Lopisan
Syawalan / krapyakan / lopisan adalah upacara adat bagi umat Islam yang
berada di Pekalongan dan sekitarnya untuk menyaksikan pemotongan LOPIS RAKSASA
yang mempunyai ukuran diameter 150 cm, berat 185 kg dan tinggi 110
cm,diselenggarakan 1 minggu setelah Hari Raya Idul Fitri. oleh Walikota /
Pejabat Muspida.
Perlu diketahui bahwa, Tradisi Syawalan yang rutin dilakukan oleh
masyarakat Kota Pekalongan ini sudah dimulai sejak 130-an tahun yang lalu,
tepatnya pada tahun 1855 M. kali pertama yang mengelar hajatan Syawalan
ini adalah KH. Abdullah Sirodj yang merupakan keturunan dari Kyai Bahu Rekso.
Adapun silsilah lengkapnya adalah sebagai berikut : KH Abdullah Sirodj
putera RA Martoloyo putera Amir Zahid putera Amir Sulaiman putera R
Tjondrodimerto putera R Surodimejo putera Kyai Bahu Rekso putera Kyai Ageng
Tjempaluk putera Pangeran Nowo putera pangeran Haryo Mangor putera Waliyullah
Abdul Muhyi Pamijahan.
Beliau wafat di Magelang sedang makam beliau terletak dikompleks pemakaman
Masjid Payaman Magelang, yang hingga kini makamnya masih banyak dikunjungi
peziarah dari segenap penjuru tanah air, khususnya Jawa Tengah, baik pagi,
siang, sore ataupun malam hari sepanjang tahun.
Adapun Khoulnya bertepatan dengan Syawalan disini (Kota Pekalongan); yaitu
tanggal 8 Syawal tahun hijriyah.
Kembali pada pokok permasalahan, pada tanggal 8 Syawalnya, masyarakat
Krapyak berhari raya kembali setelah berpuasa 6 hari, dalam kesempatan ini,
merekapun membuat acara ‘open house’ menerima para tamu baik dari manca desa
maupun manca kota. Hal ini diketahui oleh masyarakat diluar krapyak, sehingga
merekapun tidak mengadakan kunjungan silaturahmipada hari-hari antara tanggal 2
hingga 7 dalam bulan Syawal, melainkan berbondong-bondong berkunjung pada
tanggal 8 Syawal.
Yang demikian ini berkembang luas, bahkan meningkat terus dari masa ke masa
sehingga terjadilah tradisi Syawalan seperti sekarang ini. Demikianlah asal
mulanya terjadi Syawalan.
Sedikit tentang mengapa beliau wafat dan dikebumikan di Magelang : Kota
Pekalongan, tepatnya Krapyak ini, beliau pernah mendirikan suatu organisasi
untuk menggembleng para pemuda, baik jasmani maupun rohani mereka guna
menghadapi penjajah Belanda, organisasi tersebut bernama WAROQOTUL ISLAM. Namun
sayang seribu sayang, baru ditengah perjalanan, hal terendus oleh penjajah
Belanda dan tak ayal pemerintahan Belanda memerintahkan untuk menangkap KH
Abdullah Sirodj hidup atau mati.
Oleh para santrinya, beliau diamankan di Magelang. Ditempat pengungsian ini
beliau meraih berbagai kesuksesan diberbagai bidang. Dan pada gilirannya beliau
dipinang untuk dijadikan menantu oleh Bupati Magelang pada saat itu dan
dijadikan sebagai kepala RAT Igama (sekarang Kepala Kantor Departemen Agama).
Akhirnya beliau wafat di Magelang. Semasa hidupnya KH Abdullah Sirodj akrab
dipanggil dengan sebutan Mbah Agung Sirodj. ( Sumber Kantor Pariwisata &
Kebudayaan )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu berguna bagiku......