Nama : Arini Nur
Kamaliah
Kelas
: XII IPA 1
No
Absen : 04
CURHATAN
MENUJU CULTURE PROJECT
Seperti tahun-tahun sebelumnya, tugas besar seni musik
kelas XII semester 1 adalah Pagelaran seni. Pagelaran seni sendiri adalah
pertunjukkan yang menunjukkan seni, seni yang dipertunjukkan dalam acara ini
tidak hanya seni musik namun juga ada seni tari, drama dan berbagai seni
lainnya, yang menjadikan pagelaran seni ini menarik adalah orang-orang yang
memainkannya, sesuai dengan judul dan tujuannya, Pagelaran seni ini dimainkan
oleh seluruh siswa kelas XII SMA Negeri 3 Pekalongan.
Sekitar pertengahan Agustus pihak panitia telah
menentukan tema Pagelaran seni untuk tahun 2013 ini, yakni “Culture Project”,
yang membedakan pagelaran seni tahun ini dengan yang sebelumnya adalah untuk
tahun-sebelumnya Pagelaran seni yang ada hanya menampilkan satu budaya utamanya
budaya asli Indonesia, namun untuk tahun ini sesuai dengan temanya kita diharuskan
menampilkan seni yang memadukan antara budaya asli Indonesia dan budaya luar
dari berbagai benua sehingga menghasilkan sebuah seni yang indah.
Setiap kelas harus menampilkan pertunjukkan seni yang
berbeda, untuk itu setiap kelas harus
secepatnya menyerahkan garis besar konsep pertunjukkan kepada panitia untuk
mengantisipasi kesamaan konsep antar kelas nantinya. Kelasku adalah kelas XII
IPA 1, untuk menentukan seni apa yang akan kami tampilkan apalagi harus
dipadukan dengan budaya asing ternyata tidak semudah yang kami bayangkan.
Semakin hari beberapa ide bermunculan namun berlalu begitu saja, dari waktu
pemberitahuan tema oleh panitia sekitar pertengahan agustus sampai memasuki
bulan September kami belum juga menemukan tema penampilan yang pas untuk kelas
kami, baru sekitar pertengahan September kita semua fix dalam satu tema untuk
penampilan kelas.
Dari itu kami mulai membagi anak-anak dalam beberapa
kelompok, antara lain crew, penabuh gamelan, sinden, penari jawa, dan penari
hip-hop. Kami juga mulai mencari
pelatih, setelah menemukan pelatih, kami semua bertemu dengan pelatih untuk
membahas konsep yang kami inginkan, hampir satu minggu berlalu, tiba-tiba pelatih
itu meminta maaf tidak bisa melatih kami karena ada urusan, jadi kami bisa
mencari pelatih yang lain. Mendengar itu jelas saja kami kecewa, mencari
pelatih tidaklah mudah, namun mau tidak mau kami memang harus mencari pelatih
baru, karena beberapa anak punya kenalan pelatih, maka segera pula mencari dan menghubungi
pelatih masing-masing bidang tersebut.
Pagelaran dijadwalkan pada bulan Desember, karena pada
saat itu kami berpikiran bulan Desember itu masih lama jadi pada bulan
September, oktober kami latihan pun belum
begitu serius, perkelompok hanya latihan seminggu sekali, itu juga hanya fokus
pada bidang masing-masing, belum sampai pada tahapan memadukan dan
menggabungkan menjadi sebuah kesatuan. Bertemu
untuk satu kelasnya hanya seminggu sekali di hari minggu, itu juga hanya
membahas tentang masalah-masalah dan diskusi tentang property, iuran, hukuman
bagi yang telat, denda dll.
Aku sendiri masuk dalam kelompok gamelan, karena kami
meminjam alat-alat gamelan milik smp masehi untuk berlatih maka kami pun
berlatih di smp masehi, kami dilatih oleh seorang pelatih gamelan bernama pak
Darsono. Awalnya kami berlatih setiap hari sabtu, pada awalnya kami
diperkenalkan dengan alat-alat gamelan, berlatih memainkannya tanpa lagu,
disitu pertama kalinya aku mengetahui tentang gamelan, terdiri dari apa saja,
bagaimana bunyinya dan masih banyak lainnya. Aku mendapat tugas untuk menabuh
alat yang dinamai saron penerus. Hari
itu aku dan teman-teman merasa senang, waktu berlatih untuk hari itu pun tak
terasa telah habis. Hari-hari selanjutnya kami rutin berlatih setiap hari
sabtu,kami berlatih dari nol,dari masih sering melakukan kesalahan sampai makin
hari makin berkurang, kami diajari memainkan 3 lagu yaitu gambang suling, prau
layar dan ojo dipleroki. Tanpa terasa makin hari permainan kami makin baik,
sampai suatu saat kami mendapat tawaran dari pak Darsono untuk menampilkan hasil
latihan kami selama ini di suatu acara wayang, ini dimaksudkan sebagai latihan
untuk kami tampil di depan banyak orang sekaligus untuk pengalaman, mendapatkan
tawaran itu jelas kami bersedia dengan senang hati. Sebelumnya kami di ajak
untuk ikut latihan di sebuah tempat di jalan belimbing, tempat itu seperti
sanggar yang disana terdapat alat-alat gamelan yang komplit, karena tidak tahu
tempatnya kami berkumpul dahulu disekolah, kemudian menuju kesana bersama-sama.
Sesampainya disana kami langsung mencoba alat yang ada, alat-alat disana masih
baru dan bunyinya lebih halus, berbeda dengan alat yang biasa kami gunakan,
disana kami dilihat oleh para penabuh gamelan yang sudah professional. Setelah
kurang lebih setengah jam kami berlatih, giliran para penabuh gamelan yang
sesungguhnya yang berlatih, kami melihat dan memperhatikan para bapak-bapak itu
menabuh gamelan, caranya berbeda sekali dengan kami yang masih amatiran. Mereka
memainkan dengan lincah dan tepat. Disaat itu hujan turun dengan derasnya,
waktu sudah menujukkan pukul 9, tapi kami tidak mungkin pulang dengan keadaan
seperti ini, kami menunggu hujan reda sambil menikmati tabuhan gamelan, sekitar
pukul 10 hujan mulai reda, satu persatu dari kami berpamitan untuk pulang. Hingga
kurang lebih dua minggu sesudahnya tiba saatnya untuk kami tampil di acara
wayang yang diadakan di pendopo, sebelum tampil kami menunggu cukup lama, dari
bangku penonton masih kosong sampai akhirnya terisi penuh, bermacam-macam
perasaan kami sebelum tampil, antara deg-degan, takut, grogi, keringat dingin
bercampur aduk, ini pertama kalinya kami ditonton oleh khalayak umum, hingga
waktunya untuk kami tampil, kami berusaha sebaik mungkin walau pada
kenyataannya ada sedikit kesalahan, sampai akhirnya kami selesai dan mendapat
tepuk tangan dari para penonton, duh leganyaaaa.
Kembali ke Pagelaran, Bulan berganti, waktu terus
berjalan, tak terasa mulai mendekati hari H, masuk pertengahan November kami
mulai khawatir, mendengar persiapan kelas lain yang sudah cukup matang, dan
yang membuat kami semakin tak menentu karena sampai saat itu kelas kami belum
mempertemukan antar pelatih masing-masing bidang, belum menemukan ending
akulturasi yang tepat, kelas kami hanya terfokus pada bidang masing-masing,
seperti bermain sendiri-sendiri, pemain gamelan bermain musik sendiri, penari
jawa dan penari hip-hop pun demikian, menari sendiri, belum ada jalan cerita
yang menggabungkan keseluruhan aspek pertunjukan yang sesuai dengan konsep
awal. Hingga suatu sore kami semua mendapat sms dari koordinator kelas untuk
berkumpul di sekolah, disitu kami mempertemukan pelatih penari jawa yang
bernama Bu Nanik dan penari hip-hop yang bernama Mas Tio, disitu kami
berdiskusi, mencari jalan keluar terbaik, ditengah itu semua sempat ada masukan
untuk mengubah konsep awal, ini cukup membuat shock, mana mungkin dalam waktu
yang saat itu kurang lebih 1 bulan mendekati hari H kita akan mengubah konsep
dari awal. Apalagi, waktu sebulan tersebut belum dikurangi dengan jadwal
ulangan akhir semester yang tidak memungkinkan pada hari hari itu untuk tetap
melakukan latihan. Jadi waktu latihan kurang lebih hanya tinggal 3 minggu, sedang untuk menggabungkan secara
keseluruhan dan mengompakkan saja belum jadi jaminan akan mendapatkan hasil
yang memuaskan, apalagi harus mengubah konsep dari awal yang dalam artian kita
harus belajar semuanya dari nol lagi, apa semua ini mungkin dalam hal yang
semendesak ini? Akhirnya, setelah kurang lebih satu jam mendiskusikan semua
ini, keputusan terbaiknya adalah kita tetap menggunakan konsep awal dan untuk
akultursi kita menggunakan lagu yang didalamnya terdapat unsur musik jawa dan
modern, dan untuk musik langsung, gamelan memainkan nada yang sesuai dengan
lagu yang digunakan untuk musik akulturasi. Dari pertemuan itu juga sudah
disepakati bahwa waktu yang ada harus digunakan dengan sebaik mungkin, sudah
bukan waktunya untuk berlatih sendiri-sendiri, tidak ada jalan lain selain
waktu 1 bulan ini harus digunakan untuk
menggabungkan semuanya dan mendapatkan ending dari akulturasi itu sendiri.
Karena dalam penampilan kami juga membutuhkan property yang
mendukung kami meminta bantuan salah seorang bernama Mas Trinil, yang tanpa
sengaja akhirnya membantu kami mengurus dan melatih kami untuk bagian
akulturasi. Setelah pertemuan tersebut diatas, setiap pulang sekolah kami mulai
berlatih bersama, karena pemain gamelan meminjam gamelan smp masehi untuk
berlatih ditempat, maka untuk mempermudah kami juga meminta ijin meminjan
tempat untuk latihan bersama satu kelas. Disana, kami beruntung karena ibu
penjaga sekolahnya sangat baik, sehingga kami juga tidak risih untuk meminta
bantuan. Hampir seminggu kita latihan bersama namun masih banyak kekurangan
disana-sini, hingga waktu uas tiba, kami memutuskan menghentikan latihan dan
fokus uas terlebih dahulu. Selesai uas kami kembali latihan, semakin dekat
dengan hari pertunjukan, namun nyatanya berangkat latihan saja masih banyak
yang meremehkan, sering terlambat, ijin-ijin tak jelas. Setiap harinya selalu
ada saja yang bikin emosi, bikin badmood entah itu dari masalah sepele sampai
yang cukup serius. Namun disamping itu, banyak sekali keceriaan yang ada,
keceriaan itu pula yang menghilangkan rasa capek yang ada, mulai dari bercanda
bareng, berbagi makanan, nungguin yang telat buat minta denda, dan hal-hal tak
terlupakan lainnya. Waktu yang ada, juga kami gunakan untuk membuat property,
kami gotong royong membuat property di gor jetayu. Belakangan, waktu pulang
dari sekolah lebih cepat, jadi sepulang sekolah kami gunakan untuk membuat
property dan baru sekitar jam 2 kami berangkat ke masehi untuk latihan sampai
jam 5 sore. Tak ada hari tanpa latihan, tak ada lagi hari untuk bersantai.
Waktu sudah amat dekat, sampai akhirnya ada konsep awal yang tadinya tak jadi
dipakai akan dimasukkan kembali, yaitu membawa bendera dan menyanyikan lagu
nasionalisme di akhir penampilan, jadi dalam waktu seminggu ini selain
memantapkan masing-masing kelompok, akulturasi, membuat property juga harus
berlatih tambahan untuk penampilan penutupan. Yang lebih membuat tak karuan,
kami belum mendapatkan kostum, sebenarnya masalah kostum sudah kami serahkan
pada pelatih penari jawa, namun karena belakangan kami sudah berlatih sendiri
jadi kami belum bertemu lagi untuk membahas kostum, hingga suatu hari kami
menelpon pelatih jawa menanyakan masalah kostum dan betapa kagetnya kami saat
mendapat kabar bahwa pelatih jawa sedang ada urusan ke luar kota sampai
beberapa hari kedapan dan belum menghubungi sewa kostum yang dimaksud, dari itu
kami langsung meminta alamat rumah penyewa kostum dan berniatan mengeceknya
sendiri. Sepulang latihan, sekitar habis isya beberapa anak dari kami termasuk
saya mencari tempat pencarian sewa kostum tersebut, setelah sampai di tempat
dan melihat-lihat kostum yang cocok, hanya hanya cocok pada kostum untuk sinden,
dalang dan pemuda jawa dan gamelan khusus cowok. Kami beruntung karena dengan
menanyakan masalah kostum tadi kami jadi tahu apa-apa saja yang ada dan apa
yang belum, coba saja jika semuanya kami serahkan pada pelatih jawa tadi tanpa
mencari tahu, mungkin beberapa hari sebelum kami belum juga mendapatkan kostum.
Dari itu, esok harinya kami dari kelompok gamelan cewek, penari jawa dan crew
bersama-sama mencari tempat penyewaan kostum. Beberapa tempat kami datangi
namun belum juga menemukan yang cocok, kami menuju tempat lain, itu di daerah
noyontaan tapi kebetulan sedang tak ada orangnya, kami berhenti disitu sembari
menunggu teman kami yang tadi ketinggalan, betapa lucunya saat ditempat yang
kami maksud sedang tak ada orangnya tiba-tiba teman yang tertinggal tadi
menelpon dan mengatakan dia sudah sampai ditempat sewa kostum dan bertemu
dengan penyewanya. Kami yang ada dan mendengar percakapan tadi langsung
tertawa, bagaiman mungkin kami yang beramai-ramai ada ditempat penyewaan yang
kami maksud tak bertemu penyewanya, ini malah dua anak yang ketinggalan sudah
bertemu penyewanya, ini jelas bahwa mereka berdua kesasar. Hahaha…. Kami
meminta alamat mereka sekarang dan menuju ke tempat mereka berdua berada.
Disana kami bertemu dengan pemiliknya, pemiliknya mengatakn bahwa mereka juga
pernah menangani penyewaan serupa, namun contoh bajunya tidak ada disitu, namun
ada di penyewaan yang bertempat di kraton, kami langsung menuju kesana, setelah
kami melihat-lihat ada baju yang cocok untuk pemain gamelan, tidak
disangaka-sangka dari dua orang kesasar yang salah tempat kami mendapatkan
kostum juga.
Kurang dari seminggu lagi kami tampil namun masih ada
saja hal-hal yang membuat kami tidak kompak, masih banyak pula property yang
belum selesai kami buat. Karena sekolah sudah tidak ada KBM, dan para guru juga
sudah mempersiapkan mengurus nilai untuk raport jadi pagi-pagi kami sudah tidak berangkat sekolah
untuk belajar mengajar, tapi tiap pagi kami berkumpul di gor untuk
menyelesaikan property sampai jam 12, istirahat sampai jam 2 dan dilanjut
latihan sampai jam 5.
Tak terasa sudah H-3. Disela-sela santai dan perbincangan
setelah pembuatan melihat ada beberapa anak yang mulai sakit dan terlihat
kecapekan ada yang mengusulkan dan menanyakan mau libur latihan kapan, dengan
pilihan libur setengah hari untuk hari ini, besok sehari, atau tidak ada libur
sampai pangelaran berlangsung. Akhirnya kita voting, setiap pilihan mendapat
suara, namun semua itu tak menyelesaikan masalah yang ada, kami meminta alasan
dari masing-masing pilihan yang ingin libur, alasannya sama, sudah capek, takut
kesehatannya gak kuat. Namun ada juga yang tetap keukeh dengan pilihan tidak
ada libur, kami yang memilih tidak ada libur lebih berpikir pada waktu yang ada
tinggal sedikit, sedang kekompakan saja masih naik turun, alasan capek? Apa
yang memilih tidak libur tidak merasa capek? Jika berbicara itu semua pasti
capek bukan? tapi ini untuk kepentingan bersama, bukankah sepulang latihan sore
kita bisa istirahat, sudah tidak ada KBM, semua nilai untuk raport telah ada,
jadi kita bisa punya waktu istirahat dari sore itu sampai pagi, apa masih
kurang juga? waktu kita tinggal sedikit, jadi hendaklah kita gunakan sebaik
mungkin tanpa disia-siakan. Belum juga mendapat jalan keluar, kami disuruh Mas
Trinil sebagai pelatih kami untuk berkumpul melingkar, disitu kami dinasehati ,
disuruh memejamkan mata, berpikir lebih jauh untuk penampilan bersama, ada pula
yang menangis, emosi kami campur aduk. Sampai setelah itu kami sepakat bahwa
tidak ada libur, dan mulai hari ini kami berjanji harus serius, kompak, dan
tetap latihan apapun yang terjadi. Hari itu jam telah menunjukkan pukul 2, kami
menuju masehi untuk latihan pertunjukkan, ditengah-tengah latihan hujan turun
dengan cukup deras, karena kami telah berjanji untuk kompak dan tetap latihan
apapun yang terjadi, maka ditengah hujan pun kami tetap berlatih, kami
basah-basahan, dan sampai akhirnya hujan-hujanan, bercanda-canda. Sebelum
pulang, kami evaluasi terlebih dahulu, dan menurut mas trinil hari ini latihan
kami sangat kompak, lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Hari ini, begitu sangat
mengesankan, hari yang penuh emosi namun juga penuh kebahagiaan. Esok harinya,
sudah H-2 hari berlalu seperti biasa membuat property dan latihan, kami menuju
smp masehi latihan untuk seperti biasa, namun apa daya belum juga latihan
dimulai hujan turun dengan derasnya, hujan yang tak kunjung reda menyisakan
banjir di sisi-sisi la pangan, terpaksa kami hanya latihan sebisanya, cuaca
yang tak mendukung membuat sebagian dari kami kurang konsentrasi, alhasil
latihan tidak sekompak kemarin. Karena besok sudah H-1 selesai latihan kami
berkumpul untuk membicarakan masalah kesiapan kostum, property dan hal
sebagainya.
Hari telah berganti, H-1 cukup membuat hati deg-degan tak
menentu, hari ini kami tak latihan dari pagi, kami diberi waktu untuk istirahat
dan mulai latihan pukul 1, untuk penari jawa, hip-hop dan crew latihan di gor
dan untuk gamelan latihan di masehi. Percaya tak percaya, ini adalah hari
terakhir kami latihan gamelan di masehi, sulit rasanya, kurang lebih 4 bulan
lamanya banyak waktu yang kami habiskan di tempat ini, banyak kenangan yang
kami ukir disini. Banyak rasa tertumpah di sudut-sudut sekolah ini. Rasanya
waktu cepat sekali berlalu, masih terasa rasanya pertama kali memasuki tempat
ini, memainkan gamelan untuk pertama kali. Untuk hari ini, setelah selesai
latihan gamelan, kami berkumpul di sekolah untuk gladi resik. Sesampainya di
sekolah melihat kelas lain yang sedang gladi resik hati berdebar lebih kencang
lagi. Sekitar jam 4 waktunya kelas XII IPA 1 gladi resik, baru beberapa saat
berjalan hujan turun, karena makin deras kami menghentikan gladi resik. Hujan
reda, gladi resik dilanjut oleh kelas lain, setelah semuanya selesai dan hujan
tak lagi turun kami melanjutkan gladi resik untuk kelas kami. Untuk gamelan
sendiri, saat gladi reik tidak bisa ikut bermain karena gamelan sedang dipakai
kelas lain, kami baru diperbolehkan memakai gamelan setelah kelas lain itu
selesai. Karena gamelan yang akan dipakai pentas bukanlah gamelan yang biasa
kami pakai untuk latihan jelas kami ingin para pemain gamelan ingin mencoba
alat yang ada. Anak-anak selain pemain gamelan diperbolehkan dan akhirnya kami
baru mencoba alat yang ada selepas maghrib, sampai jam menunjukkan pukul
setengah delapan kami pulang namun masih ada beberapa anak lak-laki yang tetap
disekolah untuk mengurus property bersama Mas Trinil.
21 Desember yang ditunggu dating juga. Hari ini, puncak
dari perjuangan kami berbulan-bulan ini. Culture Project, rangkaian persembahan
perjuangan berbalut kreativitas dan seni. Berangkat pagi, gelorakan semangat
berikan yang terbaik untuk akhir semester ini. Dari pagi, satu persatu dari
kami dirias, memakai kostum yang sesuai.Pertunjukkan dimulai pukul 9 pagi,
walaupun tampil urutan ke lima, persiapan make up dan kostum kelas kami telah
seratus persen. Acara dibuka, kelas urutan pertama tampil pukul setengah
sepuluh, sambil menunggu giliran kami melihat penampilan kelas lain, melihat
itu perasaan menjadi campur aduk, antara takut, tegang, deg-degan jadi satu.
Masuk penampilan kelas keempat, kami dikumpulkan oleh Mas Trinil, kami saling
menguatkan, saling memberi semangat, dan berdoa untuk kesuksesan bersama.
Tiba juga waktu untuk penampilan kelas kami, pembawa
acara memanggil kelas kami, pemain gamelan naik panggung terlebih dahulu, disusul
dengan urutan masing-masing jalan cerita, penampilan berlangsung kurang lebih
35-40 menitan, dalam penampilan ada beberapa kesalahan, namun itu semua tidak
menjadi masalah karena kami saling menutupi, saling melengkapi. Kami telah
berusaha semaksimal mungkin yang kami bisa. Begitu rangkaian penampilan kami
selesai, semua terbayarkan saat mendengar suara tepuk tangan para hadrin yang
ada. Sesederhana itu kebahagiaan kami, mendengar suara tepuk tangan dan riuh
penonton. Capek dan semua yang kami persiapkan 4 bulan belakangan ini seakan
telah terbayarkan. Ini adalah acara yang akan selalu kami ingat, bagian dari
perjalanan hidup kami, dan kenangan yang akan selalu hidup dalam hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu berguna bagiku......