by Arinil khaq XII.IPA.2
Pagelaran Seni mengganggu
konsentrasi siswa dalam mempersiapkan Ujian Nasional
‘Culture
Project’ tema untuk pagelaran tahun ini. Pagelaran seni merupakan salah satu
penilaian untuk mata pelajaran seni musik. Bisa dikatakan pagelaran seni adalah
ujian praktik seni musik untuk kelas XII. Dulu pagelaran ini diadakan di
semester 2, tapi untuk tahun lalu dan sekarang ini pagelaran seni diadakan di
semester 1, sebab banyak yang mengatakan kalau pagelaran ini akan mengganggu
konsentrasi siswa dalam mempersiapkan Ujian Nasional. Pagelaran ini bisa
dikatakan wajib diikuti oleh seluruh siswa – siswi kelas XII baik IPA maupun
IPS. Dalam pagelaran tahun ini terdapat total 7 kelas, 4 kelas untuk IPA dan 3
kelas untuk IPS. Masing – masing kelas tersebut menampilkan sesuatu yang
spektakuler.
‘Budaya
Selamatkan Bangsa’ adalah cerita yang disajikan oleh kelas kami, XII IPA 2. Di
sini kami menampilkan drama, tari dan juga musik. Cerita yang kami tampilkan
merupakan akulturasi dari 3 budaya, yaitu budaya dari Belanda, Jepang dan
tentunya Indonesia. Kami menghabiskan waktu kurang lebih 2,5 bulan untuk
berlatih. Ada banyak cerita, kenangan, pengalaman di sana.
Di
bulan September, kami masih terus saja memikirkan konsep tentang apa yang akan
kami tampilkan saat pagelaran nanti. Di saat kelas lain sudah ada yang memulai
latihan, kami masih saja berkutat dengan konsep. Banyak sekali pemikiran –
pemikiran yang muncul di sini. Terlalu banyak pemikiran tapi tanpa tindakan.
Jadilah seperti ini, hanya berkutat saja dengan konsep. Setelah berhari – hari
memikirkan konsep, pada akhirnya kami memutuskan untuk mengambil cerita tentang
akulturasi budaya. Tidak tanggung – tanggung, budaya 3 negara kami satukan di
sini. Belanda, Jepang, dan Indonesia. Drama, tari, dan musik akan kami
tampilkan.
Kami
mulai membagi – bagi tugas. Para pemeran drama yang pertama kali kami
musyawarahkan. Untuk pemeran orang – orang Indonesia dipilihlah Anis Ariana
yang akrab dipanggil Anis, Sri Guphita R atau Phita, Uswatun Hasanah alias Uus,
M. Khoirul Anam dengan panggilan akrabnya Bojer, Yuhanidz biasa dipanggil
Ninit, Nurul Aini atau Aini, dan Siti Nur Faizah alias Aiz.
Selanjutnya
pemeran orang Belanda. Di kelas kami ada salah satu teman yang kebetulan dari
wajahnya terlihat seperti keturunan orang Belanda. Menurut kabar, kalau tidak
salah memang ayahnya ada keturunan Belanda. Jadi, tak usah pusing – pusing
dipilihlah Rifqi Mahendra yang akrab sekali dengan panggilan Londo. Selain
Londo,ada M. Husni Ridho alias Ridho sebgai pemeran orang Belanda. Memang yang
kami cari adalah orang – orang yang bertubuh tinggi besar seperti mereka.
Setelah
menemukan para pemeran orang Indonesia dan Belanda, para pemeran orang Jepang
yang selanjutnya kami pilih. Ada M.Donny Prasetyo alias Doni, Antoni Agus
Wijaya atau Antoni dan pak Ketua kelas kami yaitu Lazuardi Majid atau Lazu.
Akhirnya para pemeran drama telah selesai kami pilih.
Karena
pagelaran adalah ujian praktik seni musik, jadi wajib ada musik di dalamnya.
Kami mulai membagi – bagi teman- teman yang akan tampil memainkan musik.
Kebetulan ada beberapa anak yang bisa memainkan alat musik. Seperti Inka Sukma
F atau Inka. Teman kami yang satu ini sepertinya memang ada darah seni di
dirinya. Dia pandai menyanyi, bermain biola, gitar, dan sebagainya. Salut deh
sama si Inka. Alhasil dipilihlah Inka. Selain Inka, ada juga si Fuad Naufal
alias Fuad, Pradianto Adi S atau Adi, Dimas Pradana P yang akrab dipanggil
Dimas. Beberapa anak yang sudah bermain di drama juga bermain di musik, yaitu
Uus, Londo, Doni, Bojer, Ridho, Antoni, dan Lazu.
Drama
dan musik sudah kami pilih. Untuk tari tentu saja para perempuan yang kami
pilih. Ada si Ketua kami Addina Noviana akrab dipanggil Ana, Aminah Muslamet
alias Aminah si Miss Rempong, Aniisa Rizqi atau Aniisa,Arinil Khaq atau Rini,
Imma Mauliassofa alias Imma, Madi Indah M atau Mady, Meilia Intan yang akrab
dipanggil Lia, Nining Noviyati atau Nining, Nufsi Egi Pratama atau Egi, si
kecil Nurmala alias Mala, Prameswari Arum atau Arum, si master Risana Sawa
Kurnia atau Risana, Salwa, dan Syarifah Neva Astrella Zulkifli alias Neva.
Selain mereka, beberapa pemeran drama juga ikut menari. Yaitu Anis, Phita,
Ninit, Aini, dan Aiz.
Semua
tugas telah kami bagi. Selanjutnya kami mulai memikirkan tentang pelatih. Ada 2
pelatih yang kami pilih. Pelatih untuk drama dan tari. Ada Mas Tamakun sebagai
pelatih drama dan Bu Hesty sebagai pelatih tari. Kami mulai berembug tentang
kapan kami akan mulai latihan. Cukup sulit untuk menentukan hari yang tepat dan
berapa kali kami akan latihan dalam seminggu, mengingat saat ini kami duduk di
kelas XII. Banyak dari kami yang sudah ada kegiatan di hari – hari tertentu,
seperti les yang umumnya 3 kali dalam seminggu. Apalagi jadwal les kami berbeda
– beda. Saat diajukan hari Selasa, Kamis misalnya, ada beberapa teman yang
keberatan karena itu sesuai dengan jadwal les. Ketika diganti hari lain,
beberapa teman pun kembali keberatan. Saya dan juga Aini termasuk yang
keberatan saat hari Jum’at dan Sabtu akan dijadikan sebagai hari latihan.
Bagaimana kami tak keberatan, dalam seminggu 3 kali kami les, di hari Senin,
Jum’at dan Sabtu. Kalau hari Jum’at dan Sabtu akan dijadikan hari latihan,
hanya sekali kami les dalam seminggu. Dan itu akan berlangsung kurang lebih 3
bulan. Bukan apa – apa, kami hanya memikirkan betapa kasihannya orang tua kami
yang sudah menghabiskan uang jutaan untuk membiayai kami les. Rasa – rasanya
hati kami tak tega. Saya dan Aini mengusulkan untuk hari Minggu saja
latihannya. Bolehlah sampai 5-6 jam dalam sehari. Bahkan dari pagi sampai
sorepun tak apa. Tapi ternyata ada salah satu teman laki – laki kami yang
dengan muka ‘nyolot’ bilang “Hari Minggu itu buat istirahat!”. Kalau boleh
milih juga kami tak mau hari Minggu kami habiskan buat latihan, sementara hari
– hari sebelumnya kami lelah dengan rutinitas. Pada akhirnya kami semua tidak
menentukan hari apa kami harus latihan. Semuanya mengikuti kapan si pelatih ada
waktu luang. Jadi, saat pelatih ada waktu luang, mau nggak mau kami harus
datang untuk latihan.
Setelah
beberapa teman perwakilan dari kami bertemu dengan sang pelatih untuk
membicarakan beberapa hal dan tentunya biaya, akhirnya kami memulai latihan
kira – kira di bulan Oktober. Kami berlatih terpisah, kami yang menari berlatih
di rumah Bu Hesty. Untuk yang musik dan drama, aku tak begitu paham kapan dan
di mana mereka latihan. Aturan tata tertib pun mulai diberlakukan, karena
banyak dari kami yang terlambat datang sehingga mengulur- ulur waktu. Apalagi
hukumannya kalau tidak denda (uang), karena selain agar kami on-time, alasan
utamanya adalah kami butuh banyak uang. Hukuman ini diterapkan untuk yang
terlambat datang, nggak ikut latihan dan bahkan saat sudah mendekati hari H
yang nggak berangkat dengan keterangan sakit pun didenda. Ya! Money money
money. Selain denda, sebetulnya kami juga sudah ada kewajiban untuk membayar 15
ribu setiap minggu demi pagelaran ini. Tidak hanya itu, karena kami juga harus
membayar biaya yearbook. Merasa benar – benar merasa bersalah kepada orang tua.
Orang tua sebenarnya tak masalah, bahkan mereka tidak bertanya dengan detail
buat apa uang – uang tersebut. Artinya posisiku masih sangat Alhamdulillah.
Tapi bagaimana dengan beberapa teman – teman kami yang memang kurang beruntung
dalam hal keuangan. Denda yang diterapkan tidak tanggung – tanggung mulai dari
Rp 1000 sampai Rp 20.000. tentu saja denda itu naik saat sudah mendekati hari
H. Saat di mana kami benar – benar butuh uang banyak, karena yang kewajiban pun
masih banyak yang masih hutang belum dibayar. Dan itupun masih sampai hari ini.
Hari,
minggu, bulan kami latihan terus menerus. Mulai dari pulang sekolah sampai
petang, dari pagi sampai siang di hari minggu. Mulai dari latihan di aula
sekolah, Gor, rumah Bu Hesty, rumah Nining, dan Karisidenan pun kami lalui. Saat
hujan ataupun panas kami tetap latihan.
Setiap
hari rasa – rasanya HP tidak pernah berhenti berdering saat sms masuk
memberitahukan jadwal latihan untuk keeseokan harinya, dan pemberitahuan
tentang beberapa dari kami yang harus membayar denda ataupun membayar biaya
kekurangan yang wajib kita bayar. Ini salah satu contoh untuk pemberitahuan
jadwal latihan. “Besok jadwal latihan pagelaran. Tari di aula jam 2, musik
tempat menyesuaikan jam 2. Tolong on time, terlambat atau nggak ikut latihan
ada dendanya :D Tolong berangkat semua karena untuk menggantikan hari Sabtu.
Terima kasih”. Ini salah satu contoh pemberitahuan denda, “ Yang belum bayar
denda pagelaran ; Ridho 5000, Donny 5000, Rifqi 5000 + 5000, Dimas 5000 +10.000
+15.000, Phita 5000 + 10.000, Antoni 10.000 +15.000, Ninit 10.000, Ardi 15.000,
Rini 15.000. #tlong secepatnya dilunasin”. Ya itu dua contoh dari buanyakk sms.
Selain
cerita – cerita di atas, ada juga cerita tentang jatuh dari motor karena saling
tabrakan. Cerita ini dialami oleh Ana berboncengan dengan Aniisa, dengan Lia
berboncengan dengan Mala. Alhamdulillah mereka tidak apa – apa, karena
tabrakannya tidak terlalu keras. Ada juga cerita tentang saling menggunjing di
antara kami, saling sindir menyindir, saling menyalahkan di antara kami. Bahkan
hasilnya, sekarang teman kami ada yang duduk terpisah, dalam artian bertukar
pasangan duduk. Ya hanya beberapa dari kami yang tahu pasti penyebabnya. Lelah,
jenuh bahkan marah, semua kami alami di sini. Susah, senang, sedih, tawa, haru,
benci juga kami rasakan. Tenaga, pikiran dan uang telah kami kucurkan.
Dan
saat – saat sudah mendekati hari H latihan kami tingkatkan. Alhasil satu minggu
sebelum hari H, banyak dari kami yang akhirnya tumbang. Beberapa dari kami
sakit! Menyadari akan hal ini, akhirnya H-3 intensitas latihan mulai
diturunkan. Bahkan sehari sebelum gladi bersih kami libur total untuk
istirahat. Akhirnya 21 Desember 2013, Culture Project dilaksanakan. Kami tampil
di urutan kedua, kami mulai bersiap – siap pukul 05.00. Akhirnya kami pun
tampil. Dimulai dari tari opening, drama, dan terakhir tari closing yang
diiringi dengan musik. Dan akhirnya pagelaran seni dengan judul cerita ‘Budaya
Selamatkan Bangsa’ sudah kami tampilkan. Alhamdulillah alhamdulillah
alhamdulillah, rasanya semua beban telah terangkat dari pundak kami. Senyum
sumringah kelegaan terpancar dari wajah kami.
Itulah sedikit cerita dari saya tentang
pagelaran seni. Terima kasih untuk teman – teman kelas XII IPA 2, dan terima
kasih juga untuk Pak Saiful tentunya. Pengalaman dan pastinya kenangan yang tak
akan pernah kami lupakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu berguna bagiku......