Nama. :
Muhammad Fahriza Adi Nugraha
Kelas. :
XII MIPA 4
No. :
21
Suka Duka ku bersama
PROCTION
PROCTION adalah sebuah acara yang
diselenggarakan oleh SMA Negeri 3 Pekalongan. Dalam arti luas, PROCTION ini
merupakan judul dan tema yang diusung oleh segenap panitia yang telah direncanakan
dan dipertimbangkan sebelumnya. Sebelum saya mengupas tentang PROCTION , saya
memiliki segudang pengalaman yang didalamnya dapat dipetik hikmah pembelajaran
hidup. Acara ini merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh panitia
kelas 12 dan diikuti oleh kelas 12 juga guna melengkapi nilai praktek Seni
Budaya yang di pertanggungjawabkan oleh Bapak Saipul. Tak hanya semata-mata
mencari nilai prakteknya, namun dalam acara ini di harapkan para siswa dan
siswi yang akan melaksanakan ujian ini dapat memetik sebuah pelajaran atau
hikmah dari pengalaman tersebut. Jauh-jauh hari Bapak Pembina sekaligus guru
mapel Seni Budaya, Pak Saipul telah menginformasikan acara tersebut dan
diwanti-diwanti kalau kelas 12 akan melaksanakan sebuah pagelaran seperti tahun-tahun
sebelumnya.Tentu saja hal tersebut membuat ku meragukan kemampuanku, mengingat
aku tidak begitu ahli menjalani ini semua. Pikiran negatif itu terus menghantui
ku.
Hari berganti hari, aku mulai berpikir bahwa
Pagelaran itu akan membuang tenaga saja dan pasti nya akan menguras banyak
waktu. Sejak saat itu, pikiran tersebut membuat ku seakan terbengkalai dari
semua kegiatan untuk menuju penampilan Pagelaran. Kemudian suatu hari, aku
mendengar dari teman - temanku, kalau Pagelaran nanti akan mengundang bintang
tamu atau GS. Dari hal tersebut mulai membuatku kembali bersemangat, mengingat
aku sangat ingin sekali sekolahku mengundang artis dan tidak kalah dengan
sekolah sebelah. Oleh karena itu sejak saat itu, aku mempunyai prinsip akan memeriahkan
acara ini dengan menyajikan sebuah penampilan yang rapih dan semaksimal
kemampuanku nanti.
Kemudian tepat 1 bulan setelah mendengar Pak
Syaiful menginformasikan Pagelaran benar benar akan dilaksanakandan meminta
kami untuk sesegera mungkin mempersiapkannya. Kelas ku pun mulai membentuk beberapa
rangkaian panitia yang nantinya akan membuat sebuah kepengurusan sebagai penunjang
Pagelaran kami nanti. Setelah susunan kepanitiaan telah ditetapkan, kami pun mulai
mencari referensi sebagai bahan mentah untuk nantinya kelas ku akan menampilkan
apa. Setelah itu para panitia pun mengadakan sebuah rapat yang menyatakan bahwa
kelasku mendapat jatah legenda Sulawesi. Sejak saat itu, saya pun mulai mencari
sedikit referensi cerita dari Sulawesi tersebut. Akhirnya kami pun menemukan
sebuah cerita yang dirasa cocok untuk Pagelaran kami, namun itu hanya sebagai
bahan dasar untuk kami memulai sebuah pertemuan untuk membahas Pagelaran ini.
Kemudian pada hari Rabu saat itu, kami
diminta Pak Syaiful untuk mencari pelatih yang nantinya akan memudahkan kami
menentukan dan menunjang proses praktek kelas saya. Setelah hal itu disampaikan,
kelas ku pun mulai sedikit demi sedikit mencari beberapa sumber pelatih yang telah
melatih Pagelaran tahun kemarin, dan sampai akhir nya kami menentukan pelatih
yang dirasa kelas ku mampu dan cukup berkualitas untuk melatih kelas ku. Nama
Mas Sidik muncul di pikiran kami untuk melatih kelasku. Tepatnya pada hati Minggu,
perwakilan kelasku telah membuat perjanjian untuk bertemu dengan Mas Sidik
tersebut untuk menanyakan sekaligus bernegosiasi membahas pelatihan Pagelaran
di Smaga. Setelah pertemuan itu, perwakilan kelasku itu menginformasikan kepada
teman-temanku mengenai harga, liat kebutuhan , dan beberapa pertimbangan telah
kami pikirkan, akhirnya kami pun voting dan mendapatkan kata sepakat untuk dilatih
Mas Sidik. Walaupun latihan harga yang harus kelas kami cukup mahal, namun hal
tersebut tidak mengurungkan niat ku untuk dapat bersaing dengan kelas lain yang
memiliki beberapa sudut pandangan tim artistik atau pelatih dari kelas lain.
Pad saat itu, aku berpikir bahwa seorang tim artis tidak terlalu mengambil
andil besar dalam penampilan ku nanti, akan tetapi yang sangat menentukan hanyalah
kami yang akan melaksanakan praktek sendiri. Dengan kata lain, keyakinan
tersebut semakin membuat ku percaya diri untuk menampilkan sebuah pagelaran
yang luar biasa.
Dibalik latar belakang pelatih kami yang terdengar
lebih berkualitas, terdapat hal negatif yang sangat dapat aku rasakan
kerugiannya. Yaitu bahwa pelatihku ini didamping sibuk sana sini, ternyata juga
memegang pelatihan dibawah 2 kelas lainnya. Sejak saat itu aku berpikir bahwa apakah
ini yang dinamakan profesional? Karena hal tersebut semakin membuatku jengkel.
Terlebih lagi kesepakatan yang telah kami buat untuk pertama kalinya kami
membahas Pagelaran kelasku, beliau dengan mudah membatalkan karena banyak
acara. Jujur saja dalam benakku, aku ingin sekali protes namun apa daya aku
hanyalah orang biasa dan tak punya jabatan untuk menegurnya. Akhirnya yang bisa
ku lakukan hanya duduk terdiam bagaikan harimau yang tersulut lakban. Ternyata
tak hanya aku yang merasakan hal tersebut, namun temanku juga banyak yang
merasa dirugikan oleh sistem kerja beliau. Akhirnya pada hari yang telah
ditentukan hari Sabtu, kami berhasil membuat pertemuan meskipun sangat sulit
untuk membuat perjanjian tersebut. Awal pertemuan kami adalah pertemuan yang
menegangkan karena langsung dapat berkomunikasi tatap muka dengan pelatih itu.
Tak disangka dalam hatiku, aku sangat nyaman dengan jalan pemikiran Mas Sidik.
Tak disangka bahwa beliau memiliki sudut pandangan yang luas dan sangat pintar
membuat ku dan teman teman ku seakan terpanah oleh topik pembicaraannya.
Kemudian esok hari, kami mengadakan
pertemuan kembali untuk membahas materi selanjutnya. Ternyata teks monolog dan
dialog pementasan telah dibuatkan oleh pelatih kami, dan pada saat itu dalam
pikiranku belum paham sekali dengan jalan cerita yang akan ditampilkan. Pada
hari itu juga ditentukan peran yang akan mengisi tokoh nanti, pada saat itu aku
awalnya dipilih sebagai tokoh raja lego yang karakteristiknya jahat dan kejam. Namun,
pada hari berikutnya adalah tes suara untuk mencari orang yang pas untuk
menjadi peran Baginda Raja, dan pada saat aku mencoba untuk mempraktekan tak
disangka suaraku yang terpilih mengisi peran tersebut. Awalnya aku ragu untuk
mengambil peran tersebut, karena sebenarnya aku bukanlah orang yang mampu
berakting dengan bagus. Namun aku diyakinkan oleh orang tua saya untuk dapat
percaya diri dan bisa menampilkan sesuai apa yang telah aku miliki. Cerita yang
akan dibawakan oleh kelas ku berjudul "Legenda Pangeran Lidah Hitam".
Hari demi hari pertemuan berikutnya, kami hanya membahas record atau rekaman Pagelaran
kelas kami. Namun perlu kita mengerti membuat record itu gampang-gampang sulit,
tantangan yang harus kami lewati ialah mencari waktu luang dan membuat janji
itu susah serta masalah kelengkapan pun jadi halangan yang sering terjadi.
Kemudian 1 bulan berlalu, aku pun mulai
merasakan kejenuhan dimana pada saat itu kelasku digantungkan oleh proses
rekaman pelatih. Karena belum juga selesai meskipun hari h tinggal 2 bulan lagi.
Hati yang dulu menjengkelkan mulai timbul kembali dan rasa kurang percaya diri
mulai datang kembali. Aku harus bagaimana untuk mengatasi ini, karena kelasku
seakan terkunci dan tak dapat bergerak apapun slmelainkan mendapat instruksi
lanjutan dari pelatih. Dalam benakku aku ingin sekali kelasku latihan sendiri
dan walaupun dalam penampilan nanti tidak terlalu bagus di mata para penonton
namun itulah hasil karya kelasku sendiri murni dan segala proses yang kami
lewati. Aku merasakan proses yang seharusnya kelasku terima dari event Pagelaran
ini, namun sayangnya seperti belum menemukan titik temu nya. Keesokan harinya
kamipun terpaksa untuk menanggapi dan membahas secara serius permasalahan Pagelaran
di dalam kelas bahkan pada saat jamkos kami bela-belakan untuk memikirkan Pagelaran
meskipun nantinya semua akan dibebankan pada pelatih kami. Kelasku ini
sebenarnya ingin mandiri. Namun hanya saja ada beberapa orang yang tidak sesuai
dengan jalan pemikiran ku, aku menyadari pemikiran tiap orang berbeda dan tak
bisa diganggu gugat. Maka dari itu, hal tersebutlah yang menjadi tantangan
sekaligus hambatan bagi kami untuk berkembang. Namun pada suatu saat kami telah
menemukan kata sepakat untuk membuat sebuah peraturan dalam rangka mengharap
kehadiran yang lengkap pada saat pertemuan diantaranya adanya denda yang
nominalnya cukup menguras uang saku ku ini.
Kemudian suatu hari, pelatih membawakan
seorang ahli gerakan tari untuk mengajari kami menari . Dan kebetulan kami
hanya diajarkan tari closing , yang ternyata gerakannya cukup unik namun sulit
karena pertama kali kami melihat tarian dari Sulawesi tersebut. Dulu itu
tepatnya 1 bukan sebelum Pagelaran, kelas kami meminta untuk ngebut karena
kelasku sudah pasti ketinggalan dengan kelas lain yang sudah mempersiapkan
properti dan segala macamnya. Rasa gugup pun timbul dalam diriku, namun aku
hanya bantahan saja hal tersebut agar nantinya aku tak salah arah.
Hari berganti hari , tepatnya pada hari Minggu
saat itu proses perekaman sudah jadi. Aku pun senang dan pada sore harinya
kelasku mulai berlatih menggunakan rekaman tersebut. Tak disangka suaraku dalam
record tersebut agak berbeda lebih berat dan seksi. Pertama kali aku
medengarkan rekaman itu , pendengaran ku serasa terperana serta Backsound yang amat
sesuai dengan suasana kala itu. Pada hari Minggu sore tersebut suasana nya
sedang mendung seakan langit akan turun hujan. Suasana itu mendukung semua
orang di pendopo kala itu karena suasana lebih kalem dan terasa seperti
mengenang masa lalu kenangan waktu dulu.
Ketika 1 Minggu sebelum hari h, kegiatan belajar
kelasku mulai tergoyahkan karena adanya latihan ketat menyambut hari dimana aku
akan menunjukan kemampuanku. Namun hal tersebut malah membuatku bahagia karena
kita tahu sendiri bahwa jamkos itu ialah suasana dimana kami lebih bebas dan
terasa lebih leluasa. Namun semakin mendekati hari h, diriku semakin merasa
gemetar dan kami pun diyakinkan oleh pelatih untuk tampil lebih lepas dan lebih
ekspresif semaksimal mungkin.
Sebelum keesokan harinya ialah hari kami
tampil, beberapa temanku dan termasuk aku sendiri menginap di kediaman teman saya
guna lebih mudah kumpul dan pemberangkatannya. Dalam penginapan tersebut ada
sedikit cerita yang tak bisa ku lupakan. Jadi saat malam hari kami menginap,
kami tidur hanya 3 jam karena aku sendiri tak bisa tidur lebih dulu karena
memikirkan penampilan besok. Pada saat melewati waktu dini hari sekitar jam 01.00
aku dan teman saya sedang bercerita tentang kehebohan nanti ketika di panggung
dan sedikit bercerita tentang kisah kasih di Smaga. Kami bercanda gurau namun
tidak terlalu keras, karena masih ada yang sudah terlelap tidur. Akhirnya aku
pun tak kuat menahan rasa kantuk dan tertidur kurang lebih 3 jam. Tepat jam 4
pagi, kami pun terbangun dan melakukan segala persiapan dan berangkat ke
sekolah untuk menjalani proses make up dan briefing terakhir.Sebelum pementasan
dimulai, telah diadakan parade dari perwakilan siswa siswi peserta Pagelaran
tersebut. Aku terpilih menjadi perwakilan kelasku dan aku menampilkan apa
adanya sesuai kemampuan dan aksesoris yang aku pakai. Aku sangat kaget sekaligus
bahagia karena dihadapan ku sudah ada ibu ku bersama ibu temanku yang telah menunggu
ku tampil di depan panggung. Setelah sekian lama kamienunggu tepat pukul 08.00
kami tampil dengan urutan kedua setelah kelas Mipa 2. Pada saat itu aku
mengalami kendala bahwa aku mengalami grogi panggung yang biasanya aku rasakan
ketika aku akan lomba. Namun hal tersebut telah aku atasi menjadi sebuah
kepercayaan diriku yang membara karena penampilan ini yang menjadi bukti selama
proses latihan kami. Waktu dimana giliranku masuk ke panggung pun tiba, aku
dengan gagah berani masuk kedalam panggung dengan merasa tidak ada apa apa
sehingga aku tidak merasa grogi lagi. Seluruh kemampuanku aku curahkan dan ukuran
keringan telah tumpah dari pori-pori tubuhku, alhamdulillah make up yang ada di
wajahku tidak luntur. Apa jadinya nanti kalau make di wajahku ini jadi luntur,
pasti akan sangat memalukan terlebih lagi ada orang tuaku yang menonton dan
banyak orang yang menyaksikan penampilan kami. Akhirnya penampilan kelas kami
pun selesai dengan mulus sesuai rencana. Aku sangat senang sekali karena selama
proses latihan berbeda dengan saat penampilan tadi, bedanya agak lebih tertata
rapih dan acting lebih ekspresif menurutku walaupun ada beberapa yang agak
kurang pas. Namun kendala yang dihadapi kelasku ini ialah properti yang tidak
kuat menahan terpaan angin kencang sehingga mudah sekali terjatuh. Namun hal
tersebut tidak membuat semangat dan konsentrasi kami pecah dan tak dapat
mengurangi kreatifitas kami dalam berekspresi.
Sangat spesial sekali, setelah kami Pagelaran
malam harinya diadakan konser yang di bintang tamui oleh Fourtwenty dari band
indie yang tak lama ini menjadi sosok primadona dalam lingkup Smaga. Seusai
kepulangan ku dari konser tersebut rombonganku mampir ke angkringan guna
merilekskan sejenak kepenatan yang ada pada diri saya sekaligus temanku.
Sepulang dari itu semua aku sangat merindukan dan ingin sekali hal tersebut
diulang kembali sebagai bukti sejarah bahwa diriku mampu menunjukan apa yang dulunya
tak bisa ku wujudkan. Serta di dunia ini tak ada yang tak mungkin selama siapapun
itu berusaha dengan kerja keras. Aku berharap semoga pagelran selanjutnya akan
lebih meriah lagi sehingga selain membanggakan ruang lingkup Smaga, melainkan dapat
dibanggakan dan kemampuannya dilirik oleh sekolah lain agar menjadi
pertimbangan bahwa sekolah SMA Negeri 3 Pekalongan ialah sekolah yang kreatif
dan mampu mencetak para insannya menjadi seseorang yang mampu bertanggung jawab
dan menyelesaikan masalah dengan jalan yang baik dan benar. Sekian cerita dari
saya, Terima Kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu berguna bagiku......