Nama :
Media Adila
Kelas / No : XII IPA 1 / 20
Pagelaran
Smaga “Culture Project”.
Pada tanggal 21 Desember 2013,
sekolah saya akan mengadakan Pagelaran sebagai nilai ujian praktek mata
pelajaran Seni Musik. Dan tentunya, pesertanya adalah seluruh kelas 12.
Pagelaran tersebut mengusung tema “Culture Project” atau yang biasa kita sebut
akulturasi. Akulturasi adalah perpaduan dua budaya yang berbeda yang saling
mempengaruhi.
Kelas saya, kelas XII Ipa 1, memilih
tema akulturasi antara tarian jawa dengan tarian hip hop. Sebelumnya kami
bingung mau memilih akulturasi budaya apa. Pertama, kami memilih dengan cara
voting dan melihat – lihat internet. Sebelumnya kami tertarik dengan tarian
Kalimantan karena sepertinya masih langka yang menampilkan tarian tersebut.
Tetapi, karena kami tidak menemukan pelatih yang bisa melatih kami tarian
Kalimantan, akhirnya kami memilih tarian Jawa. Padahal sebelumnya kami sudah
menemukan pelatih yang bisa melatih kami tarian Kalimantan, tetapi pelatih
tersebut satu paket dengan pelatih tarian Hip hop. Jadi, pelatih kami melatih
tarian kalimantan, sedangkan partnernya melatih tarian Hip hop. Tetapi, kami
kurang yakin dengan tarian Hip hopnya, karena musik dan gerakannya seperti
“agak vulgar”, cenderung ke tarian modern yang menurut kami sudah jauh dari
kata hip hop. Kami pun bilang ke pelatih tersebut bahwa tarian Hip hopnya tidak
seperti yang kami inginkan. Akhirnya, mungkin pelatih tersebut merasa
tersinggung, mereka mengundurkan diri sebagai pelatih kami dengan alasan mau
melatih anak – anak yang akan mengikuti lomba. Kami pun kecewa dengan itu.
Kami akhirnya mencari pelatih lagi.
Untungnya, setelah beberapa hari kami pun menemukan pelatih. Karena pelatihnya
tidak bisa melatih tarian Kalimantan, akhirnya kami akan menampilkan tarian
Jawa. Sedangkan untuk tarian Hip hop, kami pun menemukan pelatih yang sesuai
dengan keinginan kita. Untuk musik, kami akan menampilkan musik gamelan. Dan
beruntung, kami langsung menemukan pelatih yang tepat.
Kami pun membagi kelompok siapa yang
mengikuti tarian Jawa, Hip hop, ataupun Gamelan. Dan setelah terbentuk, akhirnya
kami pun mulai latihan pada bulan September. Awalnya kami berlatih dengan
kelompok masing – masing sampai matang dan lancar, baru pada bulan november
mulai latihan gabungan atau kolaborasi.
Setiap pulang sekolah, masing –
masing kelompok tersebut berlatih sampai sore. Untuk tarian jawa dan hip hop,
mereka latihan di sekolah. Sedangkan untuk gamelan, mereka latihan di SMP dan
SMA Masehi, di daerah Podosugih. Dan untuk kolaborasinya, kami semua berlatih
di SMP dan SMA Masehi.
Saya masuk ke dalam kelompok musik
yaitu musik Gamelan. Pengalaman saya mengikuti pagelaran pun dimulai dari
memainkan alat musik Gamelan. Pada hari pertama mengikuti latihan pagelaran, saya
dan teman – teman menuju ke SMA Masehi sesudah pulang sekolah. Setelah pelatih
kami datang, kami pun memasuki ruangan khusus alat musik Gamelan. Teman – teman
saya langsung menduduki tempat sekaligus dengan alat musik gamelan yang bernama
balungan. Balungan adalah alat – alat Gamelan yang terdiri dari Saron, Demung,
dan Slentem. Saya pun bingung karena saya tidak kebagian tempat untuk alat
balungan, padahal saya ingin bermain alat musik Balungan karena saya hanya tahu
alat – alat musik tersebut. Ternyata Gamelan terdiri dari macam – macam alat.
Saya pun akhirnya kebagian tempat yang paling depan, alatnya itu panjang dan
banyak. Ternyata alat tersebut bernama bonang. Bonang sendiri ada dua macam,
yaitu Bonang dan Bonang Penerus. Akhirnya, setelah mendapatkan tempatnya
masing- masing, kami pun memulai latihan.
Karena hari itu adalah latihan
pertama kami menggunakan alat Gamelan, akhirnya
pelatih menyuruh kami untuk latihan pemanasan dahulu untuk mengenal
masing – masing alat yang kami mainkan. Pelatih pun mengajari kami satu persatu
bagaimana cara memainkan alat musik Gamelan yang kami mainkan. Ternyata alat
musik yang saya mainkan, yaitu Bonang, merupakan alat musik yang paling susah
dimainkan, karena harus menyela atau lebih dahulu dari alat musik Gamelan
lainnya.
Selama latihan tersebut, kami diberi
not angka untuk dimainkan. Dan saya termasuk anak yang paling kesusahan dalam
mengikuti pengenalan atau pemanasan tersebut karena saya memegang Bonang, yang
menurut saya paling susah. Pertama memainkan, saya masih bisa mengikuti, tetapi
lama kelamaan, Gamelan pun berjalan cepat dan saya mulai kesusahan karena harus
memainkan lebih dahulu daripada Gamelan lainnya. Selama kurang lebih satu
setengah jam, saya memainkan Bonang dengan panduan pelatih. Dan setelah dirasa
saya kurang mampu memainkan Bonang, akhirnya saya inisiatif untuk tukar alat
musik dengan teman saya yang memainkan alat musik Gamelan bernama Kenong. Saya
pun mencoba memainkan kenong, dan alhamdulillah saya bisa mengikuti dengan
gamelan yang lainnya.Setelah dua jam, kami pun pulang. Sampai dirumah, tangan
saya terasa sakit karena belum terbiasa bermain Gamelan. Mungkin karena bermain
Bonang yang menggunakan tangan dua dan masing – masing alatnya berjarak agak
jauh.
Pertemuan berikutnya, saya dan teman
– teman mulai latihan Gamelan lagi. Saya langsung memposisikan diri ke alat
musik Kenong. Sebenarnya saya disuruh untuk bermain Bonang karena teman saya
yang bermain Bonang belum datang, tetapi saya tidak mau karena saya tahu bahwa
Bonang itu susah baik Bonang maupun Bonang Penerus. Setelah semuanya datang,
kami pun memulai latihan.
Awalnya, kami ingin mengiringi lagu
dari tarian jawa yang bernama tarian Nansu, tetapi karena kata pelatih kami
lagunya terlalu susah untuk diiringi dengan gamelan, akhirnya kami dari
kelompok Gamelan akan menampilkan lagu sendiri. Pertama, kami mulai berlatih
lagu Gambang Suling. Saya agak kesusahan dengan alat musik kenong karena Kenong
memiliki irama sendiri dan harus mengiringi Bonang. Ternyata alat musik Kenong
juga susah. Tetapi saya harus bisa memainkan alat tersebut karena saya sudah
menyukai alat musik Kenong.
Setelah berlatih selama beberapa
hari dan dirasa kami sudah bisa memainkan lagu Gambang Suling, kami pun mulai
berlatih lagu yang kedua yaitu Perahu Layar. Perahu Layar sendiri menurut saya
lebih mudah daripada lagu Gambang Suling, karena not – not angkanya lebih mudah
dan banyak yang sama. Setelah kami lancar memainkan lagu Perahu Layar, kami pun
mulai diberi lagu ketiga yaitu lagu Ojo Dipleroki. Sebenarnya lagu tersebut
lebih mudah not – not angkanya, tetapi saya kurang bisa memainkan lagu
tersebut. Saya harus melihat teks untuk bisa memainkannya, mungkin karena belum
terbiasa dengan lagu Ojo Dipleroki, jadi kurang bisa saat memainkannya.
Pada saat kami latihan, saya selalu
berada di posisi depan bersama Bonang. Karena memang begitu posisi Gamelan di
SMA Masehi. Kata teman – teman yang melihat saya bermain Kenong, kalau saya
sedang bermain Kenong itu lucu dan aneh, karena saya seperti menari dengan
menangguk – anggukkan kepala saat memainkan Kenong. Saya memang harus begitu
jika memainkan Kenong, supaya benar dan seirama dengan Gamelan lainnya.
Saya mempunyai pengalaman yang tidak
akan pernah saya lupakan untuk gamelan. Pada bulan Oktober 2013, kami pemain gamelan
akan tampil untuk pertama kalinya di depan masyarakat umum. Kami akan tampil di
Pendopo Pekalongan dalam acara wayang. Gamelan akan tampil terlebih dahulu
sebelum wayang dimulai.
Pada malam sebelum kami akan tampil,
kami gladi bersih untuk mencoba alat – alat musik Gamelan yang ada di Jalan
Belimbing, Pekalongan. Karena pada saat kami tampil, kami akan menggunakan
gamelan tesebut. Kami berkumpul di sekolah habis isya, dan menuju ke tempat
bersama – sama. Ternyata kami disana hanya bermain satu kali karena gamelannya
akan digunakan untuk latihan para pemain Gamelan yang mengiringi wayang. Mereka
semua sudah ahli dan senior, kami merasa malu karena dilihat oleh para senior
Gamelan. Setelah itu, kami pulang. Tetapi karena cuaca sedang hujan, akhirnya kami
menunggu disana sambil melihat para senior bermain Gamelan.
Besoknya, kami mulai latihan di
sekolah Masehi. Tetapi, setelah ashar, kami disuruh gladi bersih di Pendopo
agar tidak grogi. Kami pun menuju kesana bersama – sama. Setelah bermain selama
dua kali, kami akhirnya pulang untuk beristirahat sebentar dan mempersiapkan
untuk nanti malam. Setelah habis maghrib, saya dan teman saya berangkat ke
Sekolah karena sesuai perjanjian akan bertemu di sekolah kira – kira habis
Maghrib. Setelah kira – kira jam delapan, kami pun mulai menuju ke Pendopo.
Disana ternyata masih sepi. Kami pun menunggu sampai jam setengah sembilan, dan
meskipun belum terlalu banyak para undangan datang, acara pun dimulai. pertama
kali tampil terlebih dahulu adalah pemain Gamelan dari ibu – ibu. Meskipun
sudah tua, tetapi mereka bisa semangat dan mampu untuk bermain Gamelan dengan
lancar dan bagus. Akhirnya, setelah para ibu – ibu itu tampil, giliran dari
kami yang akan tampil. Kami mewakili nama SMA
N 3 Pekalongan, untuk itu kami memakai seragam batik biru khas smaga.
Saat kami tampil, kami menampilkan
tiga lagu tersebut seperti saat latihan. Pada saat pembukaan untuk bermain
Gamelan atau yang disebut Gangsaran, Gendang kurang mantap menabuh, sehingga
kami merasa bingung dan kurang lancar di saat pembukaan. Untungnya, setelah itu
kami semua lancar dan bagus dalam bermain lagu – lagu Gamelan. Kami cukup puas
dalam menampilkan Gamelan, meskipun kurang lancar pada saat Gangsaran. Saya
merasa puas, senang, sekaligus bangga bisa menampilkan Gamelan di acara
tersebut karena kami bisa menunjukkan bahwa remaja seperti anak SMA pun mau dan
bisa bermain Gamelan. Saya merasa sangat senang bisa melestarikan budaya
Indonesia dengan bermain Gamelan.
Setelah
itu, kami pun mulai latihan seperti biasa. Kami mulai latihan lagu Jogja Under
cover sebagai lagu kolaborasi pagelaran kelas kami. Dan untuk lagu – lagu yang
biasa untuk kami latihan, sudah semakin lancar. Semenjak kami tampil di
Pendopo, Saya pun semakin lancar tanpa menarikan kepala untuk mengikuti irama
Gamelan.
Pada
bulan November hingga Desember, kami pun mulai berlatih bersama untuk
keseluruhannya serta untuk kolaborasinya. Kami semua berlatih di Sekolah
Masehi. Hari – hari yang kami lalui bersama terasa sangat menyenangkan walaupun
drama ataupun perbedaan pendapat kadang terjadi. Kami pun meminta bantuan dari
Dewan Kesenian di Gor untuk membuat propertinya. Kami membuat properti di Gor,
dan latihan di sekolah Masehi.
Selama
dua bulan tersebut, waktu yang tersisa kami isi dengan membuat properti dan
berlatih bersama. Dan tak terasa, tanggal 21 desember 2013 pun semakin dekat.
Kami mulai berlatih serius tanpa libur, dan sering hujan – hujanan saat kami
latihan. Sangat mengasyikan pada saat kami berlatih sambil hujan – hujanan di
lapangan Sekolah Masehi. Untungnya tidak ada yang sakit setelah berhujan –
hujanan. Kami merasa bahwa di Sekolah Masehi itu tempat khusus kami, karena
hampir tiap hari kami disana untuk berlatih bersama.
Pada
tanggal 20 Desember 2013, kami semua latihan untuk terakhir kalinya. Tetapi
yang di sekolah Masehi hanya Gamelan, lainnya latihan di Gor. Saya merasa sedih
harus berpisah dengan Gamelan, terutama alat yang saya mainkan yaitu Kenong.
Dan tentunya saya pasti akan merindukan latihan bersama – sama di sekolah
Masehi. Setelah jam setengah tiga sore, kami pun menuju ke sekolah untuk gladi
bersih. Saya dan teman – teman pulang sampai setengah tujuh malam karena
latihan dengan alat Gamelannya dulu agar dapat menyesuaikan dengan Gamelan yang
telah disediakan oleh panitia.
Pada
tanggal 21 Desember 2013, pagelaran pun diadakan bersamaan dengan peerimaan
raport. Kami merasa grogi dan takut sebelumya. Tetapi, untungnya ketika XII Ipa
1 tampil, semua berjalan dengan lancar, meskipun ada kesalahan dari operator.
Kami merasa puas dan bangga karena perjuangan kami selama ini akhirnya
membuahkan hasil yang memuaskan.
Setelah
mengikuti pagelaran ini, saya merasa bangga dan senang karena ternyata saya
bisa tampil di depan orang banyak dengan bermain Gamelan. Dan semenjak itu,
saya sangat menyukai Gamelan dan saya memilikipengalaman yang tak terlupakan di
SMAN 3 Pekalongan ini yaitu mengikuti pagelaran seni dengan orang – orang yang hebat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu berguna bagiku......