"Pengambilan nilai memang harus berkualitas sehingga siswa mampu mengoptimalkan potensi yang ada pada diri mereka."
Nama : Sandra Dheviani
No : 27
Kelas : XII IPA 1
Di setiap sekolah,
pengambilan nilai praktek untuk mata pelajaran tertentu pasti berbeda-beda.
Pengambilan nilai memang harus berkualitas sehingga siswa mampu mengoptimalkan
potensi yang ada pada diri mereka.
Saya, sebagai siswa SMA
N 3 Pekalongan ingin menceritakan salah satu pengambilan nilai praktek mata
pelajaran yaitu seni musik. Sejak tahun 2006,
pengambilan nilai nilai mata pelajaran seni musik dilakukan dengan
menyelenggarakan acara Pagelaran Seni. Setiap tahun ajaran, memiliki tema yang
berbeda. Dari tema tersebut, satu kelas sebagai satu kelompok diberi kebebasan
untuk mengambil subtema untuk karya seni yang akan ditampilkan.
Tahun ajaran 2013-2014
ini, angkatan saya mengambil tema Culture Project. Tema tersebut dipilih karena
angkatan kami ingin menampilkan sebuah karya yang menggambarkan tentang budaya.
Budaya yang dimaksud adalah budaya secara luas, sehingga setiap kelas dapat
menentukan budaya dalam negeri atau budaya dari negara lain yang akan ditampilkan.
Namun, kami juga bersepakat untuk mengutamakan pengakulturasian dua budaya,
budaya dalam negeri dan budaya dari negara lain dalam karya kami.
Setelah tema Culture
Project tersebut disepakati bersama, saya dan teman-teman kelas dua belas IPA
satu mulai berdiskusi tentang subtema yang akan kita ambil dan apa yang ingin
kita tampilkan. Mula-mula, kami mengadakan pengambilan suara perihal budaya
dari negara mana yang akan kita tampilkan. Setelah melalui proses yang cukup
panjang, kami mengambil keputusan untuk menampilkan budaya dari benua Amerika
dan mengakulturasikannya dengan budaya Indonesia.
Jadi, alur cerita yang
akan kita tampilkan yaitu awal cerita kami ingin menggambarkan suatu desa yang
amat kental dengan budaya jawa dengan keramah-tamahan dan ketradisionalannya.
Kemudian konflik akan muncul pada saat penari hip-hop datang dan mamerkan
tarian mereka. Karena orang-orang desa merasa bahwa budaya itu bukan hanya
tarian yang mereka bawakan, akhirnya gadis-gadis desa pun menunjukan tarian
mereka. Karena penari hip-hop tertarik, dan karena orang-orang desa juga ingin
menambah pengetahuan mereka tentang tari, maka timbullah akulturasi.
Kami mulai mencari
pelatih yang mampu membimbing kami. Satu persatu orang yang kami pandang mampu
untuk mendukung kami, kami temui. Bu Ismi beliau adalah orang pertama yang kami
temui. Beliau dan anaknya menyanggupi untuk menganjar kami. Kami menjelaskan
hal-hal yang kami inginkan serta kami meminta saran agar peforma kami maksimal.
Kami sudah sepakat
untuk dibimbing bu Ismi dan anaknya setiap hari Minggu. Namun karena suatu hal,
tiba-tiba bu Ismi membatalkan hasil kesepakatan. Mau tidak mau kami harus
mencari pelatih lagi. Sebenarnya kami kecewa dengan beliau karena beliau
membatalkan perjanjian begitu saja sehingga hari Minggu kami terbuang sia-sia.
Kami terus mencari pelatih dan
akhirnya kami mendapatkannya. Untuk tarian-tarian Jawa, akan dibimbing oleh Bu
Nani, untuk tarian hip-hop dibimbing oleh Mas Tiok, untuk gamelan dibimbing
oleh Pak Darsono, dan untuk tata panggung dan peran kami dibimbing oleh Pak
Trinil.
Tiap bagian memiliki
jadwal latihan sendiri. Dan setiap hari Minggu, kami berkumpul bersama untuk mengevaluasi
latihan tiap bagian. Selain itu, kami juga membuat kesepakatan lain. Untuk
anggota yang datang terlamat akan didenda sebesar Rp 500,00 per lima menit,
untuk yang tidak hadir tanpa alasan akan didenda sebesar Rp 20.000,00. Tiap
harinya, kami juga menabung sebesar Rp 2.000,00 untuk persiapan dalam menyewa
kostum, membuat properti dan sebagainya.
Hari demi hari kita
lalui dengan bekerja keras demi penampilan yang maksimal. Saya akan
menceritakan tiap-tiap tersebut. Yang pertama tarian jawa. Tarian jawa yang
akan ditampilkan yaitu tarian yang menceritakan tentang kehidupan masyarakat
desa. Tarian tersebut adalah “Tari Ngangsu”. Tarian ini menceritakan tentang
para gadis yang sedang melakukan kegiatan ngangsu atau mengambil air dengan
kendi.
Kemudian tari hip-hop.
Tarian ini menekankan pada gerak yang bersemangat dan menunjukkan gerak-gerak
modern. Tarian hip-hop ini ssangat berbeda dengan tarian jawa, selain dari
gerakkannya, musik yang digunakan juga bebas.
Musik gamelan disini
untuk menambah suasana tradisional yang ingin kita tunjukkan. Ada beberappa
lagu yang dimainkan antara lain Gambang Suling, Ojo Dipleroki, dan Prau Layar.
Tidak hanya musik gamelan, namun sinden pun akan ikut bernyanyi. Kemudian untuk
drama di dalam cerita ini, disiapkan pula dalang yang akan menuntun jalan
cerita sehingga akan ada kesinambungan dari tiap-tiap cerita.
Mendekati hari-H, kami
mulai membuat properti dan mencari kostum. Properti yang akan kami buat adalah
gubuk, lesung dan penumbuk lesung. Setiap sebelum latihan kami membuat properti
tersebut dibantu oleh Pak Trinil. Kami tidak hanya saling membantu satu sama
lain dalam menyelesaikan pembuatan properti namun dalam membeli beberapa
perlengkapan yang kami perlukandan mencari kostum yang sesuai dengan apa yang
kami perankan juga kami lakukan secara bergotong royong.
Kami berusaha
semaksimal mungkin, bahkan pada suatu hari, walaupun hujan deras kami tetap
berlatih. Kami menari dan berdialog diiringi alunan musik-musik di bawah rinai
hujan yang turun. Ada kalanya kami merasa letih, namun jika membayangkan
tanggung jawab kami, kami menjadi terus semangat.
Pada saat H-1, kami
melakukan geladi bersih dan memindahkan properti dari GOR Jatayu ke Sekolah.
Setelah melakukan gladi bersih kami diberi nasihat-nasihat dari pelatih kami.
Nasihat mereka benar-benar kami cermati agar besok pernampilan kami benar-benar
maksimal.
Hari yang
ditunggu-tunggu pun tiba. Saya dan beberapa teman yang berperan sabagai
orang-orang desa dan pemain gamelan datang pukul 05.00 untuk dirias. Memang
membutuhkan waktu yang lama, karena itulah kami datang cukup pagi. Pukul 08.00
kami telah selesai dirias. Dan kami pun menunggu giliran kami uuntuk tampil.
Kami merasa gugup saat melihat penampilan dari kelas lain yang begitu apik. Namun
kami tetap peercaya diri.
Pukul 11.00 kami mulai
memasuki panggung untuk menampilkan karya kami. Alunan gamelan membuka
penampilan kami dengan elok. Tanpa terasa, kami menari, memainkan musik, dan
berperan begitu saja. Penampilan kami ditutup dengan parade bendera merah putih
dan lagu yang kami nyanyikan bersama.
Kami lega telah
berhasil menapilkan karya kami dengan lancar. Pengalaman ini merupakan
pengalaman yang berharga bagi kami siswa-siswi SMA N 3 Pekalongan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu berguna bagiku......