MAKNA
SYAIR LAGU KESENIAN SANDUL
Adegan
ke-1
“Badut
Mendung”
Diawali dengan lenggeran, hanya
menyanyi dan menari
1.
Adegan pertama, menurunkan widadari
2.
Joget sambil nyanyi dengan lagu khusus
tanpa bicara dengan dalang
3.
Sekar kelapa wana
4.
Klambisub
5.
Rende-rende
Adegan diatas dinamakan lenggeran, badut mendong
sebagai adegan pertama yang peragaannya menari, menyanyi dan bercerita kepada
dalang. Menyanyi (repen) pada adegan badut mendung menggunakan lagu
Asmarandana, menggambarkan hapalan ngaji.
Syair lagunya
sebagai berikut:
“
ingsun wiwiti anebut namaning sukma kang murah, ing ndonga mankeh ingkang asih
ing kekat miladen puji datampegat kang kawelas ayu ngapura wong kang dosa ”
Gambaran syair diatas pada intinya bersyukur kepada
Tuhan, yang memberikan pengampunan di akhirat nanti, yang memberikan kasih
sayang kebaikan dan mengampuni orang yang berdosa.
“
sakempune muji yang widi amuji nabi Muhammad kelawan kulawargane, sekabat
sekawanipun Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, kaping sekawanipun miwah putra lawan
garwa ”
Syair di atas
digambarkan sebagai
pesan untuk senantiasa memuji Yang widhi. Yang widhi adalah penyebutan
nama Tuhan, dalam agama Islam adalah Allah. Serta utusan Allah yaitu Nabi
Muhammad yang membawa wahyu Allah, beserta keluarganya. Kemudian keempat Sahabat Nabi Muhammad yaitu
Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali beserta anak dan Istri beliau.
Lagu berikut
sebagai lagu wajib dalam adegan ini, selain itu sesuka si pembadut. Secara keseluruhan badut mendung menceritakan kehidupan
masa remaja yang bersenang-senang.
Adegan
ke-2
“Badut
Pikat”
Awal bicara dengan dalang:
1. Lakasan
musik, menyanyi sambil menari
2. Menanyakan
maksud apa yang dipakainya (maksudnya jawa pandalang dari pertanyaan badut, dina, bilangan, segara, kuta, dewa, manuk
lan madep)
3. Menyanyikan
lagu Dandhang Gula yang intinya menyapa kepada penonton
4. Melakukan
wajib sebagai badut pikat, berbicara dengan dalang bahwa mekateni perlu
perhitungan, hari, pasaran, dll. Setelah itu mengerjakan mikat yaitu memasang
burung lain dengan burung yang sudah ada)
5. Memberikan
minum dan makan, menyanyi lagu Dandhang Gula, dua lagu, selesailah wajib mikat
6. Menyanyi
dan menari sesukanya (menunjukkan kebolehannya) hingga selesai
Lagu wajib untuk badut pikat
“Lawan ngasup
pikulan banyu sarta amek geni deda maran ana kodok, ngemut lenge ana rangka
manjing duwung lawan prau ngemut jaladri want kuda mrap pandenga tigan bisa
kluruk. Sapa bisa nitik tapake kantol nglayang, kakang mbarep lawan adimu ragil
pancuran tanpa tlaga”
Syair
diatas menggambarkan seseorang yang menuntut ilmu hingga mencapai kesempurnaan.
“Ngangsu pikulan banyu” berarti seseorang yang belajar sudah mempunyai awalan
dari ilmu yang akan dipelajari. “Amek geni wis dedamaran” hampir sama maknanya
dengan ngangsu pikulan banyu. “Kodhok ngelmu lenge” berarti jiwa yang
menghormati dirinya sendiri. “Sapa bisa nitik tapak” berarti siapa yang
bisa mengerti jati diri yang tersimpan
dalam raga. “Ing kontul nglayang kakang adhimu ragil, pancuran tanpa tlaga”
menggambarkan burung kontul.
Badut pikat merupakan
perwujudan dari seekor burung, semua perwujudan dari burung tersebut sebenarnya
memiliki arti tersendiri yakni perwujudan dari sang matahari yang menghadap ke
timur (ngetan dalam istilah jawa)
adalah arah terbitnya matahari dengan rangkaian tarian menghadap ngetan, digambarkan dengan perwujudan
burung kuntul, dan dalam penanggalan jawa masuk bilangan 5 (legi). Kemudian untuk arah ngidul, digambarkan dengan perwujudan
dari burung wulung, serta dalam penanggalan jawa masuk bilangan 9 (paing). Ngadep ngulon, digambarkan dengan perwujudan seekor burung pudang, dan
dalam penanggalan jawa masuk bilangan 7 (pon).
Untuk arah ngalor, diwujudkan dengan gambaran
burung gagak, dan dalam penanggalan jawa masuk bilangan 5 (wage).
Jawa Pandalang
dari pertanyaan badut
1.
Hari legi, bilangan 5, segarane santen,
kutane slaka, dewane kumajaya, manuke kontol, marepe ngetan
2.
Hari pahing, bilangan 9, segarane atal,
kutane nila, dewane basuki, manuke wulung, marepe ngidul
3.
Hari pon, bilangan 7, segarane kuningan,
kutane tembaga, dewane kitabrama, manuke podang, marepe ngulon
4.
Dina wage, bilangan 4, segarane getih,
kutane wesi, dewane wisnu, manuke gagak, marepe ngidul
Adegan
ke-3
“Badut
Sunti”
Yaitu lanjutan dari badut mendung
(penampilan remaja) kemudian badut pikat (penampilan dewasa) telah menikah dan
beranak sapat, 7, menyanyi, menari juga memakai lagu sinom, Dandhang Gula dan
tarian teksusul istrinya (sunti). Setelah bicara masalah keluarga, sampai hal
kandungannya telah berumur 2 bulan, hingga istri nyidam, mencari rujak, ikan
air, burung podang, tapi semuanya gagal hingga melahirkan bayi laki-laki sampai
dewasa jadi badut among tani (sawahan).
Repen
dalam adegan badut sunthi menggunakan tembang sinom dan dandhang gula.
Syair lagunya sebagai berikut.
“Ngawruhana
dosane kang aweh urip. Iku lamun seda kaperlaya. Wong mati nyang endi parane. Sinepakna
peksi mabur. Mlesat saking kurunganipun. Awasta nggenira luru pencokan. Aja
sampe kliru pencokane. Sapa bisa duduh kawruh, Sanak mami kadang mami. Mbesuk
bali nyang sudan kamulyan”
Syair ini
menceritakan intropeksi pada Yang Maha Kuasa akan dosa yang diperbuat. Apabila
seseorang sudah meninggal tidak bisa memperbaiki apa yang sudah diperbuat.
Jangan sampai salah langkah dalam
memilih jalan hidup. Sanak saudara, kerabat dan handai taulan merupakan
tempat untuk memperoleh nasehat, ilmu atau jaminan hidup. Apabila seseorang
tidak salah melangkah akan mendapat kebahagiaan.
Adegan
ke-4
“Badut
Sawahan”
Pertunjukan badut sawahan diperankan
oleh tujuh orang diantaranya lima orang laki-laki dan dua orang perempuan. Pada
badut sawahan terdapat gerakan tari yang menggambarkan para petani sedang
mencangkul, menanam dan memanen padi. Terdapat pula dialog yang menjelaskan
seorang yang menyuruh para petani untuk menggarap sawahnya agar ditanami padi
sampai hasil tanamannya dipanen. Adegan dalam badut sawahan kebanyakan diisi
dengan nembung dan njoged.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu berguna bagiku......