Kamis, 09 Oktober 2014

Pagelaran Seni “Menampilkan yang Terbaik dari yang Terbaik”,


Text Box: CERITA INI DIBUAT BUKAN SEMATA-MATA UNTUK MENUNJUKKAN KEKURANGAN SUATU PIHAK ATAUPUN LAIN-LAIN, MELAINKAN CERITA INI DIBUAT HANYA UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA PELAJARAN                                SENI MUSIK SMA N 3 PEKALONGAN

CERITAKU TENTANG PAGELARAN
SMA N 3 PEKALONGAN
TAHUN 2013 / 2014


 
 by : fuad Naufal XII.IPA.2


Pagelaran itu menurut aku... Sebuah pementasan siswa-siswi SMAGA kelas XII IPA – IPS berupa KOLABURASI BUDAYA INDO-MANCANEGARA yang dikaji menjadi sebuah MAHAKARYA nan luar biasa yang dipentaskan untuk memenuhi nilai ujian praktek mapel Kesenian di SMAGA. Sesuai dengan tema kegiatan yaitu Akulturasi Budaya Indo-Mancanegara, maka Pagelaran SMAGA tahun ini dinamakan Culture Project. Kegiatan ini tentunya tak luput dari peran Pak Saiful, selaku pembina acara ini dan juga sebagai guru Kesenian khususnya di bidang musik


          Ceritaku berawal dari kegiatan kelas XII yang memasuki semester awal. Semester awal ini pikiranku tertuju pada kegiatan ini. Yakin atau tidak, pastinya semua siswa-siswi kelas XII juga memikirkan hal yang sama seperti apa yang aku pikirkan. Ide-ide mulai bermunculan dalam otakku, tapi belum aku tuangkan dan aku distribusikan kepada teman-teman kelasku. Ini baru “mentah” dan belum jelas.
         

Setelah pelajaran Seni Musik selesai di hari Sabtu kala itu, aku dipanggil Pak Saiful guna menyetujui ajakan Beliau menyertakanku menjadi Panitia acara akbar itu. Keraguan pun menyelimutiku, tanpa sadar bibir ini mengucapkan “Iya” menjawab keputusan yang Beliau ajukan. Sampai hari itu datang dimana hari itu adalah hari untuk pembentukan kepanitiaan Pagelaran. Saat berkumpul, hatiku ricuh, antara hati yang “menyetujui” ini dengan hati yang “menolak” untuk hal ini, karena JUJUR, aku benar-benar tidak menginginkan untuk menjadi Panitia dalam kegiatan tersebut.
Setelah terbentuknya panitia itu, mulailah Kami (panitia) disibukkan oleh pemilihan tema untuk kegiatan ini. Sampai-sampai dari Kami saling mengajukan ide buah pikir tentang tema. Inka, Ilham, Alif, Fajrina, Agustinus, Listiani, Tegar pun maju menyampaikan ide tentang tema untuk kegiatan itu. Setelah mereka memaparkan ide-ide mereka Kami pun menyusun mufakat guna mendapatkan hasil diskusi. Sampai Kami mendapati tema AKSELERASI BUDAYA INDO-MANCANEGARA. Namun, di lain hari pun tema itu Kami ganti menjadi AKULTURASI BUDAYA – CULTURE PROJECT.  
          Hari demi hari berlalu, Panitia pun hampir sering untuk rapat. Hatiku pun mulai goyah mengingat keberadaanku dalam panitia ini karena “amanat” dari guru yang Aku hormati, Pak Saiful. Beberapa peraturan untuk panitia pun sudah dibuat. Aku pun memahami itu, tetapi hatiku tidak menyanggupinya, dengan kata lain “niat buruk” ku pun datang, yaitu aku ingin keluar dari kepanitiaan. Karena desakan hati inilah, Aku sering tidak mengikuti rapat. Karena memang peraturan ini Aku pikir MEMBERATKAN AKU SAJA.
          Hari dimana saat yang tepat untuk aku keluar dari kepanitiaan ini pun datang, dimana Panitia ini memanggilku untuk menghadiri rapat. Aku pun menghadiri rapat itu karena memang niatku ini sudah bulat. Ketua panitia yang tidak lain adalah sahabatku sendiri pun memaparkan hal-hal negatif tentang anggota yang tidak niat. Walaupun ketua panitia tidak menyebut namaku secara langsung, namun Aku merasakan apa yang dia maksud bukan lain dan bukan tidak adalah untuk “memojokkan + menyerangku”. Dan akhirnya, Ketua panitia tersebut mengatakan “siapa yang tidak niat silahkan keluar”, maka Aku pun bangkit dari tempat dudukku dan langsung meninggalkan ruang rapat itu.

           Kini, pikiranku hanyalah tertuju kepada acara apa yang akan kelasku tampilkan. Referensi dari internet adalah gudang referensiku. Selain itu, Aku juga menonton acara-acara di televisi. Karena Aku dianggap mampu teman-temanku dalam hal musik, maka Aku pun memutar otak tentang Musik apa yang akan kelasku tampilkan, dan bagaimana cara melatihnya. Masukan dari teman-teman kelas pun aku jadikan sebagai landasanku guna mendapatkan ide gemilang.
Saat kelasku mengadakan rapat pagelaran, Aku pun maju untuk membeberkan ideku ini. Sebagian menyetujui, dan sebagian masih ragu. Akhirnya, setelah beberapa kali rapat dan menggabung-gabungkan ide Kelasku pun mendapatkan tema untuk Pagelaran. Kami merencanakan sebuah DRAMA KOLOSAL, dimana didalamnya tersuguh drama kolonial, sendra tari, beserta iringan musik band dan drumband yang dimainkan secara live. Pembagian-pembagian kelompok berdasarkan tema pun Kami lakukan. Setelah pembagian tiap kelompok selesai, pikiranku kini tertuju kepada alat-alat musik yang akan Kami gunakan. Hingga akhirnya Aku beserta teman-temanku yang menjadi pemain musik merencanakan untuk meminjam alat musik (drumband) ke SMA ISLAM.
Setelah alat musik Kami dapatkan, kini pikiranku tertuju kepada seorang pelatih. Pelatih mana yang akan Aku ajak untuk melatih Kami. Antoni, temanku pun mengusulkan siapa pelatih yang akan membimbing Kami berlatih drumband, yaitu guru kesenian dari SMP PIUS. Aku adan Antoni pun menghubungi Pak Riko. Setelah Kita bertemu Pak Riko di SMP PIUS, Aku pun memperhatikan Pak Riko saat beliau memainkan snare drum. Ritme-ritme yang beliau mainkan Alhamdulillah Aku pun menguasai. Tapi sayang, Pak Riko tidak bisa melatih karena kesibukannya di SMP PIUS. Berita tersebut tak menyurutkan niatku untuk mengambil alih “kepelatihan”  beliau. Mulai saat itulah Aku mengajukan diri untuk melatih teman-temanku memainkan alat ritmis itu.
Keesokan harinya, Aku dan Antoni menghubungi teman-teman laki-laki di kelasku untuk berkumpul. Tujuannya adalah untuk mencari para pemain Bass drum dan snare drum. Sedangkan keyboard dan Bass guitar Aku berikan sepenuhnya kepada Pradianto dan Dimas karena Aku pikir mereka berdua lebih menguasai daripada teman-teman yang lain.
 Setelah Aku seleksi, akhirnya terbentuklah para pemain drumbandnya. Keesokan harinya, mulailah Aku melatih teman-temanku bermain alat ritmis tersebut. Mengapa Aku berani untuk melatih? Karena Aku merasa mampu di bidang tersebut, SD aku juga ikut serta dalam ekskul drumband dan memegang Trio. Lagu untuk pengiring tari pun Aku dengarkan kepada teman-teman tadi untuk dipahami dulu bunyi-bunyi pukulan snare yang Aku mainkan. Sama hal nya dengan Bass drum. Namun, semua yang Aku latihkan tidak 100% dari buah pikirku, sebagian ada dari buah pikir teman-teman juga.
Susah-susah gampang megajari mereka, karena mereka baru pertama kalinya memainkan alat ritmis itu. Dengan telaten dan sabar, Aku ajari mereka perlahan-lahan. Setelah beberapa kali latihan, Aku rasa saatnya untuk memainkan satu rangkaian full aransemen itu secara bersama-sama, bersamaan dengan musik melodinya. Alhamdulillah mereka langsung menikmati permainan mereka sendiri. Perlahan namun pasti, kemampan teman-temanku mulai bertambah karena terbiasanya mereka memukul alat ritmis itu. Dengan menghayati irama dan tempo lah perpaduan musik ritmis dan melodi ini bisa menyatu. Bangga sekali Aku memiliki teman-teman sehebat mereka. Walaupun terkadang Aku sempat memarahi mereka karena memang mereka sempat “bandel”.
Kini saatnya Aku coba untuk menggabungkan aransemen musik Kami ini dengan para penarinya. Bolak-balik membawa alat-alat drumband, itulah kesengsaraan yang Kami alami. Namun, karena tekad Kami adalah “Menampilkan yang Terbaik dari yang Terbaik”, maka apapun kondisinya Kami lakukan dengan suka cita. Tidak satu hari jadi Kami berlatih bersamaan dengan para penari. Beberapa kali, dan beberapa hari Kami ulang-ulang sampai Kami saling memahami satu sama lain,walaupun Kami masing-masing memiliki peran yang berbeda. Usulan dan kritikan dari pelatih tari pun Aku ikut rasakan guna membangun motivasi para pemain musik juga. Selain tari dan musik, kelompok drama pun tak kalah asyik dantak kalah sibuknya. Mereka juga harus “Take Record” merekam dialog dari drama itu karena saat tampil nanti Kami lakukan dengan “Lip sing”.



Setelah semua menguasai peran masing-masing, akhirnya Kami putuskan untuk menggabungkan Tari, drama, dan musik seperti rangkaian pertunjukan yang akan Kami suguhkan nanti. Seperti biasa, tak membutuhkan waktu hanya satu hari saja, namun berhari-hari Kami berlatih memadukan satu dengan yang lainnya agar menjadi satu kesatuan yang Indah. Suka duka Kami rasakan bersama, karena cita-cita Kami yang Kami bangun tadi. Itulah yang membuat Kami terlihat solid daripada kelas yang lainnya.
Hari H pun tiba, Kami memakai pakaian sesuai dengan peran Kami masing-masing yang telah dipersiapkan. Doa Kami kala itu adalah memohon kepada-Nya agar supaya diberi kelancaran dan tidak turun hujan saat pementasan Kami berlangsung. Nomor urut 2, itulah nomor urut pementasan Kami. Grogi, keraguan yang muncul di benak Kami, Kami coba hilangkan perlahan, karena itu bisa membuat pementasan Kami kacau.
Kami pun bersiap-siap memainkan hasil Mahakarya Kami ini didepan keluarga besar SMA N 3 PEKALONGAN. Dengan mulai dimainkannya aransemen lagu Gundul-Gundul Pacul + Manuk Dadali oleh para pemain band, maka dimulailah Pementasan dari XII IPA 2. Disusul oleh para penari yang ikut mengisi iringan pertama Kami ini, mampu menarik para tamu undangan untuk melihat langsung karya-karya XII IPA 2 yang sedang Kami mainkan. Aku yang kala itu memainkan Keyboard ikut terhanyut suasana damai yang secara tidak langsung Kami buat ini. Sekmen pertama telah selesai, lalu disusul oleh pementasan Drama Kolonial yang kami buat ini. Penonton berdecak kagum melihat teman-teman XII IPA 2 pandai berakting. Sekmen kedua pun selesai, inilah yang Aku tunggu-tunggu, yaitu “Pementasan Drumband + Tari”
Aku benar-benar konsen saat memainkan Trio, alat ritmis ini. Aku berdoa kepada Allah SWT agar teman-temanku bemain dengan hati. Dan........................................................................................................................ alhamdulillah, Kami lancar, Kami sukses... setelah Kami turun dari panggung, Kami bersorak kegirangan karena Kami telah berhasil menampilkan sebuah MAHAKARYA yang Kami buat dengan susah payah ini dan memakan biaya + menyita waktu Kami. Kami bayar semua itu dengan keringat Kesuksesan Kami. Alhamdulillah.


Sekian cerita tentang Pagelaran Seni yang benar-benar Aku alami. Semua cerita diatas benar-benar dialami oleh penulis, dan mohon maaf sekali lagi, tidak ada maksud untuk menyindir / memojokkan suatu pihak.
Sekian...

DISUSUN OLEH:
FUAD  NAUFAL
XII IPA 2 --- 08

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarmu berguna bagiku......

Powered By Blogger

Ayo Gabung di Sini !!

Arsip Blog