Seyyed Hossein an Nasr ( dalam Maharani 2013 :1) , dalam
dunia Muslim nilai estetika memiliki keterkaitan langsung dengan prinsip
tauhid. Prinsip ini merupakan penjabaran langsung dari dunia metafisika dengan
berbagai tingkat pengertiannya. Makna tertinggi nilai estetik adalah
kontemplasi total terhadap realitas tertinggi ilahiah sebagai substansi
terakhir, atau yang disebutnya sebagai wujud murni.
Hossein Nassr menilai
terdapat konsekuensi yang erat antara nilai-nilai estetika dan dunia
metafisika, terutama kaitannya dengan pengagungan Tuhan yang Maha Tunggal. Dalam dunia muslim, nilai-nilai
estetika memiliki keterkaitan langsung dengan prinsip-prinsip tauhid, dan
ditempa sebagai doktrin yang mutlak.
Prinsip ini merupakan penjabaran langsung dari dunia metafisika dengan
berbagai tingkat pengertiannya. Pertama adalah penekanan pada karakter
kesementaraan berupa nilai-nilai yang bersifat duniawi, serta tidak akan abadi. Yang kedua adalah
nilai-nilai yang mengacu pada Realitas Tertinggi yang memutlakkan Allah di luar
jangkauan dan pemikiran awan tentang Tuhan.
Lebih lanjut
dikatakan, dalam kebudayaan Islam nilai-nilai estetik yang menyertai karya seni
selalu menekankan aspek kesementaraan, dunia material, atau budaya benda
ditempatkan dalam kefanaan dan kehampaan. Nilai-nilai estetik Islami selalu
merefleksikan transparansi dengan cahaya Tuhan. Jika karya-karya seni secara
wujud diamati, maka keindahan merupakan keindahan yang disimbolkan oleh
arabesque (ragam hias tetumbuhan) yang memungkinkan kehampaan itu memasuki inti
materi yang sejati. (Sachari, 2002, 22-23).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu berguna bagiku......