Nama : Dyah Shifa
Istiqomah
No. Absen : 08
Pagelaranku Pengalamanku
Baru saja sebulan
duduk dikelas XII, Pak Saiful yang merupakan guru seni musik kami sudah
memberikan tugas yang lumayan berat kepada seluruh kelas XII baik IPA maupun
IPS untuk mempersembahkan sebuah pagelaran. Jadi setiap kelas XII wajib
mempersembahkan sebuah pagelaran ala kelas mereka sendiri dengan tema
Akulturasi.
Semula pagelaran itu
terasa asing bagiku, tapi setelah aku masuk SMAGA dan dua kali menyaksikan
pagelaran secara langsung yang dipersembahkan oleh kakak-kakak kelasku,
menurutku pagelaran itu adalah suatu hal yang luar biasa dan menarik.
Setelah diberi tugas
oleh Pak Saiful untuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk pagelaran dibulan
Desember, kelasku pun berembug untuk menentukan tema yang akan ditampilkan pada
saat pagelaran nanti dan dibentuklah panitia kecil kelas XII IPA 1 untuk
mengurus kelancaran pagelaran nanti. Pendapat, usulan, dan saran pun
bermunculan dari beberapa anak. Waktu dalam menentukan tema pagelaran pun cukup
lama, jika ada jam kosong kami selalu memanfaatkan waktu untuk berdiskusi
membahas tema yang akan diusung. Lucunya setiap berdiskusi kami hanya membahas
konsep konsep dan konsep tanpa adanya titik temu. Karena seringnya berdiskusi
akhirnya kami memutuskan untuk mengambil tema akulturasi budaya Indonesia
dengan Amerika. Setelah menemukan tema kami pun membagi tugas yang terbagi
dalam empat kelompok yaitu kelompok Penari Jawa, kelompok Pemain Musik Gamelan,
kelompok Penari Hip Hop, dan kelompok Crew. Pembagian ini dilakukan dengan cara
voting, semula aku ditunjuk teman-teman untuk bergabung dalam kelompok Penari
Jawa, tapi aku menolaknya dengan alasan Penari Jawa menggunakan pakaian tanpa
jilbab sedangkan aku tidak mau melepas jilbabku. Oleh sebab itu aku lebih
memilih masuk ke kelompok Pemain Musik Gamelan.
Demi kelancaran semua kegiatan pagelaran kami
sekelas sepakat untuk iuran sebesar Rp. 2000 perhari guna untuk keperluan
selama pagelaran seperti untuk membayar pelatih-pelatih yang melatih kami,
untuk membeli minum, dan untuk keperluan lainnya. Kami memulai membayar iuran
dari sekitar akhir bulan Agustus yang direncanakan sampai bulan Desember. Iuran
tersebut dibayarkan ke bendahara kelas.
Beberapa teman kami
yang mengenal beberapa pelatih Tari Jawa, pelatih Hip Hop serta pelatih pemain
Gamelan juga diminta oleh panitia kecil kelas kami untuk minta dilatih.
Akhirnya kita menemukan pelatih untuk Tari Jawa yaitu Bu Ismi. Kami memulai
latihan sekitar akhir bulan Agustus yang bertempat di SD N 1 Panjang
Wetan. Pertama kali kita latihan
pagelaran yaitu hari Minggu yang dimulai jam 09.00 di SD N 1 Panjang Wetan
bersama Bu Ismi selaku pelatih kami untuk kelompok Tari Jawa, selain itu Bu
Ismi juga mengajak dua mbak-mbak yang bisa mengajari kami dance modern, tapi
kami menolaknya karena kami yang kami inginkan adalah pelatih Hip Hop bukan
dance Modern. Sebelum latihan kami sekelas sepakat membuat perjanjian barang
siapa yang datang terlambat dalam latihan pagelaran akan dikenai hukuman yaitu
lari mengelilingi lapangan. Untungnya hari pertama kami latihan pagelaran aku
tidak terlambat, tetapi ada juga beberapa teman yang terlambat sehingga harus
berlari mengelilingi lapangan yang ada di SD N 1 Panjang Wetan. Sedangkan yang
berhalangan hadir atau datang terlambat harus ijin kepada penyebar dan pemberi
informasi yang ada dikelas. Penyebar dan pemberi informasi dikelas kami ada dua
orang yaitu yang ditugasi menyebarkan informasi absen 1 sampe absen 15 serta
absen 16 sampe 30. Penyebar dan pemberi informasi ini mempunyai tugas untuk
menyebarkan informasi mengenai waktu dan tempat latihan pagelaran. Setelah
semuanya berkumpul di SD N 1 Panjang Wetan bersama Bu Ismi kami semua pun
berembug mengenai tari jawa apa yang nantinya akan ditampilkan saat pagelaran nanti.
Awal pertama kami berkumpul belum mulai latihan hanya sekedar berembug, dan
sekitar jam 12.00 kami pun selesai berkumpul.
Beberapa hari
kemudian setelah kami berembug bersama Bu Ismi, kami dikejutkan oleh pernyataan
Bu Ismi yang ingin mengundurkan diri sebagai pelatih tari jawa kelas kami
dengan alasan yang tidak jelas. Kami semua pun sedikit merasa kecewa dengan
pernyataan itu namun akhirnya kami sekelas pun segera berembug untuk mencari
pelatih baru untuk tari jawa. Setelah berembug kami pun sepakat untuk memilih
Bu Nanik untuk melatih tari jawa. Disamping itu kami juga sudah menemukan
pelatih hip hop dan gamelan yaitu Mas Tio selaku pelatih hip hop serta Pak
Darsono selaku pelatih Gamelan.
Karena
pelatih-pelatih yang kami inginkan sudah ada, kami semua pun sejenak merasa
lega dan selanjutnya kami berembug untuk memilih waktu latihan tapi sebelumnya
kami mengonfirmasikan dulu kepada pelatih-pelatih untuk waktu latihannya. Saat berembug kami juga
melakukan voting mengenai waktu latihan. Untuk kelompok penari jawa latihan
disepakati setiap hari kamis sepulang sekolah di ruang 5 SMA N 3 Pekalongan,
dan untuk para penari hip hop latihan juga di ruang 5 SMA N 3 pekalongan,
sedangkan untuk pemain musik gamelan latihan pada hari sabtu sepulang sekolah
serta akan di adakan ditempat yang berbeda dengan yang lainnya yaitu di SMP
Masehi. Dan kami juga sepakat untuk latihan bersama satu kelas setiap hari
Minggu.
Sewaktu latihan
perdanaku dan teman-teman pemain musik gamelan di SMP Masehi, sebagian besar
dari kami merasa asing dengan alat musik gamelan, bahkan aku sendiri saja belum
pernah memainkannya. Setelah kami selaku kelompok yang ditugasi untuk memainkan
musik gamelan sudah berkumpul semua. Kami pun memasuki ruangan yang akan
dipakai kami latihan nantinya. Setelah kami memasuki ruangan bersama Pak
Darsono, kami pun segera memposisikan diri menuju alat musik gamelan yang ingin
dimainkan. Setelah itu Pak Darsono memperkenalkan alat-alat musik gamelan
kepada kami. Alat musik gamelan yang akan kami mainkan terdiri dari bonang,
saron, demung,kenong, slenthem, gendang, dan gong. Waktu itu aku memilih
memainkan alat musik saron, karena menurutku bentuknya yang familiar dan
keliatannya mudah dimainkan. Kelompok pemain musik gamelan terdiri dari 11
orang dan 1 sinden. Awal latihan Pak Darsono hanya mengajarkan nada-nada dasar
kepada kami dan juga mengajarkan cara-cara bermain alat gamelan dengan baik dan
benar. Semula beberapa dari kami merasakan kesusahan karena belum terbiasa
memainkannya, termasuk juga dengan aku, semula alat musik saron yang aku kira
mudah dimainkan dengan hanya dipukul saja ternyata salah, seharusnya memainkan
alat musik saron juga harus “dipatet”. Dari alat-alat musik gamelan tersebut
bagiku yang susah dimainkan adalah bonang karena harus berkonsetrasi dan
bekerja sama. Setiap latihan hanya hanya berlangsung selama dua jam.
Setiap hari minggu
kami berkumpul disekolah untuk melaporkan kepada teman-teman kelas semua yang
telah kita dapatkan dari latian dengan beberapa pelatih. Kelompok penari jawa
dan hip hop disuruh memperlihatkan gerakan-gerakan yang sudah mereka dapatkan,
kelompok penari jawa membawakan tarian “ngangsu” yang menceritakan tentang
masyarakat desa di Indonesia. Kelompok yang tergabung dalam kelompok Crew
diberi tugas untuk menuliskan skenario, sedangkan kelompok gamelan hanya
berdiam diri karena tidak mungkin menunjukkan latihan yang sudah di dapat
karena disekolah kami tidak mempunyai alat musik gamelan.
Seringnya kami
latihan membuat kami menjadi lebih lincah karena terbiasa. Kurang lebih 3 bulan
kami berlatih, tetapi belum juga terbentuk akulturasi seperti yang ada pada
tema, karena kami masih latihan sendiri-sendiri dengan tempat dan waktu yang
berbeda-beda. Aku masih ingat sebulan sebelum pagelaran dilaksanakan tepatnya
pada bulan November kami sekelas baru merasa khawatir dan kebingungan karena
selama kita latihan belum pernah mengolaborasi gerakan maupun musik antara yang satu dengan lainnya. Akhirnya
sore-sore menjelang maghrib kami sekelas berkumpul bersama Bu Nanik dan Mas Tio
disekolah untuk membahas hal tersebut. Dari hasil pertemuan tersebut ada dua
pendapat yang muncul dari beberapa teman-teman, pendapat pertama sebaiknya tema
pagelaran kelas kami diganti dengan tema yang dan pendapat yang kedua adalah
tetap mempertahankan tema yang sudah ada. Dari hasil voting banyak teman-teman
yang memilih tetap mempertahankan tema yang sudah ada dengan alasan waktu sudah
mepet pagelaran, tidak mungkin untuk latihan lagi ditambah akan dilaksanakan
Ulangan Akhir Semester 1. Akhirnya Bu Nanik dan Mas Tio pun menyarankan untuk
membuat akulturasi ala kelas kita sendiri, kami sekelas pun akhirnya
menyetujuinya. Dan untuk membuat properti dan tata panggung yang akan kami
tampilkan saat pagelaran kami juga meminta bantuan kepada Mas Trinil. Mas Trinil
juga setia mendampingi kami setiap ada latihan.
Sebulan sebelum
pagelaran untuk memaksimalkan latihan kami, akhirnya kami menambah waktu
latihan juga. Hampir seminggu penuh menjelang pagelaran kami sering berlatih.
Sebulan sebelum pagelaran juga kami baru membuat tarian akulturasi dan sebulan
sebelum pagelaran itu pun kami baru menggabungkan keseluruhannya dari kelompok
penari jawa, hip hop, crew, dan pemain musik gamelan. Oleh sebab itulah kami
latihan ekstra untuk bisa tampil makasimal saat pagelaran nanti.
Seminggu sebelum
pagelaran kami sering berlatih tanpa mengenal lelah bahkan sampe menjelang
maghrib. Suatu kali pernah juga waktu kelompok tari sedang berjoget ria
ditengah lapangan SMP Masehi tiba-tiba hujan turun dan kelompok pemain musik
gamelan yang tidak terkena hujan ikut turun ke lapangan ikut basah-basahan
juga. Suasana yang sangat rahat sekali bagiku. Persiapan pagelaran ini cukup
menyita waktu dan tenaga juga, tak heran juga kadang orang tuaku memarahiku
karena terlalu seringnya latihan pagelaran.
Pada saat hari H
pagelaran, rasa deg-degan pun muncul. Kelas kami mendapat giliran tampil ke-5.
Ketika tampil diatas panggung aku sudah merasakan rileks. Dan menurutku
penampilan kelas kami cukup spektakuler dan tidak mengecewakan :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu berguna bagiku......