Rabu, 03 Juni 2009

SEJARAH MUSIK R'NB



R & B

Sejarah

R&B (ditulis juga RnB, singkatan dari rhythm and blues) adalah genre musik populer yang menggabungkan jazz, gospel, dan blues, yang pertama kali diperkenalkan oleh pemusik Afrika-Amerika. Istilah ini pertama kali dipakai sebagai istilah pemasaran dalam musik di Amerika Serikat pada tahun 1947 oleh Jerry Wexler yang bekerja pada majalah Billboard. Istilah ini menggantikan istilah musik ras dan kategori Billboard Harlem Hit Parade pada Juni 1949. Tahun 1948, RCA Victor memasarkan musik kulit hitam dengan nama Blues and Rhythm. Frasa tersebut dibalik oleh Wexler di Atlantic Records, yang menjadi perusahaan rekaman yang memimpin bidang R&B pada tahun-tahun awal. Pada awalnya R&B berkembang dengan ciri permainan musik blues dengan irama agak cepat. Instrumen musik yang lebih dominan selain gitar adalah tenor saxophone.

Pada tahun 1948, perusahaan rekaman RCA Victor memasarkan musik kaum kulit hitam yang disebut Blues and Rhythm. Pada tahun yang sama, Louis Jordan mendominasi lima besar tangga lagu R&B dengan tiga lagu, dan dua dari lagunya berdasar pada ritme boogie-woogie yang terkenal pada tahun 1940-an. Band Jordan, Tympany Five (1938) terdiri dari dirinya sebagai vokal dan pemain saksofon beserta musisi-musisi lain sebagai pemain trompet, saksofon tenor, piano, bas, dan drum.

Di Indonesia, musik R&B mulai muncul sekitar tahun 1990-an. Musik ini terus berkembang hingga sekarang. Beberapa musisi Indonesia yang membawakan jenis musik R&B antara lain, Glen Fredly dan Rio Febrian.

Tokoh R n B

Kenneth Edmonds

Babyface, Pembawa Keajaiban R&B

Jika jagat Middle Earth dalam legenda The Lord of The Rings memiliki sosok Gandalf, dunia musik R&B punya Babyface. Mereka membawa ”keajaiban” bagi dunianya masing-masing. Bahkan, bagi ”rakyat” R&B, Babyface—julukan akrab untuk Kenneth Edmonds—adalah keajaiban itu sendiri. Terjun dalam industri musik lebih dari 30 tahun, namanya menjadi jaminan baik sebagai penyanyi, musisi, penulis lagu, hingga produser rekaman. Pendek kata, hampir semua karya musik R&B yang mendapat sentuhannya melejit, sukses.

Pada sekitar akhir era 1980-an saat beberapa nama baru di dunia musik pop Amerika Serikat (AS) memperkenalkan istilah R&B dengan lagu-lagu yang bercirikan ketukan perkusi khas musik Afrika-Amerika, dipadukan dengan kemanisan melodi pop, muncul nama-nama seperti Bobby Brown, Boyz II Men, Toni Braxton, Johnny Gill, TLC, dan Az Yet.

Adalah tangan dingin Babyface yang berada di belakang sukses nama-nama itu. Bagaikan sulap, nama-nama itu ”tiba-tiba” menjadi terkenal di dunia musik dalam waktu relatif singkat.

Saat tampil pada Dji Sam Soe Super Premium Jakarta International Java Jazz Festival 2008, Minggu (9/3) malam, sebagian penonton baru pertama kali tahu bahwa lagu-lagu populer yang dibawakan nama-nama itu adalah karya Edmonds. Di tengah penampilannya selama hampir dua jam penuh, musisi kelahiran Indianapolis, AS, ini memainkan medley lagu-lagu ciptaannya yang populer lewat artis-artis tersebut.

Mengalirlah Don’t Be Cruel dan Rock Witcha-nya Bobby Brown, Can’t We Talk-nya Tevin Campbell, My My My yang pernah dibawakan Johnny Gill, I’ll Make Love to You dan End of The Road-nya Boyz II Men, Superwoman dari Karyn White, dan tiga lagu yang melejitkan nama Toni Braxton ke deretan bintang dunia: Breathe Again, Another Sad Love Song, dan You Mean The World to Me. Sudah barang tentu 99 persen hadirin malam itu mengenal lagu-lagu tersebut sehingga hampir sepanjang pertunjukan diisi dengan ”koor” penonton menyanyi bersama. ”Lho, yang ini ciptaannya Babyface juga, ya? Baru tahu...,” ujar seorang penonton sambil bergoyang mengikuti irama You Mean The World to Me.

”Entertainer”

Sebagai penyanyi dan musisi, kemampuannya tak bisa dianggap enteng. Edmonds memiliki suara khas, yang bahkan bisa dikenali dengan mudah saat ia mengisi suara latar sekalipun. Di Plenary Hall, Jakarta Convention Center, ia mengawali penampilan dengan Knockin’ on Heaven’s Door-nya Bob Dylan sambil memainkan gitar akustik secara kidal.

”Musik-musik Bob Dylan dan James Taylor adalah yang membuat saya pertama kali jatuh cinta kepada musik,” ujar Edmonds sebelum pentas.

Yang mengejutkan, penampilan Edmonds di atas panggung sangat berbeda dengan gayanya di luar panggung. Di luar pentas, Edmonds tampil cool, mencitrakan seorang yang pendiam dan pemalu.

Namun, di panggung ia membuktikan dirinya sebagai entertainer sejati. Ia bisa menjadi sangat ”cerewet” menceritakan perjalanan kariernya sambil melontarkan lelucon-lelucon segar, bahkan beraksi ”liar” saat menarik seorang penonton perempuan ke atas panggung untuk dipeluk dan dirayu dengan lagu End of The Road. Sebagian penonton pun histeris.

Cinta pertama

Kenneth Brian Edmonds lahir 10 April 1958, sebagai anak kelima dari enam bersaudara pasangan Barbara dan Melvin Edmonds. Perkenalannya dengan musik diawali saat ia masih sangat muda. Di panggung, ia bahkan mengaku menulis lagu pertama ketika kelas 6 SD.

”Saat saya di kelas 7 atau 8 (setara kelas 1 atau 2 SMP), saya biasa pergi ke gereja tiap hari Minggu dan mendengarkan musik di sana,” kenangnya.

”Tetapi, ketika pendeta mulai khotbah, saya suka kembali ke mobil untuk dengerin radio. Biasanya saya mendengarkan radio R&B yang juga memutar lagu-lagu gereja. Lalu, saya pindah ke stasiun radio pop. Di sinilah saya kenal James Taylor, Bread, Bob Dylan, dan Eric Clapton. Saya kemudian belajar main gitar, memainkan lagu akustik. Musik itu seolah berbicara kepadaku, aku jatuh cinta,” papar Edmonds di laman pribadinya.

Itu sebabnya, lagu-lagu seperti Knockin’ on Heaven’s Door (Bob Dylan), Shower The People (James Taylor), Diary (Bread), dan Wonderful Tonight (Eric Clapton) memiliki tempat tersendiri di hati Edmonds. Lagu-lagu itu pula yang ia pilih untuk dinyanyikan dengan versinya dalam album solo terbaru dia, Playlist (2007).

Ia pun mendengarkan karya musisi jazz, seperti Miles Davis dan Stanley Clarke. Bahkan, setelah lulus SMA, ia mencoba bermain fusion jazz. ”Memainkan fusion menjadi terlalu sulit bagi saya karena musik itu mengedepankan skill, bukan melodi. Pada akhirnya saya tak bisa membuat lagu yang bisa menyentuh hati orang,” ungkap ayah dari Brandon dan Dylan Michael Edmonds dari pernikahannya dengan Tracey Edmonds ini.

Saksi sukses

Dekade 1970-an Edmonds sempat bermain musik dengan tokoh musik funk, Bootsy Collins, yang lalu menjulukinya dengan sebutan Babyface. Dia juga sempat bergabung dengan grup Manchild dan kelompok R&B The Deele. Di grup terakhir ini Edmonds berkenalan dengan Antonio ”LA” Reid, yang belakangan menjadi mitranya dalam bermusik dan mendirikan perusahaan rekaman LaFace Records tahun 1989.

Tahun 1986 Edmonds merilis album solo pertama, Lovers. Setelah itu, sisa dekade 1980-an menjadi saksi Babyface mengantar kesuksesan nama-nama yang telah disebutkan sebelumnya.

Ia juga bekerja sama dan meraih sukses dengan artis-artis yang lebih dulu mapan. Ia menjadi produser lagu I’m Your Baby Tonight yang dinyanyikan Whitney Houston dan menempati puncak tangga lagu AS pada 1990. Lagu Take A Bow yang ditulis, diproduksi, dan dinyanyikan bersama Madonna menduduki nomor satu tangga lagu AS selama tujuh pekan berturut-turut pada 1995.

Kolaborasinya dengan Eric Clapton dalam soundtrack film Phenomenon, Change The World membuahkan Grammy Award untuk Rekaman Tahun Ini pada 1996. Hingga kini, Babyface telah mengoleksi 10 Grammy Awards, termasuk untuk kategori Produser Tahun Ini tiga kali berturut-turut pada 1995-1997.

Artis yang pernah merasakan ”sentuhan”-nya adalah nama-nama populer dari berbagai latar belakang musik, mulai dari Diana Ross, Michael Jackson, Aretha Franklin, Paula Abdul, Celine Dion, Mary J Blige, Janet Jackson, Mariah Carey, Vanessa Williams, hingga Sheena Easton, Pink, dan Phil Collins.

Oktober 2005 Edmonds dan Tracey Edmonds bercerai setelah 13 tahun menikah. Pengalaman itu dituangkannya dalam lagu Not Going Nowhere pada album Playlist. ”Isinya adalah bagian dari obrolan saya dengan Tracey dan anak-anak. Kami meyakinkah mereka, kami masih bersahabat baik dan tak ada yang akan berubah. Kami ingin anak-anak merasa aman,” ujar Edmonds.

Ahmet Ertegün

Ahmet Ertegün bersama teman-temannya, Tom Dowd (produser), Herb Abramson dan lain-lainnya mendirikan Atlantic Records pada akhir 1940-an sebagai sebuah perusahaan rekaman independen. Dengan keikutsertaan Jerry Wexler, perusahaaan ini kemudian menjadi raja rekaman dalam musik jazz dan pop pada 1960-an. Sukses pertama mereka didapat dalam musik rhythm and blues (R&B), dengan pemusik-pemusik seperti Joe Turner, Ruth Brown, The Clovers, The Drifters, dan Ray Charles. Tentang Charles, Ahmet Ertegün pernah berkata, "Pertama kali saya bertemu Ray saya katakan kepadanya, 'Anda yang paling hebat, tahu.'"

Mereka menghadirkan gaya jazz (dan banyak seniman jazz) ke dalam musik R&B dan ikut serta dalam mengubah genre yang kurang mendapat perhatian ini menjadi salah satu gaya musik utama. Ahmet Ertegün mengarang sejumlah musik blues klasik, termasuk Chains of Love dan Sweet Sixteen, dengan nama samaran A. Nugetre (Ertegün ditulis terbalik).

Lagu-lagu ini mula-mula dibawakan oleh Big Joe Turner dan melanjutkan repertoir B.B. King. "Nugetre" juga menulis lagu top Ray Charles "Mess Around", dengan kata-kata yang banyak meminjam dari Pinetop Smith.

Nasuhi diyakinkan untuk bergabung dengan Atlantic pada 1955 dan menjadi wakil-presiden yang menangani jazz dan departemen piringan hitam.

Pada 1960-an, Ahmet mendengar contoh rekaman Led Zeppelin dan mengetahui bahwa mereka akan menjadi kelompok terkenal setelah mendengar beberapa lagu pertamanya. Dengan segera ia mengontrak mereka. Ia juga meyakinkan Crosby, Stills and Nash untuk mengizinkan Neil Young untuk bergabung dengan tur mereka, dan dengan demikian membentuk Crosby, Stills, Nash and Young. Ertegün menolong memperkenalkan Amerika kepada blue-eyed soul (soul bermata biru) ketika ia menemukan The Rascals di sebuah kelab malam di Westhampton pada 1965 dan mengontrak mereka dengan Atlantic. Mereka berhasil menduduki tempat ke-13 dari rekaman tunggal top 40 dalam empat tahun dan dimasukkan ke dalam Rock-n-Roll Hall of Fame pada 1997.

Kecelakaan dan kematian

terluka setelah terjatuh dalam sebuah pertunjukan Rolling Stones pada 29 Oktober 2006. Ertegun, 83 (tahun), tergelincir dan kepalanya terbentur di belakang panggung sementara band itu tampil dalam perayaan ulang tahun ke-60 bekas Presiden Bill Clinton di New York, hari Minggu 29 Oktober 2006. Kondisinya sempat stabil, namun kemudian berubah menjadi parah, (seperti yang diumumkan oleh tokoh Led Zeppelin, Jimmy Page, ketika namanya dimasukkan ke dalam Daftar Tokoh Musik Terkemuka Britania Raya (UK Music Hall of Fame) dan mengalami koma dan meninggal dunia pada 14 Desember 2006 dengan ditemani keluarganya di Rumah Sakit Presbiterian New York Presbyterian Hospital-Pusat Medis Weill Cornell. Ia dimakamkan pada 18 Desember di taman sufi tekke, Özbekler Tekkesi di Sultantepe, Üsküdar, İstanbul di sebelah makam kakaknya Nasuhi Ertegün, ayahnya Münir Ertegün dan kakek buyutnya Şeyh İbrahim Edhem Efendi, yang pernah menjabat sebagai pemimpin tekke ini di negara kelahirnya Turki, dengan dihadiri ratusan pelayat Mika dan anggota-anggota keluarga Ertegun, tokoh-tokoh kehormatan Turki dan seniman termasuk seniman Atlantic Kid Rock ikut hadir. Sebuah acara kenangan akan diadakan di New York pada hari Tahun Baru, demikian diumumkan seorang juru bicara Atlantic Records.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarmu berguna bagiku......

Powered By Blogger

Ayo Gabung di Sini !!

Arsip Blog