Kamis, 13 Desember 2018

Rasa korsa, toleransi, empati, semakin melekat di jiwa kami


Rasa korsa, toleransi, empati, semakin melekat di jiwa kami

ATMO RAHARDJO XII MIPA 4



Pagelaran itu.. Acara yang dibuat sekolah guna mengekspresikan diri siswanya. Di SMAGA ini pada bulan Oktober 2018 menyelenggarakan pagelaran seni kelas XII untuk memenuhi nilai ujian praktik akhir semester seni budaya. Acara ini tidak berjalan dengan sendirinya, ada pembina yaitu Pak Shaiful, panitia-panitia pagelaran dan bantuan dari sponsorsip. Apalagi pada malam penutupan diakhiri dengan guestar band indi yaitu fourtwenty. Lagunya lumayan enak didengar apalagi bagi penyuka ketenangan hati atau biasanya para hiker selalu mendengarkan lagu ini disaat perjalanan mendaki gunung.
Awal semester satu, aku mulai memikirkan sesuatu untuk pagelaran sekolah karena ada pengarahan dari guru kita Pak Shaiful, bahwa akan diadakan pagelaran seni pada bulan September. Teman sekelas pun merasa kaget, bimbang tapi asik ketika mendengarnya. Pak Shaiful memberikan arahan pelatih untuk dipilih sesuai kesepakatan kelas. Diberilah waktu untuk berbincang-bincang membahas pelatih pagelaran. Pembahasan tersebut tidak selesai satu jam pelajaran, bahkan sampai berhari-hari. Nama-nama pelatih beserta kriterianya dikirim di group kelas di apps whatsap. Voting pun dimulai sambil mempertimbangkan harga, kualitas, dan kemampuan melatih. Lebih dari satu minggu akhirnya ketemulah pelatih dengan nama Mas Sidiq. Itulah sebutannya bagi para muridnya.
Mas Sidiq ini bertenpat tinggal di Batang dan profesinya sebagai seniman akting drama. Masalah harga pun muncul, ternyata harganya yang dibandrol Mas Sidiq itu tinggi yaitu Rp. 400.000 per anak. Tak heran lagi itu membuatku shock, kaget, kata teman saya sih spot jantung. Dengan harga segitu, aku sih keberatan. Namun mau gimana lagi pelatih sudah pesen terus kesepakatan , nggak mungkinkan kalo dibatalin. Pertama latihan semua teman sangat ramai, komplit istilahnya. Latihan waktu itu bulan Agustus yang dijadwal pada hari sabtu siang.
Berdasarkan panitia, akhirnya terbentuklah tema pagelaran seni yaitu drama didaerah Indonesia. Nama kegiatan pagelaran SMAGA tahun 2018 ini adalah PROCTION dengan kepanjangan " PROGO IN CULTURE ACTION". PROGO itu nama jalan sekolahku, IN CULTURE itu didalam kebudayaan, ACTION sendiri adalah aksi atau beraksi. Pengambilan lintingan kertas berisi nama daerah pun berlangsung. Kelasku XII MIPA 4 mendapat tema daerah Sulawsi. Ya, Sulawesi menurutku cukup asing karena tidak tahu apa dongeng cerita rakyat dari Sulawesi. Pada latihan berikutnya, kami mengonfirmasikan daerah Sulawesi kepada pelatih untuk menentukan ceritanya.
Waktu terus berlalu, akhirnya terpisah cukup lama karena bulan suci ramadhan berlangsung selama 30 hari. Aktif latihan kembali setelah idul fitri atau syawalan. Teks naskah dibagi oleh Mas Sidiq. Hari demi hari, rapat panitia pun diadakan lagi. Hasil keluar, ternyata oh ternyata pagelaran diundur tadinya September menjadi Oktober. Okelah tak apa dengan begitu libur latihan bertambah kembali.
Sebenarnya latihan adalah alasan yang mungkin berat bagi siswa. Latihan memakai jam libur, bahkan yang aku tak suka yaitu diadakannya denda telat latihan. Kan kasihan, semisal ada anak yang tak mampu tetapi datang terlambat masih tetap aja didenda. Kan sayang, udah capek- capek berangkat, cuma gegara telat 5 menit setelah ada pelatih, malah kena denda. Sungguh miris, saya tak setuju sebenarnya tapi mau gimana lagi karena sudah kesepakatan.
Kelasku menampilkan cerita Sulawesi berjudul pangeran lidah hitam, terasa aneh tapi nyata karena bercerita tentang pemuda yang lahir pada waktu yang sulit baginya lahir. Namanya I Manyambangi dan berlidah hitam. Hari demi hari latihan, pasti tetap saja ada konflik untuk berangkat. Yang aku heran ternyata ada perdebatan antara teman cowok dengan teman cewek. Waktu itu si Cowok tidak mau latihan serentak karena pengen liburan ke Tombo coffe, Bandar. Sedangkan perempuan yang agak keras kepala justru tidak membolehkan cowok untuk pergi. Akhirnya perkelahian mulut dimulai.
Perbedaan rasa mulai hilang setelah hari pagelaran mulai mendekat. Satukan prinsip, fokus, itu tumbuh sendiri pada akhir-akhir latihan pagelaran walaupun ada kendala terhadap pelatih yang memegang 3 kelas sekaligus. Rasa penasaran kelasku mulai muncul. Kenapa kita dibeda dengan kelas lain? Sepertinya lebih bagus kelas lain? Kenapa kita lebih dulu ditagih uang sedangkan latihan saja masih kurang, tetapi kelas lain sudah sampai properti? Kan aneh.
Tapi tetep saja pelatih itu, nggak mungkin mau ganti pelatih lain. Sedangkan sudah dekat hari pagelaran. Akhirnya berlatih sampai selesai. Rela pulang malam, tanpa makan, demi kekompakan bermain drama.  Semalam sebelum hari H, aku dana temanku menginap dirumah teman karena jam 3 pagi sudah harus sampai sekolah untuk make up dan sebagainya. Dibilang menyita waktu , iya. Karena sedikit sekali jam tidur kita waktu itu.
Penampilan waktu itu tidak sesuai pemikiran sebelumnya. Ternyata terdapat kendala angin cukup besar yang mengganggu, maka properti yang cukup sederhana walaupun bayar mahal, hanya sebuah gabus dibikin gapura, membuat kesal. Telah beberapa kali jatuh rubuh dan rusak sehingga penampilan tak maksimal.
Mungkin itu saja cerita saya, yang saya dapat ternyata banyak. Keharmonisan kelas menjadi bertambah, kekreatifan terus meningkat dan rasa korsa, toleransi, empati, semakin melekat di jiwa kami. Terima kasih XII MIPA 4 . SIKOPAT JAYA!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarmu berguna bagiku......

Powered By Blogger

Ayo Gabung di Sini !!

Arsip Blog