Trio, alat ritmis ini. Aku berdoa kepada
Allah SWT agar teman-temanku bemain dengan hati.
Dan........................................................................................................................
alhamdulillah, Kami lancar, Kami sukses... setelah Kami turun dari panggung,
Kami bersorak kegirangan karena Kami telah berhasil menampilkan sebuah MAHAKARYA yang Kami buat dengan susah
payah ini dan memakan biaya + menyita waktu Kami. Kami bayar semua itu dengan
keringat Kesuksesan Kami. Alhamdulillah.
Sekian
cerita tentang Pagelaran Seni yang benar-benar Aku alami. Semua cerita diatas
benar-benar dialami oleh penulis, dan mohon maaf sekali lagi, tidak ada maksud
untuk menyindir / memojokkan suatu pihak.
Sekian...
DISUSUN
OLEH:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu berguna bagiku......