Nama :
Uly Zakiyah K
Kelas :
XII IPA 1
No :
29
Sebuah Proyek Seni
Proses
penggarapan proyek seni ini benar-benar menguras tenaga, emosi, dan yang
pastinya uang. Pertengkaran dan beda pendapat antara kami tidak dapat
dihindari. Namun, apabila tak ada itu
semua, tak ada pula kesan selama kelas 12.
Penggarapan
pagelaran ini dimulai dengan membahas konsep dari pagelaran ini dan menentukan aturan-aturan
dalam latihan. Yang pertama aturan-aturan selama latihan,aturan-aturan kelas
kami selalu berubah-ubah. Awalnya hukuman bagi yang telat hanya lari keliling
lapangan aja, tapi aturan itu dirasa kurang tegas . Kemudian aturan berubah
dengan sistem denda. Jumlah dendanya pun berubah-ubah, awalnya denda hanya
dikenakan bagi yang telat aja, yaitu Rp.500/ menit. Tapi itu dirasa kurang adil
karena yang tidak berangkat tidak dikenai denda . Aturan pun diperketat lagi,
pokoknya yang tidak berangkat terkecuali
yang sakit akan dikenai denda, tapi aku ndak tau dendanya berapa kalo yang ndak
berangkat soalnya aku berangkat terus.Yang kedua menentukan konsep, kelas kami juga
sering megalami perubahan dalam penentuan konsep, bahkan kelas lain sudah
memuai latihan kelas kami sama sekali belum pernah latihan karena terus saja
membahas konsep. Sering terjadinya pererubahan konsep itu karena pada saat
membahas masalah negara mana yang akan kita pilih. Pada saat itu masing masing
anak memilih negara kesukaannya, dan yang terjadi ada banyak kandidat negara
yang akan kita angkat dalam pagelaran, dan ini terjadi berkali-kali. Lagi-lagi
pada saat kita berembug yang kita bahas negara, memang sulit menyatukan ego
banyak orang. Seharusnya kita menentukan kandidat negara negaranya dulu, baru
kita melakukan votting sehingga pilihannya tidak terlalu luas. Dan akhirnya
kita memilih negara Amerika dengan mengangkat budaya Amerika hip hop. Amerika
hip hop ini akan kita kolaborasikan dengan budaya jawa. Langkah selanjutnya,
kita membagi peran-peran yang akan dimainkan.
Sebenernya
aku ingin jadi pemain gamelan saja, tapi
kuota pemain gamelan sudah full, jadi aku terpilih jadi crew. Dalam pagelaran
ini aku berperan sebagai anak-anak. Tugasku adalah menggambarkan kehidupan
masyarakat jawa, tepatnya menggambarkan permainan tradisional yang sekarang ini
sudah mulai dilupakan. Setelah semua kebagian peran, kita mencari pelatih tari,
hari minggunya kami mulai pertemuan dengan orang yang akan melatih kami. Waktu
itu tempat pertemuan kami di SD Panjang Wetan 1. Pelatihnya ada 2 orang, yang
satu untuk tari tradisionalnya dan yang satunya untuk tari modern/hip hop. Disana
kita diperlihatkan video-video tari tradisional dan disetelkan musik-musik luar
negeri. Untuk tari jawanya kita cocok aja, namun untuk musik luarnya kurang pas
dengan apa yang kita inginkan. Musik luar yang disetelkan merupakan musik
remix, sebenarnya sih masalah musik bisa kita sesuaikan sesuai keiginan kita,
tapi ternyata kemampuan pelatihnya sendiri tidak bisa tari hip hop. Pelatihnya
bisa tari modern, tapi gerakannya itu tidak mencerminkan tarian hip hop.
Awalnya kita hanya membatalkan dilatih oleh pelatih yang tari modern, namun
ternyata pelatih yang tari jawa malah mengundurkan diri entah kenapa. Karena
pelatih yang modern kita batalin dan pelatih yang satunya membatalkan diri,
kita pun mencari pelatih baru lagi. Sebelum lanjut kecerita baru dengan pelatih
yang baru, sebenernya setelah selesai pertemuan itu, ada tragedi pencurian
helm. Helm yang dicuri itu helmnya Umi, sebenernya helm punya Umi itu bukan
helm yang mahal, helm nya pun tidak baru pokoknya ndak bakal menarik perhatian
orang. Terus anehnya di depan itu ada 2 helm, helm-nya Umi sama ndak tau aku
lupa punya siapa. Yang jelas, helm yang ndak tau punya siapa itu keadaannya
lebih baik daripada helm-nya Umi, mereknya pun sama. Tapi emang lagi mau apes,
yang dicuri malah helmnya Umi.
Setelah
kita mendapat pelatih baru, kita mulai latihan-latihan. Latihannya kita
terpisah-pisah. Yang bagian gamelan pelatihnya namanya Pak Darsono, yang
gamelan biasa latihan di SMP/SMA Masehi. Yang hip hop pelatihnya namanya Mas
Tyo. Terus yang tari jawa pelatihnya namanya Bu Nani. Tari hip hop sama tari
jawa latihannya di sekolah. Setiap hari minggu kita selalu adain pertemuan buat
ngabarin perkembangan masing-masing bagian. Waktu yang lainnya sibuk latihan,
yang kebagian peran sebagai crew belum latihan apa-apa. Karena crew bisanya
latihan kalau sudah ada naskah dramanya sedangkan naskah drama belum jadi-jadi.
Setelah beberapa minggu akhirnya kita mulai latihan bersama. Kita latihan
secara urut-urutan, dimulai dari pembukaan oleh gamelan, kemudian tari petani
dst.Tapi masalah besanya adalah kelas kami belum memikirkan bentuk
akulturasinya antara Amerika hip hop dan tari jawa. Padahal waktu kurang
sebentar lagi, kalo ndak salah kurang satu bulan. Akhirnya diputuskan kita
semua bakalan nari bareng-bareng, termasuk para crew. Dalam crew ini, masih
dibagi jadi 2 kelompok yaitu yang nari bagian jawa dan modern. Aku kebagian
yang nari jawa. Awal latihan nari jawa aku bener-bener frustasi. Tanganku kaku
,pokoknya ndak pantes nari. Aku sempet punya pikiran mau ganti posisi sama Umi,
jadi aku yang nari bagian hip hop nya terus Umi yang bagian jawanya, tapi ndak
jadi, aku takut malah nanti pada marah kalo aku ganti posisi sesukaku.
Yaudah, aku jalanin aja sebisaku,
pokoknya kalo ada waktu aku usahain latihan gerakannya. Akhirnya setelah
latihan beberapa kali aku mulai bisa mengikuti, tinggal ngapalin urut-urutan
gerakannya. Tapi masih ada masalah lagi, masalahnya adalah pada bagian
dramanya. Entah kenapa ceritanya itu kurang greget. Akhirnya kita mencari
pelatih lagi untuk melatih dramanya, namanya Pak Trinil. Selain mengarahkan
pada bagian dramanya Pak Trinil ini juga membantu dalam pembuatan properti. Setelah
dramanya fix, kita mulai bikin properti dan nyiapin kostum. Properti yang kita
butuhin antara lain, gubuk kecil dan lesung. Untuk properti kita ndak ada
masalah. Sedang untuk kostumnya yang sulit itu cari kostum buat anak-anak nya.
Kalo pas ada, jumlahnya yang tidak mencukupi atau kalo ndak modelnya cocok tapi
menurutku itu terlalu fulgar. Dan kami pun mencari lagi, dan akhirnya ketemu,
walaupun sebenernya itu bukan model anak-anak tapi daripada tidak ada. Kitapun
mengandalkan mimik wajah dan perilaku kita dalam dramanya biar kelihatan
anak-anak.
Setelah
properti dan kostum beres, kami tinggal latihan-latihan aja. Tapi dari latihan pertama
sampai empat hari sebelum pagelaran, latihan kita belum sungguh-sungguh.
Masing-masing anak masih pada ngobrol satu sama lain, bercanda, dan ndak
serius. Rasanya yang kita tampilin ini “nggak ngena”. Di hari ketiga sebelum
pagelaran, kami semua udah bilang dari sebelum latihan bahwa apapun yang
terjadi pokoknya kita harus tetep latihan dan harus serius. Pada saat itu
suasana lagi mendung. Dan ternyata di tengah-tengah latihan hujan turun deras,
tapi sesuai janji kita, kita tetep latihan walau hujan deras saat itu. Tapi
gara-gara hujan, ceritanya malah “lebih ngena” mungkin karena pada serius. Bisa
dibilang ini latihan yang paling serius. Pulang dari latihan ini aku mesti
jalan kaki padahal keadaan masih hujan, tapi yaudahlah aku juga udah basah.
Padahal aku udah minta jemput, tapi ndak sampai-sampai, biasanya cepet kalo
jemput tapi ini lama. Ternyata sms aku salah aku minta jemput di smaga padahal
aku latihan di masehi. Pantesan ditunggu ndak dateng-dateng. Untungnya ditengah
jalan aku ketemu bapak aku. Besoknya, hari kedua sebelum pagelaran, niatnya
kita mau latihan serius lagi tapi hujannya deres banget dan lama sampai
lapangan buat latihannya banjir dan akhirnya latihan kita gagal total. Sehari
sebelum pagelaran kita tidak latihan tariannya karena untuk menyiapkan tenaga
buat besok, kita cuma berangkat buat ngangkut-ngangkut properti dan gladi
bersih. Habis gladi bersih kita pulang dan istirahat.
Waktu hari
H-nya aku berangkat dari rumah jam setengah 6 padahal janjinya sekitar jam5,
karna katanya buat dandani yang cewek butuh waktu yang lama. Tapi sampai disana
ternyata baru 3 orang yang udah sampai disana. Sampai di sekolahan pun ndak
langsung dandan soalnya ruangannya masih dikunci. Setelah kuncinya ketemu dan
ruangan dibuka, baru anak-anak mulai didandani. Aku kira buat dandan itu butuh
waktu yang lama, ternyata sekitar jam 8 udah selesai sedangkan kelas kami
tampil sekitar jam 11.
Walaupun
sisa waktu lumayan lama tapi tidak sempet buat liat penampilan dari kelas lain
soalnya aku bener-bener gugup. Aku cuma liat penampilan dari kelas lain
dikit-dikit doang, sisa waktu aku gunain buat ngapalin gerakan sama formasi.
Waktu tampilnya aku makin deg-degan, apalagi pas tau CD buat musiknya ndak bisa
kebaca. Untungnya musiknya masih bisa diputer lewat hp. Pas dramanya masih
oke-oke aja, tapi pas bagian tari akulturasinya ada gerakan yang salah. Tapi
aku mencoba untuk menutupi dan biasa aja. Selanjutnya bagian ngibarin bendera,
sebenenya kelas kami mutusin dan latihan bawa bendera buat closingnya itu baru
hari ke-3 sebelum pagelaran. Untungnya, walaupun latihannya dadakan bisa
sukses. Habis bawa bendera kita satu kelas nyayiin lagu gebyar-gebyar terus
selesai. Penampilan kelas kami ini bisa dibilang sukses walaupun ada beberapa
bagian yang disiapkan secara dadakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu berguna bagiku......