Kamis, 13 Desember 2018

Melalui pagelaran seni ini aku mengerti tentang arti kerja sama, gotong royong, saling membantu satu sama lain


Nama: Media Hanani
Kelas: XII MIPA 4
Absen: 17

Kesan di Dalam Cerita Panglima Lidah Hitam

Pagelaran seni merupakan sebuah wadah bagi siswa dalam mengembangkanbakat dan sebagai ekspresi diri siswa. Pagelaran seni di SMA Negeri 3 Pekalongan ini memang menjadi acara tahunan khususnya bagi siswa kelas dua belas. Acara yang tidak hanya diadakan untuk memenuhi nilai ujian praktik seni budaya, melainkan juga sebagaipenyalurbakat dan potensi diri siswa. Melalui pagelaran seni ini pula guru pembina mampu menjadikan praktek seni budaya menjadi acara yang istimewa,yang tidak hanya dinikmati sendiri melainkan juga menjadi ajang hiburan bagi penikmat pagelaran seni ini.
Dalam mewujudkan sebuah pagelaran seni tentu membutuhkan persiapan yang matang, yang pastinya akan menguras banyak tenaga pikiran dan pastinya juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Seperti aturan sistem denda yang diberlakukan di kelas kami. Aturan bagi anak yang telat berangkat latihan dikenai denda Rp.10000 dan anak yang tidak berangkat latihan dikenai denda Rp.15000. Tetapi kemudian aturan sistem denda ini berubah karena dirasa terlalu memberatkan anak-anak kelas, berubah menjadi Rp.5000 utuk anak yang telat dan Rp.10000 untuk anak yang tidak hadir latihan.
Cerita pagelaran seni ini dimulai dari pertengahan kelas sebelas. Pagelaran seni yang mengusung tema fiksi tradisional ini di beri nama “Progo In CultureAction”. Diawali dengan mencari pelatih untuk membantu mempersiapkan pagelaran seni. Mencari pelatih yang bahkan harus berebut dengan kelas lain untuk mendapat pelatih terbaik agar nantinya pagelaran yang kami bawakan juga baik.Walau mematok harga yang tidak murah, tetapibercermin dari pagelaran tahun lalu. Dimana pagelaran itu dijuarai oleh kelas dengan Mas Sidiq sebagai pelatihnya. Serta iming-iming properti dan segala macamnya yang bisa mereka sediakan. Akhirnya kami pun sepakat untuk menjadikan Mas Sidiq sebagai pelatih pagelaran kami.
Pertemuan pertama mendiskusikan cerita dengan tema yang akan kami bawakan, yaitu cerita fiksi dari Sulawesi.Pertemuan-pertemuan yang hanya diisi diskusi ringan sampai dimana kita diberi arahan dari pelatih untuk membawakan cerita dengan judul “Panglima lidah hitam”. Cerita fiksi dari Sulawesi yang mengisahkan tentang seorang pemuda yang lahir dengan lidah berwarna hitam dan memiliki kekuatan yang tidak ada tandingannya. Setelah itu kami berdiskusi mengenai penentuan tokoh-tokoh yang akan berperan dalam cerita. Dalam latihan pun kami diajari banyak hal, mulai dari teknik-teknik dasar dalam membawakan cerita atau berdrama, ekspresi wajah, sampai sikap kita setelah berada di atas pentas.Sampai ketika mulai diberi materi tarian, aku yang memang dasarnya tidak pandai menari dituntut untuk bisa menari. Cukup sulit memang, tetapi aku harus berusaha agar hasil pagelaran ini menjadi maksimal.
Satu materi tari penutup yang paling awal diberikan kepada kami,membuat setiap pertemuan latihan kami selalu menyempatkan berlatih tari penutup yang kami sebut tari “Ya Qasim”. Sampai kami merasa kekuatan pagelaran seni yang akan kami bawakan terletak di tari penutup ini.
Awal pertemuan yang kami sikapi dengan santai waktu itu, karena mengingat waktu yang diberikan untuk persiapan pagelaran seni ini cukup panjang. Ternyata malah menjadikan kelas kami tertinggal, kelas lain yang bahkan sudah sampai pengadeganan, kelas kami justru baru sampai rekaman.Pertemuanyang seharusnya diisi untuk latihan malah tidak bisa efektif dan berjalan semestinya.Pelatih yang mungkin karena tidak hanya memegang satu kelas, tapi juga beberapa kelas menjadikannya tidak bisa hanya fokus kepada kelas kami, alhasil dalam melatih pun menjadi kurang maksimal. Kurang dari seminggu sebelum pelaksanaan pagelaran seni, kelas kami baru selesai pengadeganan, yang artinya hanya tinggal beberapa hari saja waktu untuk pematangan pagelaran seni ini.
Dua hari sebelum hari H itu gladi kotor, dan ternyata kelas kami mendapat giliran terakhir.Jam setengah sepuluh malam kami baru mulai gladi kotor dan setelah selesai dilanjutkan diskusi singkat dengan pelatih. Sampai jam sebelas aku baru sampai di rumah, ini merupakan pengalaman pertama ku karena sebelumnya tidak pernah pergi sampai selarut itu.
Sampai tiba waktu pertunjukan pagelaran seni, kelas kami mendapat giliran ke 2. Khawatir rasanya karena bahkan kelas kami pun tidak melakukan gladi bersih, sehingga membuatku tidak benar-benar siap untuk acara pagelaran ini. Datang ke sekolah untuk persiapan kostum dan make up dari jam 3 pagi. Saling meyakinkan kalau acara ini harus lancar dan sukses. Sampai tiba waktunya kelas ku tampil. Aku berdiri dibelakang panggung untuk bersiap menampilkan tari pembuka pertunjukan kelas kami. Hingga yang seharusnya semua berjalan semestinya tiba-tiba terjadi kendala. Salah satu properti jatuh tepat disampingku, properti berupa pohon kelapa yang cukup besaryang jatuh sedikit mengenai kepala ku. Membuatkunsempat gak fokus dan malu sebenarnya, tapitetap berusaha profesional. Dan setelahnya banyak properti yang berjatuhan karena angin pagi itu cukup kencang. Membuat penampilan kami menjadi tidak bersih, tetapi kami berusaha profesional untuk itu.
Pagelaran seni ini memberiku banyak kesan dan pengalaman. Melalui pagelaran seni ini aku mengerti tentang arti kerja sama, gotong royong, saling membantu satu sama lain. Mengerti bagaimana cara bekerja di sebuah tim dengan tiga puluhenam kepala didalamnya, dengan maksud dan pemikiran setiap kepala yang pastinya berbeda-beda. Mengerti bagaimana tidak akan tercapaisuatu tujuan dalam sebuah kelompok tanpa keandilansemua anggotanya. Melalui pagelaran ini pula aku menjadi tahu akan cerita-cerita fiksi dibalik daerah-daerah yang ada di nusantara ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarmu berguna bagiku......

Powered By Blogger

Ayo Gabung di Sini !!

Arsip Blog