Kamis, 17 April 2014

Konflik dalam Latihan Pagelaran, ...adalah hal biasa


Nama  : Garini Adyatiningtyas
Kelas  : XII IPA 1
Abs     : 14

Hanya Satu Kali

Ini ceritaku tentang pengalamanku. Pengalaman yang tak terlupakan. Kenapa? Karena disini aku bisa merasakan senang, susah, jengkel, dan terutama adalah kerja keras dan kekompakan. Menurutku tanpa adanya kerja keras dan kekompakan maka sesuatu yang dikerjakan tidak akan berhasil, perlu adanya rasa saling mengerti dan saling menyemangati. Nah, disini susahnya.
Sekolahku menyelenggarakan suatu acara tahunan yaitu Pagelaran Seni. Pagelaran ini diperankan oleh seluruh siswa siswi kelas XII SMA 3 Pekalongan dalam rangka untuk mengisi nilai ujian praktek. Dan angkatanku telah bersepakat bahwa tema yang akan kami tampilkan nanti adalah “Culture Project”. Sesuai dengan namanya, disini kami menngabungkan budaya budaya asing dengan budaya Indonesia.
Nah, aku dan kawan kawanku kelas XII IPA 1 selalu melakukan rapat untuk membahas tema apa yang akan kami suguhkan nanti? Banyak pendapat dari beberapa anak kelas. Dan akhirnya terpilihlah tema yang menggabungkan antara budaya asing yaitu hiphop dan budaya jawa yaitu tarian tradisional jawa. Kami menamainya “Dubsteb Of Java Cresendo”.
Latihan pun dimulai. Kelas kami melakukan konsep latihan dengan cara membagi tugas masing- masing dengan kelompok. Ada kelompok tari jawa, kelompok hiphop, dan kelompok gamelan. Semuanya masih berlatih secara terpisah.
Ini adalah puncak ketegangan dari kelas kami. Awalnya memang asyik latihan dengan keompok sendiri, tapi setelah kami berkumpul, banyak yang komplain, karena tidak tahu bagaimana perkembangan latihan dr kelompok lain. Dan konsepnya pun belum sangat matang waktu itu. Dan dengan waktu yang mepet akhirnya ditemukan juga konsepnya. Konsep penggabungan hiphop dengan tari tradisional jawa dengan latar pelataran desa jaman dahulu, juga suasana desa dengan wanita wanita membawa tampah dan menumbuk padi dengan lesung, anak- anak kecil bermain permainan tradisional dan pemuda pemuda yang sedang mencangkul disawah, yang diselingi oleh suara gamelan.
            Setelah konsep matang, akhirnya kami berlatih dan terus berlatih. Aku berpikir, kelasku adalah kelas paling belum siap waktu itu. Karena latihan terus pun belum ada tanda-tanda kemajuan. Sudah lelah, membuang tenaga dan waktu, hingga kena marah bapak pun aku rasakan. Mungkin semua temanku juga merasakan hal tersebut. Wajar.
            Demi terselenggaranya pagelaran kelas kami, kami pun menyisihkan uang jajan kami sebesar 2000 rupiah setiap harinya, yang uang itu ditabung untuk dana pagelaran kami. Setiap hari selalu ditagih terus sama bendahara kelas, Aurora. Kadang ngerasa jengkel dengan menyisihkan uang tersebut, padahal uang itu mau dipakai untuk beli tahu bakso. Lol.
            Setiap minggu kami lewati bersama, pernah ada konflik diantara kami, yaitu masalah keseriusan. Ya maklum, mungkin ini adalah proses dari kerjasama kami. Karena semua anggota kelas pasti ingin yang terbaik untuk kelasnya kan?
            Kurang lebih tepatnya 3 minggu sebelum acara pagelaran, akhirnya kami meminta bantuan kepada Pak Trinil untuk membantu menyelesaikan konsep dari pagelaran yang akan kami tampilkan. Kami meminta bantuan untuk membuat apa saja yang dibutuhkan saat pagelaran dan mematangkan skenario yang akan kami tampilkan.
            Berlatih, berlatih. 2 minggu sebelum pagelaran dimulai. Kami menyiapkan perlengkapan yang akan kita gunakan, yaitu mondar mandir mencari busana yang pas yang akan kami kenakan nanti, membuat sebuah rumah sebagai suasana di pedesaan yang dilengkapi dengan lesung.
            Kami latihan di SMA Masehi. Latihan di lapangannya. Kami berlatih disini karena para anak anak gamelan juga latihan ditempat ini, gamelannya pun milik SMA ini sehingga agar mempermudah pekerjaan kami, kami berlatih disini.
            Dan di tempat latihan itu juga terjadi sebuah kejadian yang tidak sama sekali aku harapkan! Hape kesayanganku rusak gara-gara kecemplung dikamarmandinya. Ironis bukan? Aku sedih pada saat itu, padahal aku paketan sebulan. Huhuhu. Dan sekarang hapeku turun pangkat. Nasib.
            Pagelaran seni pun tinggal menghitung hari, tepatnya pada hari sabtu tanggal 21 Desember 2013. Kami tetap berlatih untuk mematangkan penampilan yang akan kami suguhkan untuk semua warga SMA 3. Dan bertepatan dengan penerimaan raport sehingga orangtua murid pun otomatis melihatnya.
            Gladi bersih dilakukan H-1 yaitu pada hari Jumat. Ada perasaan rendah diri ketika kami melihat konsep dari kelas kelas yang besok juga akan tampil di acara ini. Konsep yang mereka bawakan bagus dan beragam, ada yang lucu, ada yang menyedihkan dan lain lain. Tapi kembali lagi ke konsep awal. Jangan ada rasa pesimis, kelas ku pasti juga akan bagus, lebih bagus malah.
            Dan tibalah hari dimana kami akan menampilkan sebuah karya kami, karya yang kami lakukan dengan kerja keras dan kekompakan. Kami tampil pukul 11.00 wib. Tapi kami berangkat pukul 05.00 wib. Mengapa? Karena kami akan dirias oleh para perias, dipakaikan sanggul dan tak ketinggalan baju tradisionalnya. Para pemain gamelan juga sama perlakuannya. Aku ngakak waktu Bima, dalang dari penampilan kami, memakai pakaian ala Parto OVJ, dan yang lucunya, dia dipakaikan bedak wkwk. Sudah wajahnya hitam, dikasih bedak. Bisa kalian bayangkan sendiri itu ya kwkw.
            Beberapa menit lagi kelas kami tampil. Rasanya campur aduk, antara takut, deg degan, gak sabar dan kebelet pipis wkwk. Ada rasa iri ketika melihat kelas lain yang sudah tampil, mereka bagus bagus dan menghayati apa yang mereka perankan, apalagi banyak orang yang bertepuk tangan refleks setelah disuguhkan pertunjukan. Tapi kembali lagi, aku dan kawan kawan harus berusaha keras agar penampilan kami lancar dan bermanfaat. Yang bisa kami lakukan sekarang adalah berdoa, oleh karena itu sebelum kelasku dipanggil oleh sang pembawa acara, kami sekelas berdoa kepada Allah semoga apa yang telah kita lakukan 3 bulan ini dapat kita tampilkan tanpa ada rasa kecewa.
            Dan penampilan kami pun dimulai. Sebelumnya, para pemukul gamelan memainkan musiknya yang menjadi pembuka di penampilan kami. Dan dalang pun mengatakan bagaimana alur pertama cerita kami berjalan. Pertamanya disebuah desa, 2 lelaki sedang menari dengan cerita kehidupan jaman dahulu yaitu mencangkul dan mencabut rumput, dan tiba-tiba datanglah sekelompok bocah dengan pakaian serba modern membawa tipe, mereka memperlihatkan kebolehannya dalam menari hiphop. Semua warga di desa tersebut kaget dengan kedatangan mereka, mereka bingung dengan tarian yang semrawut dan lagu yang bertempo cepat. Akhirnya sang kepala keluarga jengkel dan mematikan tipe itu. Akhrirnya terjadi adu mulut diantara mereka. Kemudian, sang kepala keluarga itu meminta agar para kelompok bocah itu untuk melihat tarian jawa yang begitu lembut dan indah yang sangat berbanding terbalik dengan penampilan mereka. Dan tarian jawa itupun dimulai. Dengan musik yang anggun, kami menari-nari dengan penuh percaya diri. Di cerita ini, akhirnya para kelompok bocah modern itupun takjub, karena tarian yang kami tampilkan. Akhirnya mereka mempunyai ide untuk berkolaborasi. Dan diakhir cerita, kami semua menarikan tarian modern dan diiringi sedikit gamelan di belakangnya. Setelah selesai, kami para penari membentangkan bendera putih dan merah, yang pnari laki-laki membawa mendera merah putih yang sudah dipasang di sebilah bambu yang panjang yang diiiringi oleh lagu gombloh yang berjudul merah putih kalau tidak salah. Dalang memberikan hormat kepada sang merah putih dan penonton pun juga berdiri dan hormat kepada merah putih. Jujur, aku terharu melihat hal itu. Akhirnya tepuk tangan penonton pun terdengar. Refleks timbul rona bahagia diantara kita, rasa lega yang kami rasakan begitu membuat hati tenang. Kami bahagia, Bahagia bisa melewati saat saat yang kita tunggu tunggu ini. Ya, senyuman diantara kami menandakan bahwa kami puas dengan apa yang telah kami lakukan tadi. Kerja keras yang kami lakukan tidak sia-sia.
Oh iya, aku disini juga merupakan panitia dari Pagelaran Seni ini, sebelumnya aku belum pernah merasakan betapa capeknya jadi panitia. Rapat panitia sepulang sekolah, dan aku pernah colo haha, mencari donatur kesana kemari, dan lain lain. Tapi setelah acara pagelaran terlaksana, aku merasa puas, aku bisa berlatih bagaimana caranya membuat suatu acara yang memang ternyata sulit. Aku mengerti banyak hal dengan adanya ikut berpartisipasi menjadi panitia seksi konnsumsi disini. Aku tahu bagaimana pesan makanan dalam jumlah besar, tawat menawar dengan mbak masnya. Asyik pokoknya, walaupun pulang sore terus, colo les terus. Terbayar sudah akhirnya.

Ini merupakan mengalaman yang mungkin sulit didapat selama hidupku. Untuk teman temanku, kalian luar biasa kawan, terimakasih kerjasama nya, terimakasih kekonyolannya, semoga dimasa tua nanti kita tersenyum melihat foto-foto kita dulu ya, menari, brmain gamelan, dan menjadi dalang.lol.

A-Z PAGELARAN SENI XII.IPA.1


Nama    :     Fitri NH
Kelas  :    XII IPA 1
NO :               13



 Tentang Pagelaran seni dari A-Z

Pagelaran XII IPA 1 dimulai dengan pelatih yang bernama Bu Ismi sudah pertemuan dan sudah akan membahas konsep tentang Cultur Project namun setelah beberapa hari saya dapat kabar dari teman saya bahwa bu Ismi tidak bisa melatih dance yang kita inginkan. Kami tidak putus asa sehingga kita semangat dalam mencari pelatih baru. Setelah beberapa hari kamipun menemukan pelatih dance. Pelatih tari Jawa, dan pelatih gamelan. Alhamdulillah XII IPA 1 sudah mendapat pelatih. Keesokan harinya sepulang sekolah kami sekelas membahas jadwal latihan peraturan, denda, dan hukuman-hukuman bila melanggar peraturan. Setelah kami selesai kami pulang ke rumah masing-masing. Latihan kelas XII IPA 1 disepakati untuk Tari Jawa setiap hari Kamis jam 3, gamelan hari Jumat-Sabtu jam 1, dan dance hari Senin/Selasa karena latihannya menyesuaikan pelatih. Peraturan yang telah dibuat yaitu :
1.      Bila terlambat 5 menit dikenakan hukuman 2x lari muterin lapangan basket.
2.      Jika ijin sakit/ ban bocor.
3.      Bila tidak berangkat denda 20.000
Namun peraturan-peraturan itu tidak begitu digubris sehingga pada suatu hari kami membahas tentang peraturan baru. Peraturan yang baru yaitu berisi :
1.    Bila terlambat 1 menit didenda 500 rupiah.
2.    Bila sakit / ban bocor harus ijin.
3.    Bila tidak berangkat denda 50.000
Dengan peraturan di atas kamipun sepakat. Hari demi hari kita lalui ada suka duka canda dan tawa. Setiap Kamis saya dan teman saya diajarin tari Jawa. Kami latihan harus sangat sabar karena tari Jawa merupakan tari yang luwes. Sebelum kami latihan kami harus mengambil tape dahulu ke ruang guru dan memberi tahu pelatih bahwa kami sudah siap. Karena pelatih tari Jawa akan datang bila anak-anak yang nari Jawa sudah lengkap sehingga tidak perlu mengulang lagi. Biasanya latihan berakhir jam setengah lima di SMA N 3 Pekalongan.
Para pemain gamelan juga latihan namun tidak di sekolah kami. Para pemain gamelan latihan di SMA Masehi Bendan. Begitu juga dengan penari dance latihannya bukan di SMA kami namun di mall Borobudur. Setelah seminggu latihan kami XII IPA 1 mengadakan pertemuan di ruang 5 SMA N 3 Pekalongan untuk membahas perkembangan latihan setiap kelompok penari Jawa, dance dan pemain gamelan. Masing-masing koordinator dari kelompok-kelompok tersebut mempresentasikan perkembangan latihan mereka. Alhamdulillah latihan setiap kelompok berjalan dengan lancar. Hari berganti hari latihan pun menjadi asik karena kami sudah bisa menirukan gerakan para pelatih kami. Namun itu semua harus lebih dimaksimalkan agar nanti hasilnya bagus dan memuaskan para penonton. Setelah kira-kira hampir 3 bulan kami rapat lagi untuk menggabungkan tarian Jawa, dance, dan gamelan agar dapat dikolaborasikan. Setelah kami rapat hasilnya adalah latihan setiap hari Kamis untuk kolaborasi di SMA Masehi kami hujan pun tetap latihan sambil bermain air berkeceh-kecehan. Saat kolaborasi kami memerlukan mencari lagi pelatih untuk keperluan property dan membenahi konsep untuk pagelaran kami. Setelah 2 hari kemudian kami menemukan pelatih yang berada di gor. Setiap hari kami tak lupa membayar kas untuk berbagai keperluan pagelaran.
Hari Kamis jam 3 rutinitas latihan pagelaran di SMA Masehi berlangsung. Ada kendala panas dan hujan namun kita semua tetap bersemangat untuk latihan, pertama itu adalah latihan gamelan lalu disambung latihan tari Jawa lalu tari modern/ dance. Setelah selesai kami latihan untuk bendera merah putih yang akan dikibarkan setelah kami selesai menari dan drama tak lupa para kru pun ikut serta. Ada yang marah-marah karena tidak di dalam keterlambatan seorang / 2 orang siswa. Meskipun kami ada konflik kami harus konsisten dan harus kompak. Setelah 2 kali pertemuan kami merasa makin erat dengan satu teman dan teman yang lain. Hujan-hujan bersama dan tertawa bersama itu yang kami rasakan.Kami juga kompak dalam mencari pakaian untuk pagelaran.Hampir 6 tempat kami datangi dan akhirnya kamipun mendapatkan pakaian yang cocok untuk pagelaran,yaitu berupa kebaya dan pakaian jawa untuk para pemain gamelan.Tak lupa kami juga mencari kendi untuk penari jawa. Setelah sekiranya 4 kali pertemuan kami berhenti latihan dan waktunya kami pergunakan untuk membuat property karena waktunya sudah mepet banget dan menjahit kain merah putih untuk bendera, selama 5-8 hari. Karena benderanya basah kena hujan di suatu hari kami pun mencuci masal bendera merah putih tersebut. Setelah itu kami pun latihan lagi. Dengan semangat yang tinggi sedikit demi sedikit pun kami bisa dan akhirnya latihan berjalan dengan lancar walaupun ada sedikit kendala-kendala tertentu. Saat 2 hari sebelum pentas kami melakukan geladi bersih di SMA N 3 Pekalongan. Kami mengukur lapangan agar pas saat kami tampil. Setelah itu kami mengumpulkan dan membeli properti yang belum di beli setelah semuanya selesai kami pun pulang ke rumah masing-masing tak lupa kami juga menyewa baju untuk pagelaran namun pada malam hari kami menyelesaikan property yang belum jadi sampai jam 11 malam, esok sorenya kami latihan lagi dan ke SMA lagi untuk mematangkan tempat-tempat tertentu dan gelada bersih. Lalu kami briving dan berdoa agar semuanya lancer. Pagi harinya kami pun di rias ,memakai baju yang telah dipilih masing-masing dan berdoa agar semuanya berjalan lancar.

SUKA DUKA PAGELARAN SENI


Nama         : Febe Yuli Triana
No.              : 12




 PAGELARAN OH PAGELARAN

Semua yang diceritakan di sini benar-benar real terjadi dari perencanaan apa yang akan ditampilkan kelas XII IPA 1, kejadian-kejadian yang aku alami selama latihan pagelaran hingga hari H dimana pagelaran dilaksanakan.
Pagelaran, kalo denger kata ini yang ada di pikiran itu kudu latihan rutin, kudu pinter-pinternya bagi waktu dan tentunya bener-bener “menggaringkan diri” terlebih dahulu, karena pagelaran tentunya ngerogoh kocek yang mendalam. Begitu Pak Saiful bilang kalo bulan Desember ngadain pagelaran, mood jadi turun drastis. Jelas turunlah, banyak keluar-keluarnya, sering kumat sakitnya, dan jelas aja lah kalo keluar bentar aja udah diomelin sama papa, sekalipun itu kerja kelompok. Kalo udah lebih dari 1 jam biasanya papa pasti SMS suruh pulang. Belom juga uang saku cuman Rp 12.000,00 kudu ngirit sengirit-ngiritnya demi pagelaran, ini semua karena aku juga gak ngrepotin orang tua ataupun minta Oohku (a.k.a Kangmas) minta duit keterusan.
Sebelum ke latihan, terlebih dahulu kita tentukan konsep, ketentuan latihan dan siapa yang akan melatih kita. Jujur saja, kelasku ini memang lambat untuk menentukan konsepnya, tapi aku juga gak bisa nyalahin koordinatornya juga, karena selain anak-anak kelasku yang terlalu susah kalo buat kasih pendapat dan kadang ada yang ngusul tapi gak ditanggepin, tugas-tugas selain pelajaran seni musik pun menumpuk, makanya kita susah cari waktu buat diskusinya.
Tema pagelaran tahun ini adalah“Culture Project”, dan akhirnya kita mengambil akulturasi Jawa-Hiphop. Ini dikarenakan kelas kita kebingungan untuk mengambil keputusan saking anak-anaknya susah buat berpendapat dan menurutku memang sebagian besar anak-anak punya skill di tari Jawa dan Hiphop. Untuk pelatihnya, kita agak kesulitan untuk mencari para pelatihnya. Untungnya, Hakim langsung dapet Pak Darsono buat nglatih gamelannya. Dan untuk penari Hiphop dan Jawanya mau dilatih sama Bu Ismi dan Mbak Wildha.
Untuk koordinasi anak-anaknya, tari Hiphop membutuhkan 6 anak, tari modern 6 anak, sinden 2 orang (salah satunya merangkap jadi dalang), 11 anak untuk pemain gamelan dan sisanya jadi Crew, namun crew ini bukan berarti mereka sisaan, tapi memang dikhususkan untuk membuat penampilan gak garing. Waktu diskusi, Sandra nyuruh anak-anak pilih bagiannya, untuk aku sendiri karena dari kecil aku memang skillnya lebih terasah ke tarian yang lebih modern, jadi aku pilih masuk ke tari Hiphop aja. Soalnya secara gerakan, aku memang lebih cepat menguasai gerakan Hiphop ketimbang gerakan Jawa dan tentunya aku menghindari make up yang SUPER TEBEL ketika mau tampil di hari H-nya karena aku alergi BEDAK PADAT.
Pas diskusi, si Intan gak berangkat, jadi dia cuman SMS aku. Aku tanya dia mau masuk yang apa, begitu dia bales, aku langsung kaget kalo dia pilih ke Hiphop. Jujur saja sih, dia basicnya bukan di menari, dia justru lebih perfect ketika dia berakting. Untung banget dia telat bales SMSnya karena Hiphop sudah pas 6 anak, jadi aku gak bisa bilang ke Sandra kalo dia pilih Hiphop. Kalo dia beneran masuk ke Hiphop, takutnya anak-anak kuwalahan gara-gara Intan gak bisa nguasai gerakannya.
Ketentuan-ketentuannya adalah setiap siswa diwajibkan untuk menabung Rp 2.000,00 per harinya (termasuk hari Minggu). Itu dilaksanakan dari tanggal 23 Agustus 2013. Untuk latihannya adalah kalo telat dikenakan SANKSI DAN DENDA. Tarif denda yang dipasang adalah Rp 500,00 per 5 menit apabila gak ijin. Kalo gak berangkat karena sakit berat (Meriyang dan penyakit berat lainnya) gak dikenakan sanksi TAPI harus SMS ke Shifa atau Farid, tapi kalo sampe gak dateng latihan sekalipun alasannya pusing atau ada keperluan keluarga dan gak ada ijinya, akan dikenakan denda Rp10.000,00. Untuk sanksinya sih, kalo telat disuruh lari muterin lapangan, baik latihan di SMAGA ataupun di tempat manapun kita akan latihan. Hukuman ini ditetapkan supaya anak-anak dilatih kedisiplinannya sekaligus untuk menambah uang kas Pagelaran.
Hari Minggu, sekitar pertengahan September, adalah latihan perdana kelas XII IPA 1. Latihan ini tempatnya di SD Panjang Wetan 1. Pertama kali latihan itu udah ada yang kena denda dan telat. L Masih inget betul yang disuruh lari muterin lapangan itu si Tyas, Nurul, Lutfan dan Novan. Mau lari berapa kali pun ya gak bakalan ngos-ngosan lah orang lapangannya super mini. Tapi, kejadian buruk menimpa si Umi. Awalnya, semua helm dibawa masuk ke kelas, tapi helmnya Umi gak dibawa. Pulang-pulang helmnya udah gak ada di meja deket papan mading SD PW 1. Pada heran sih orang tempatnya sepi, Pak sama Bu Bonnya juga gak punya motor, tukang-tukang yang pada keluar masuk juga pake sepeda, tapi kenapa bisa langsung hilang begitu aja? Aneh sihh. Ckckck!!
 Latihan perdana ini emang molor banget, soalnya yang bisa ambil sound dan tahu alamat rumah Bu Ismi cuman Hakim dan Hakim sendiri berangkatnya mepet. Begitu dateng, aku baru “ngeh” kalo Bu Ismi dan Mbak Wildha yang dimaksud itu ternyata Mama dan Mbaknya Widya, temenku dari Bernardus. Sebenernya sih aku mau ngomong ke Sandra langsung kalo mereka itu gak begitu enak orangnya apalagi Mbak Wildha itu cuman spesialis tari modern bukan Hiphop, tapi karena dah kelanjur di TKP dan “ngeh” ya gak enak lah kalo ngomong. Awalnya sih waktu dijelasin nyambung, tapi begitu Bu Ismi tunjukin video tarian Jawa sudah mulai disconnect sih setengahnya. Tambah lagi lagu-lagu yang disetel Mbak Wildha gak sesuai sama yang kita ingini.
Keesokan harinya, mereka SMS Sandra kalo mereka gak bisa nglatih kita. Semua pada kaget dan galau karena sampe waktu itu cuman kelasku yang belum dapet pelatih yang bener-bener mutlak. Karena gak punya pelatih, latihan break dulu untuk tari Jawa dan Hiphopnya. Kita semua rembug lagi dan cari-cari pelatihnya dan kita semua dapet Bu Nanik sebagai pelatih tari Jawanya dan Mas Tio yang melatih anak-anak Hiphop. Puji Tuhan deh latihan bisa dilaksanakan lagi.
Namun, selama latihan berlangsung, alur cerita pun belum jadi. Aku pun juga prihatin, cuman  yang namanya totalitas itu gak bisa yang namanya instan. Pembuatan cerita pun juga memakan waktu hingga 2 Minggu karena ada ketidakcocokan, baik Hiphop maupun Jawa.
Nah, untuk Hiphop, karena kita semua memang pemula, ya semua gerakan gak langsung bisa lancar. Hiphop pun juga mempunyai gerakan dasar. Pertama sih aku agak kesulitan untuk belajar gerakannya. Tapi, lamban laun juga gerakan yang diajarin sama Mas Tio pasti “kecantel” di pikiran. Di rumah pun kadang nari-nari sendiri sampe dibilang orang stress sama Cicikku (Cicik = Mbakyu) saking gak bisa diem. Anjingku pun juga sering keganggu tidurnya, bahkan kalo aku sendirian di rumah terus nyalain lagunya, dia gak segan-segan bakal jeguk sekenceng-kencengnya. Bangun tidur pun juga stretching’nya yaa pake gerakan Hiphopnya.
Beda sama penari Jawa dan gamelan, penari Hiphop sih latihannya gak nentu, asal semua bisa dan Mas Tio juga bisa ya latihan bisa terlaksana. Untuk bulan Oktober, latihan gak bisa maksimal soalnya Mas Tio juga masih ada project di luar. Untuk latihan gabungannya, selama bulan November sih latihan pasti hari Minggu di sekolah kita tercinta. Semua anak-anak pasti lega kalo hari itu. Tapi, betenya latihan hari Minggu itu ya kalo latihannya udah lebih dari jam 12 ya Mama atau Papa pasti ngomel-ngomel lewat SMS. Ini nih yang bikin anak-anak merasa gak nyaman kalo latihan. Pasti latihan belom kelar itu udah disuruh pulang dan kalo gak pulang-pulang ya terpaksa besoknya gak boleh latihan babar blass.
Sayang, setiap kali latihan digabung jadi satu pasti ada yang gak berangkat dan banyak yang telat. Banyak anak-anak yang telat juga yang buat durasi latihan selalu lama. Jujur bete sih, pengen nyingkat waktu jadi buang waktu gegara kudu ngomplitin anak-anaknya. Tapi mau gimana lagi kalo dah kelanjur gini. Aku juga bete sama beberapa anak yang paling sering telat dan gak berangkat. Ya, mereka-mereka yang seperti ini bener-bener nyepelein latihan, padahal mereka belum menguasai bagian mereka sendiri.
Melihat kondisi anak-anak yang GAK prihatin sama yang namanya latihan (terutama anak cowok), aturan pun berubah. Denda yang tadinya bayar Rp 500,00 per 5 menit kini diubah jadi per menit untuk efek jera. Kemudian yang gak berangkat tanpa alasan dikenakan denda Rp 5.000,00. Pertengahan November pun juga mengingat XII IPA 1 belum pernah gabung latihannya, jadwal latihan pun dirembug lagi dan latihan gabungan pun ditentukan setiap hari Sabtu dan Minggu di SMA MASEHI, tapi aku request ke anak-anak kalo hari Sabtu aku pulangnya lebih awal untuk ke Gereja dan mereka mengijinkan.
Jujur saja, jadwal selain Sabtu dan Minggu yang anak-anak minta itu bener-bener gak adil. Ketika kita yang gak bimbel minta latihan di hari tersebut, mereka gak mau dan minta di hari yang lain dimana aku atau beberapa temen-temen yang les biasa ada les. Mau gak mau aku ngalah harus MBOLOS les karena keegoisan mereka dan untuk sesekali juga mbolos latihan karena aku gak mau uang lesku kebuang cuman gara-gara latihan. Padahal, selama latihan itu mereka kurang serius dan herannya kalo misal dah mending rame ya langsung mulai aja kek jangan nunggu personilnya komplit semua. Ckckckck
Ketentuan denda diperkeras pun juga gak memberi efek cerah. Masih saja anak-anak yang nyepelein, akhirnya kandidat sebagai penyumbang terbesar jatuh ke Aurora dan Intan (Sebut merk sesekali boleh yaa??). Mereka sih ikhlas-ikhlas aja buat bayar dendanya, cuman aku gak suka sikap mereka yang menyepelekan, belum juga si Intan gak mudengan, kalo telat kan efeknya gak bisa nginget-nginget gimana bagiannya dan anak-anak pada males lah kalo ngajarin berkali-kali tapi tetep gak mudeng.
Akhir bulan November adalah puncak dimana dalam 1 minggu, latihan bisa hingga 5 hari baik itu yang nari maupun gabungan semuanya. Ini semua karena persiapan yang masih belum matang. Padahal udah mau UAS dan kalo UAS otomatis latihan juga libur. Karena libur juga otomatis gerakan agak lupa. Jadi, kita bayar harga TO gak belajar karena latihan nonstop sampe hari H’nya. Aku sih mau-mau saja, cuman karena melihat sikon ini juga, prepare latihan buat Natalan di gereja aku tunda dulu, lagian juga untung dapet tugasnya gampang sih buat Natalannya. Dan latihan rutin ini, yang benar-benar handle latihannya adalah Mas Trinil.
Dan lagi-lagi aku dimarahi Papa karena tiap hari keluar terus, bikin repot Papa lagi buat anter jemput. Papaku orangnya juga tegas, sekali gak boleh pasti gak boleh. Minta jemput temen atau Cicikku yang nganter pun juga tetep gak dibolehin. Kalo sudah begini, aku udah gak bisa apa-apa lagi. Kalo dilawan, yang ada nanti gak boleh latihan sampe hari H. Daripada gini, Mamaku suruh aku ijin aja buat gak latihan dulu biar besok sampe seterusnya dibolehin lagi. Dan it’s real, akhirnya seminggu sebelum tampil latihan pun gak sampe diomeli lagi. Mungkin jurus naklukin Papa ala Mamaku pun ampuh. Hahaha!!
4 hari sebelum pagelaran, setiap paginya kita pasti ke GOR untuk nyelesaiin property dan siangnya kita ke SMA Masehi untuk latihannya. Property sebelumnya sudah dibuat di hari khusus dimana hari itu cuman buat property. Pembuatan property memang terbilang mendadak, karena kalo semua property diselesaiin di GOR, otomatis kita gak bisa ngangkut semua propertynya ke sekolahan. Contoh aja gubuk, ya kerangkanya aja yang dibuat di GOR. Nah property seperti tiang bendera, lesung dan tumbukan kita buat sampe selesai di GOR. Setiap jam setengah 1 kita-kita seperti aku, Fairuz, Ucup, Farid Shifa dan anak-anak lain yang rumahnya jauh dan males pulang pasti makan siang dan berangkat bareng. Makanya gak mungkin telat latihannya.
TO Online memang mitos. Untuk ketiga kalinya TO Online gagal total. Anak-anak XII IPA 1 pun bersukacita. Akhirnya anak-anak yang pas Selasa sekolah buat TO akhirnya pada transmigrasi ke GOR buat lanjutin property. Aku dari rumah juga nyusul tapi telat gara-gara nunggu Papaku selesai urusan dulu di luar. Property yang dilanjutin adalah atap gubug-gubug’annya. Seperti biasa, jam setengah 1 pasti kita meluncur ke SMA Masehi dan latihan berjalan dengan mulus. Sebagai selingan buat hilangin bosen karena latihan, anak-anak pada main muter-muter. Untung aku gak jadi korban bully’an anak-anak. Semua pada ketawa pas Novan disuruh muter sambil jongkok sampe 10x, begitu disuruh jalan cuman tuh anak yang gak sempoyongan sampe jatuh.
Rabu, 19 Desember 2013. Ini hari bener-bener dimana titik kerahatan XII IPA 1 muncul. Berbeda dari hari Senin dan Selasa berangkat pagi pulang sore yang standar-standar saja. Puncak kerahatan mulai muncul. Cuaca labil pada hari itu. Untung, sebagian besar anak-anak sudah sampai di Markas kita, SMA MASEHI. Pas masih sholat, suasana garing kayak kerupuk. Lagu yang di setel pun juga ngebosenin. Di sekolah cuman ada aku, Fairuz, Eka, Intan, Mas Trinil dan Fitri.Hujan pun turun pada hari itu. Buat ngilangin bosen, gantian HPku yang aku colokin. Pertama setel lagu Heavy Rotation, tapi si Fairuz minta Gangnam Style’an aja. Akhirnya aku, Fairuz, Fitri sama Eka joget-joget Gangnam Style gak karuan. Anak-anak sudah pada ke sekolahan lagi, dan HPnya Bima aku colokin lagi dan kita puterin lagu-lagu di HPnya Bima. Begitu lagunya ganti Oplosan, anak-anak cowok pada merapat hujan-hujanan di tengah lapangan dan goyang Oplosan.
Setelah refreshing sejenak, latihan lanjut kembali. Hujan pun semakin deras, anak-anak gamelan minta semua penari membubarkan diri, tapi Mas Trinil tetep maksain latihan. Karena ketegasannya, latihan pun tetap berjalan dengan tertib. Hujan makin deras dan deras, pemain gamelan dan sinden merapat ke tengah lapangan dan semua hujan-hujanan tanpa terkecuali. Hujan di hari itu memang membawa berkah, terbukti keesokan harinya tidak ada yang sakit kecuali Aisah (kemarinnya memang uda sakit, makanya dia masih sakit). Semenjak itu, 2 hari terakhir latihan bener-bener diseriusin.
Latihan di hari Kamis berjalan dengan mulus, cuman endingnya aja yang masih kurang. Karena lagi-lagi Intan salah melulu di bagian jalan bawa kain bendera. Sudah dibilangin berkali-kali jangan motong, dia motong terus. Dia juga dibilangin susah banget ditambah dia gak mau disalahin. Setelah latihan, kita evaluasi sebentar dan Mas Trinil pun mengevaluasi. Jujur, evaluasinya agak bertele-tele dan buang waktu. Dan beliau minta besok setelah gladi bersih, sekitar jam 19.00-21.00 kita latihan lagi. Jelas banget lah pada gak mau, apalagi juga daya tahan tubuh beda-beda. Dan besoknya aku dikabari kalo besok yang nari kumpul di GOR jam 1 untuk latihan sekaligus ngangkut barang-barangnya. Untung kita ke sekolahnya gak telat, tapi pas giliran kita yang gladi bersih malah hujan.
Esoknya, sekitar jam setengah 7 aku sudah sampai di sekolah. Bener-bener deg-degan sih, selain pagelaran juga nilai rapot yang bener-bener bikin deg-degan. Nunggu giliran make up, tangan dingin bange. Ngliatin anak-anak di make up juga takut sih gegara make up’nya tebel semua dan imbasnya nih Aku sama Mirra jadi ketebelen make up’nya. Ditambah kelupaan kalo yang Hiphop lipstiknya yang kalem-kalem warnanya PLUS gak usah ditebelin alisnya. Hadeehh!!
Akhirnya semua anak-anak udah prepare dan nunggu di deket panggung. Ngelihat kelas lain tampil dengan baik, jadi tambah deg-degan dicampur keringet dingin. Jatah XII IPA 1 pun muncul dan waktu tampil aku kaget kalo Papa, Mama sama Cicikku dateng nonton. Bener-bener keringat tambah banyak gara-gara deg-degan selama tampil. Tapi begitu udah ending, rasa deg-degan hilang seketika dan lega karena sudah tampil. Gak nyangka sih bisa tampil di depan banyak orang, terlebih lagi dapet aplause yang meriah. Seperti peribahasa “Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”, aku bersyukur banget karena semua jerih payahku dan teman-teman lain gak sia-sia.
Sampe sekarang, semuanya mulai dari latihan, gerakan Hiphopnya, lagu-lagunya, adegan-adegannya masih saja keinget. Dan tiap kali dengerin MP3 lewat laptop, pasti lagu-lagunya aku masukin ke list lagu di media playerku.

SESULIT APA PUN PAGELARAN YANG DITEMPUH PASTI ADA CARA UNTUK MENGGAPAINYA.


                                                               By Fajril Fikri XII.IPA


DUBSTEP OF JAVA PERPADUAN ANTARA BUDAYA JAWA DENGAN BUDAYA LUAR

Pada akhir Agustus kami diberi tugas dari guru kami yang bernama pak saiful, untuk menampilkan pentas seni yang akan di laksanakan pada bulan Desember. Acara ini berlangsung secara turun temurun pada setiap tahun nya. Pada waktu itu pak saiful menerangkan tentang apa yang di maksud dengan pentas seni dan beliau menunjukan hasil karya kakak kelas yang sukses melakukan pentas seni pada tahun lalu. Kami pun disuruh untuk berembug apa yang akan kami tunjukan pada saat pentas seni berlangsung. Tema pada tahun kami adalah acultur projeck yaitu tentang akulturasi antara budaya lokal dengan budaya inter lokal, akulturasi sendiri adalah perpaduan bahasa kerenya duet lah. Kami bingung akan mengambil tema apa akhirnya satu minggu pun berlalu. pada saat itu pula pak saiful menagih “akan mengambil tema apa kelas kalian kelas kalian kelas yang lain juga sudah pada mengumpulkan apa yang akan dipentaskan””kami menjawab dengan tertawa belum pak” akhirnya pak saiful memberikan masukan tentang apa yang mau di pentaskan. Kami pun diberi waktu untuk berembug lagi, akhirnya kita sepakat perpaduan antara tari jawa dan tari hip hop (tari luar) yang diiiringi dengan musik jawa yaitu gamelan.
Dan diberi judul Dubstep of Java Cresendo yaitu perpaduan antara budaya jawa dengan budaya luar. Kami pun langsung membagi tugas jumlah siswa kelas kami ada 30 anak dan kami telah meilih empat bagian dalam koreo ini ada musik gamelan, penari jawa, penari hip hop, dan crew. Akhirnya kita mulai mencari pelatih, pelatih pertama telah gagal karena pemikiran pelatih dengan anak-anak tidak sejalan. Kita semua pusing mau mencari pelatih kemana lagi, berembug lagi lah kita. Akhirnya ketemulah pelatih tari jawa yang bernama bu Nanik, kita semua besyukur dengan kedatanagannya. Pada hari itu juga kita bertemu dengan pelatih hip hop yang bernama mas Tyo. Kita bingung karna belum ketemu pelatih pemain musik kita terus mencari, akhirnya salah satu guru Bk yaitu bu Dian meawarkan bahwa ayah adalah seorang pelatih musik jawa dan bernama pak Darsono, akhirnya kita mendapatkan pelatih masing-masing.
Kita pun membuat jadwal latian awalnya kita sepakat dengan hari minggu untuk berkumpul di sekolah semuanya. Tapi latian tari hip hop, jawa, dan gamelan dilakukan sepulang sekolah jadi pada hari minggu tersebut ketua kelompok menerangkan tentang perkembangan dan sampai mana kita latian. Dan tugas dari crew sendiri adalah membuat naskah drama, itu pada minggu awal latian. Pada minggu kedua latian karena pelatih tidak bisa datang ke sekolah akhirnya pemain gamelan berlatih di bernadus, tari hip hop dan jawa tetap di sekolah. Sebelum latian kami sepakat untuk iuran Rp2000 per anak setiap harinya, dan jika telat atau tidak datang pada saat latian berlangsung akan di denda.  Kami latian terus menerus setiap harinya pada akhirnya terjadilah perselisihan karna tidak sependapat tidak sepemikiran. Karna kita kurang berapa bulan lagi tamapil tapi belum menyatu jadi satu.
Kami juga bingung karna kita butuh property tetapi blum bikin dan tidak tau siapa kita akan menyerahkanya. Akhirnya salah satu dari kita mendapatkan orang yang mau membikin properti yaitu yang bernama pak Trinil disamping membikin property beliau juga mendampingi dan mengarahkan kekami agar pentas kami sukses. Tetapi apa boleh buat banayak anak yang ijin karena ada suatu hal yang harus di kerjakan, akhirnya kerjasa tim mulai redup lagi, karna itu latian kami tidak efektif anak-anak juga diatur pada susah sibuk maen hp sendiri sibuk ini sibuk itulah. Padahal pentas kurang satu bulan tetapi belum sempurna.
Kita hampir hancur kita hampir jatuh, akhirnya kita diberi masukan oleh pelatih-pelatih kita dan di beri motivasi tidak disangka masukan itu membuat anak-anak sadar bahwa kerja sama tim harus selalu ada bahwa kerja sama tim adalah kunci suksesnya acara ini. Walaupun diguyur hujan tetapi kita semua tetap semngat, alhamdullilah akhirnya semua koreo bisa menyatu menjadi satu dari awal pembukaan hingga penutupan. Akan tetapi property belum selesai seratus persen saya dan anak laki-laki mengerjakan hingga malam karna besok harus sudah tampil.
Kita selesai sekitar  jam 12 malam memebuat property, pagi jam lima kita harus sudah berkumpul untuk berangkat kesekolah untuk di make up. Tepat pukul jam delapan acara pagelaran seni di buka pada waktu itu bertepatan pada hari sabtu. Kelas kita sendiri mendapat jatah jam 11 siang. Lama menunggu akahirnya giliran kelas kita tiba perasaan degdegan menyelimuti kita semua. Dan akhirnya kita tampil sorak sorai penonton menghiasi suara telinga kami pada saat itulah tidak ada perasaan degdegan lagi hanya fokuslah yang ada dipikiran kami semua. Pembukaan diawali dengan musik gamelan dan diikuti dengan sinden dan dalang. Penari cowok jawa siap menunjukan aksinya dan penari hip hop masuk merusak keadaan dan terjadilah konflik antara penari jawa dengan penari hip hop. Konflik itu bisa diredam dan di damaikan setelah penari jawa menunjukan tarian jawa. Akhirnya penari hip hop terkagum kagum dengan tarian jawa mulai saat itulah terjadi perdamain dan terjadilah akulturasi. Pada ending pentas kami, kami mengibarkan bendera pusaka merah putih dan diikuti hormat dari penonton hal itu menunjukan suksesnya pentas kami. Saya juga sedikit kecewa sebagian TAMU maupun GURU ada yang tidak hormat entah lah apa mungkin mereka bukan warga INDONESIA. Pentas kami berakhir dengan adanya lagu gebyar-gebyar. Kita semua bersyukur tentang apa yang berhasil kita capai, kita semua terharu dan tidak percaya bahwa kita semua sukses melaksanakanya.
Itulah sedikit cerita tentang pengalaman kami , pengalaman ini tidak akan terlupakan bagi saya dengan adanya event ini kita satu kelas tambah akrab satu sama lain. INTINYA TIADA HAL YANG TIDAK BISA DI CAPAI SESULIT APA PUN MEDAN YANG DITEMPUH PASTI ADA CARA UNTUK MENGGAPAINYA.  Teruslah berdoa dan yakin dengan apa yang akan kita kerjakan………………………………………………………………………………………….END
Powered By Blogger

Ayo Gabung di Sini !!

Arsip Blog