Pagelaran seni penuh kesan dan Rintangan
by Adina Noviana XII.IPA.2
Iya itulah salah satu acara besar di sekokahku, khususnya
bagi kelas xii. Acara itu buat nilai ujian praktik. Hebat kan, ujiannya
semester dua tapi diadain di tahun semester satu. Buat acara itu gak gampang,
banyak banget suka duka yang dirasain. Karena aku bukan panitia, jadi aku
cerita dari segi pengisi acara.
Yeah pengisi acara acara ini, full dari xii, ya ada sih
dari kelas x dan xi dan ada bintang tamu juga, tapi ya mayoritaslah. Dari kelas
ipa 1 sampai ips 3 diwajibkan tampil membawakan satu buah karya seni, terserah.
Tema pagelaran tahunku adalah culture project, jadi mengakulturasikan budaya
Indonesia dengan budaya luar negeri.
Kelasku memilih Jepang dan Belanda sebagai negara
akulturasi. Sebenernya sih ada waktu empat bulan yang bisa kita pakai untuk
latihan, tapi ternyata kelasku sampai satu bulan itu berakhir, belum nemu
konsep. Terlalu banyak pendapat dan kita bingung untuk menyatukan. Nah konsep
itu pada akhirnya ketemu saat kita ulangan tengah semester, tepatnya bulan
oktober, hari jumat, tapi lupa tanggal berapa.
Setelah konsep ketemu, kita cari pelatih, hampir
rata-rata pelatih sudah dipakai kelas lain. Kita sempat pesimis, dan nyerah,
apalagi aku ditunjuk sebagai ketuanya. Bersyukur perjuangan mencari pelatih
berakhir ketika kita bertemu yang namanya mas Tamakun. Dia adalah pelatih
teater di Gor Jatayu. Setelah melakukan pembicaraan, kita sepakat untuk
menggunakan jasa mas tamakun. Namun, setelah skenario jadi, banyak dari kami
yang tidak kebagian peran, dan kita memutar otak bagaimana caranya kita bisa
show semua.
Tari itulah satu kata yang ada dipikiranku. Tari, musik,
drama, how perfect it is. Kita memadukan beberapa unsur seni pada akulturasi
kami. Pelatih tari kita itu namanya Bu Hesti, sebelum Bu Hesti ya kita juga
kebingungan mau dilatih siapa, untung si Aminah kenal.
Waktu latihan kita bagi, ada yang tari, ada yang drama,
juga musik. Sebelumnya aku mencoba untuk meremix lagu untuk tari yang nantinya
akan dimainkan secara live oleh teman-teman. Awal latihan, badan kaku semua,
maklum gak pernah yang namanya nari. Kagok, kaget, lucu, ngakak, itulah kita,
serius tapi gak bisa.
Terlalu banyak hal yang aku alami saat latihan
berlangsung. Dari 30 siswa di kelasku, ada satu yang jarang bahkan gak pernah
latian, yaitu neva. Aku Cuma berharap pada saat itu, semua berjalan lancar
dengan konsep yang kita punya. Ternyata untuk mengatur 29 orang itu susah susah
gampang. Kebanyakan air mata yang saya jatuhkan untuk membuat kelas saya apik.
Dari berdebat sama pelatih, tawar-menawar harga sewa, dan akhirnya mencari
properti.
Pengorbanan demi pengorbanan harus dilakukan. Harus
latihan ketika hujan turun, mulai hawa hawa penyakit, nabung buat biaya
pagelaran, kecapean setelah latihan, adu mulut saat latihan, bahkan sampai
kecelakaan. Hujan hujan latian itu buat males, tapi harus dilakukan demi
bagusnya penampilan kita. Saya pun sempat jatuh sakit karena kelelahan baik
secara fisik maupun batin, karena tekanan yang secara tidak langsung diberikan
akibat melihat kelas lain yang sudah hampir 50%.
Tapi aku beruntung setidaknya ada teman sekelasku yang
peduli denganku. Mereka menguatkanku untuk menghadapi anak-anak itu. Betapa
tidak kuat, mereka seperti hanya mau terima
jadinya saja. Ya sudahlah, namanya orang ya berbeda-beda. Pinginnya sih
aku kayak gitu juga, terima jadi aja. Tapi ternyata gak ada yang bergerak,
harus dioprak-oprak.
Lucu memang, kalo kayak gini kelihatan lah bagaimana
sifat asli kita. Mencoba ikhlas itulah kunci untuk kuat, menyadari bahwa gak
harus orang itu yang membalas apa yang sudah kita lakukan, bisa jadi Allah SWT
membalas melalui orang lain. Beuh bahasa saya kok seperti ini hahaha.
Karena terlalu mikirin ini, nilai-nilai sedikit turun,
males belajar, capek keles. Mau gak mau sih, latihan harus ekstra, ekstra waktu
dan tenaga, juga keseriusan. Oh iya awal latihan tu kita rebutan kelas sama ips
1, setengahnya sih agak malu, tapi mau gimana lagi. Terus juga rebutan sama ips
3 soal studio, kita ya ngalah aja memang kita yang telat.
Kurang satu bulan, gak ada waktu istirahat mungkin, kayak
kerja rodi, karena kurang siap, sampe pesimis sama hasil sendiri. Sedih deh.
Temen-temen dari musik, sebagai koordinatornya inka sama fuad, mereka
bener-bener ngatur anak cowok untuk serius, ya berhubung saya ketua, saya ikut
mereka latihan. Kapan saya libur, gak pernah.
Saking capeknya, pas latihan pulang sekolah di aula, aku
pulang. Ku akui sih, aku kurang bisa ngontrol emosi, jadi kalo sudah badmood ya
mending gak ngapa-ngapain. Pulang tidur. Tapi ya aku tetep bayar denda kok.
Santai aja. Sekali-kali gitu gak papa kali ya. Hehehe.
Orang h-berapa gitu, properti belum lengkap, bahkan belum
record buat drama. Tambah stres, padahal pas itu masih ulangan akhir semester.
Mau gak mau aku hubungi pelatih drama untuk secepatnya record. Niatnya biar
kita bisa latihan full, dari awal sampai akhir, karena kita kalo latian sering
misah, antara tari, musik, drama.
Detik-detik mau ulangan semester akhir, kita sepakat
untuk off latihan, seenggaknya ya buat fokus ke ulangan. Sebelum ulangan, yaitu
hari Minggu, anak cewek latihan di Sanggar Cempaka. Buat ngliat siapa yang
masih salah, karena disana isinya kaca. Bukannya latian malah pada mainan, sama
bola-bola buat pilates. Mungkin karena kita gak pernah mainan kayak gitu, jadi
kita kesenengen mainan. Loncat-loncat, lempar bola, dan pada akhirnya kita
berimajinasi naik banana boat. Keliatannya gak serius ya? Emang! Tapi abis itu,
aku bilang ke temen-temen buat serius latian karena udah gak ada waktu.
Latihan! Yeah..
Selingan mendekati UAS, Fokus, fokus, dan fokus tapi
tetep gak bisa, masih kepikiran. Huaaa pusing pusing ku memikirnya kayak lagu
dangdut gitu deh. Setelah ulangan berakhir, kita langsung sepakat untuk
latihan.
Nah ini nih kenangan yang sedikit trauma, why? Hari itu
hari rabu, tepatnya pukul 09.00 WIB saya berangkat ke rumah Nining, di Pasir
Sari. Berhubung yang dateng baru aku sama neva, nunggu deh. Sekitar pukul 10,
makhluk-makhluk a.k.a temen-temen. Yups, kita bukannya langsung latian malah
cangkruk (dongeng) soalnya ada dua anak yang belum datang, mereka adalah Risana
dan Aminah. Kalo Risana, kita sih kalem keles, biasa aja, ini nih si Aminah
pusing saya denger ocehannya. Risana salah arah, kalo aminah udah ditunggu puo
di depan stadion, malah nunggu adiknya jajan. Abislah dia diceramahi anak-anak.
Geger. Rame. Ribet. Mumet. Latian cuma sekali, sisanya makan. Makan mangga, hmm
segernya. Udah habis, kita pindah ke sekolah. This is the show. Aku jatuh
dengan motorku, disaat perjalanan menuju sekolah.
Pas itu, aku mau menyelip mobil, depanku Lia yang mau
belok, karena gak ngasih tanda aku kira mau nyelip juga, eh mau belok dan
akhirnya.....jatuh. sakit, perih, jadi satu. Lucunya pas itu kita beli buah
buat lotekan, eh pas jatuh, buah-buahan ikut jatuh. Ada temenku yang bukan
khawatir sama temennya malah khawatir sama buahnya, hadeh. Kita di lapangan
cuma ngepas seberapa luas space yang kita punya. Terus lotekan deh.
Sebegitu nya kita buat latian. Pulang-pulang stang motor
bengkok. Untungnya gak dimarahin cuma dibilangin aja. Motor pun dibawa ke
bengkel untuk diluruskan kembali stangnya. Penderitaan belum berakhir, aku
harus mencari kipas untuk para penari. Susah juga nyari kipas bulu. Udah
dicariin eh diprotes pelatih karena susah, sumpah agak sakit digituin. Ya tapi
sudahlah, semua hanya lewat, masuk kuping kanan, keluar kuping kiri.
Sudah h-7 latihan lebih intensif, dari pagi sampe sore
sampe pagi lagi (ya enggaklah), karena hari tak ada, waktu latihan yang kita
tambah, dari jam 9 pagi sampai jam 3 sore. Capek banget. Yang aku rasakan waktu
itu takut, takut gak maksimal waktu tampil. Soalnya orang tua waktu liat video
itu, kaget dan komentar kurang serius, bisa gagal dan lain-lain. Aku tahu niat
mereka adalah untuk membangkitkan semangatku. Nangis sih tapi aku yakinkan
diri, bahwa aku bisa dan kelasku mampu.
Rekaman sudah, latihan penggabungan sudah (kurang mateng
aja), yang belum properti dan kostum. Allahu Akbar deh pusingnya. H-4 kita baru
dapet kostum, itupun sedikit was-was karena ada satu temenku yang gak cukup
kostumnya. Pelatih pun mengusahakan dengan menjahit lagi baju khusus buat dia.
Properti Cuma kipas, dan beberapa kain, belum lainnya, gimana gak stres.
Dengan kalimat All Is Well, aku percaya everything’s
gonna be alright. Temenku ya ada yang menguatkanku, menyemangatiku untuk kuat.
Meyakinkan bahwa kita bisa, penampilan kita bagus. Kita latihan terus-terus dan
terus. H-2 kita sepakat untuk istirahat, dan latihan pas gladi bersih. Wow
sebelum gladi bersih, kita dikasih tau space untuk tampil yang lebih sempit
dari bayangan. Gak terima dong, karena hampir semua kelas menggunakan lapangan,
bukan panggung. Sepakat panggung disempitkan dan lapangan diperluas. Durasi
gladi bersih per kelasnya 20 menit, kurang sih tapi ya sudah kita Cuma ngepas
lapangan aja.
Setelah gladi bersih, kita latihan full dari awal sampai
akhir, dari tari pembuka-drama-tari penutup. Baru ini rasa grogi keluar, karena
banyak yang liat, jadi pusat perhatian gitu deh. Because kelas XII IPA 2 beda
dari kelas Ipa yang lain. Sempet sih ada adu mulut karena kita terlalu keras
musiknya, mengganggu kelas lain yang gladi bersih. Dengan latihan tiga kali,
kita mantap dan yakin kita bisa.
Esoknya, pas hari-h nih, berangkat jam setengah 6, buat
siap-siap, dandan dan lain-lain. Sayangnya properti belum siap, akhirnya turun
lagi untuk ngurus properti, aku nih satu-satunya cewek yang belum dandan, mau
tampil sempet nangis, karena ya begitulah. Mau giliran kelas, belum semua rapi,
masih umbrus sama kostum dan lain-lain. Aaaa rasanya lemes, grogi, gemeter
takut gagal. Bismillahirrohmanirrohim, it’s show time.
Kelasku tampil dengan persiapan yang cukup lama, terlalu
banyak properti yang harus ditempatkan. Sudah selesai persiapannya, kita tampil
lancar tanpa hambatan. Tari opening kita sudah lakukan maksimal, drama lebih
memuaskan. Kurangnya nih tari penutup, penari sudah siap, eh musiknya belum.
Dagdigdugserrr, mungkin nunggu lima sampai sepuluh menit ada. Kita pun menari,
dan....... tepuk tangan riuh penonton membuatku terharu. Yang lebih senangnya,
ibuku yang selama ini memberi banyak masukan, yang menguatkankan dan
mendukungku, melakukan standing applouse terhadap penampilan kelasku. Ibuku
puas. Ketua DPR, kepsek, dan Pak Saiful sendiri puas melihatnya.
Akhirnya selesai juga Pagelaran ini. Pagelaran yang penuh
kesan dan rintangan. Walaupun dibuat menangis, tapi aku memiliki kenangan
terindah tidak hanya sekelasku tapi seangkatan. Terima kasih Culture Project. Kenanganmu
tak akan pernah bisa dilupakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu berguna bagiku......