Kamis, 09 Oktober 2014

Pagelaran Seni SURE, WE WILL MISS IT !!!


by Arinil khaq XII.IPA.2



 Pagelaran Seni  mengganggu konsentrasi siswa dalam mempersiapkan Ujian Nasional

‘Culture Project’ tema untuk pagelaran tahun ini. Pagelaran seni merupakan salah satu penilaian untuk mata pelajaran seni musik. Bisa dikatakan pagelaran seni adalah ujian praktik seni musik untuk kelas XII. Dulu pagelaran ini diadakan di semester 2, tapi untuk tahun lalu dan sekarang ini pagelaran seni diadakan di semester 1, sebab banyak yang mengatakan kalau pagelaran ini akan mengganggu konsentrasi siswa dalam mempersiapkan Ujian Nasional. Pagelaran ini bisa dikatakan wajib diikuti oleh seluruh siswa – siswi kelas XII baik IPA maupun IPS. Dalam pagelaran tahun ini terdapat total 7 kelas, 4 kelas untuk IPA dan 3 kelas untuk IPS. Masing – masing kelas tersebut menampilkan sesuatu yang spektakuler.
‘Budaya Selamatkan Bangsa’ adalah cerita yang disajikan oleh kelas kami, XII IPA 2. Di sini kami menampilkan drama, tari dan juga musik. Cerita yang kami tampilkan merupakan akulturasi dari 3 budaya, yaitu budaya dari Belanda, Jepang dan tentunya Indonesia. Kami menghabiskan waktu kurang lebih 2,5 bulan untuk berlatih. Ada banyak cerita, kenangan, pengalaman di sana.
Di bulan September, kami masih terus saja memikirkan konsep tentang apa yang akan kami tampilkan saat pagelaran nanti. Di saat kelas lain sudah ada yang memulai latihan, kami masih saja berkutat dengan konsep. Banyak sekali pemikiran – pemikiran yang muncul di sini. Terlalu banyak pemikiran tapi tanpa tindakan. Jadilah seperti ini, hanya berkutat saja dengan konsep. Setelah berhari – hari memikirkan konsep, pada akhirnya kami memutuskan untuk mengambil cerita tentang akulturasi budaya. Tidak tanggung – tanggung, budaya 3 negara kami satukan di sini. Belanda, Jepang, dan Indonesia. Drama, tari, dan musik akan kami tampilkan.  
Kami mulai membagi – bagi tugas. Para pemeran drama yang pertama kali kami musyawarahkan. Untuk pemeran orang – orang Indonesia dipilihlah Anis Ariana yang akrab dipanggil Anis, Sri Guphita R atau Phita, Uswatun Hasanah alias Uus, M. Khoirul Anam dengan panggilan akrabnya Bojer, Yuhanidz biasa dipanggil Ninit, Nurul Aini atau Aini, dan Siti Nur Faizah alias Aiz.
Selanjutnya pemeran orang Belanda. Di kelas kami ada salah satu teman yang kebetulan dari wajahnya terlihat seperti keturunan orang Belanda. Menurut kabar, kalau tidak salah memang ayahnya ada keturunan Belanda. Jadi, tak usah pusing – pusing dipilihlah Rifqi Mahendra yang akrab sekali dengan panggilan Londo. Selain Londo,ada M. Husni Ridho alias Ridho sebgai pemeran orang Belanda. Memang yang kami cari adalah orang – orang yang bertubuh tinggi besar seperti mereka.
Setelah menemukan para pemeran orang Indonesia dan Belanda, para pemeran orang Jepang yang selanjutnya kami pilih. Ada M.Donny Prasetyo alias Doni, Antoni Agus Wijaya atau Antoni dan pak Ketua kelas kami yaitu Lazuardi Majid atau Lazu. Akhirnya para pemeran drama telah selesai kami pilih.
Karena pagelaran adalah ujian praktik seni musik, jadi wajib ada musik di dalamnya. Kami mulai membagi – bagi teman- teman yang akan tampil memainkan musik. Kebetulan ada beberapa anak yang bisa memainkan alat musik. Seperti Inka Sukma F atau Inka. Teman kami yang satu ini sepertinya memang ada darah seni di dirinya. Dia pandai menyanyi, bermain biola, gitar, dan sebagainya. Salut deh sama si Inka. Alhasil dipilihlah Inka. Selain Inka, ada juga si Fuad Naufal alias Fuad, Pradianto Adi S atau Adi, Dimas Pradana P yang akrab dipanggil Dimas. Beberapa anak yang sudah bermain di drama juga bermain di musik, yaitu Uus, Londo, Doni, Bojer, Ridho, Antoni, dan Lazu.
Drama dan musik sudah kami pilih. Untuk tari tentu saja para perempuan yang kami pilih. Ada si Ketua kami Addina Noviana akrab dipanggil Ana, Aminah Muslamet alias Aminah si Miss Rempong, Aniisa Rizqi atau Aniisa,Arinil Khaq atau Rini, Imma Mauliassofa alias Imma, Madi Indah M atau Mady, Meilia Intan yang akrab dipanggil Lia, Nining Noviyati atau Nining, Nufsi Egi Pratama atau Egi, si kecil Nurmala alias Mala, Prameswari Arum atau Arum, si master Risana Sawa Kurnia atau Risana, Salwa, dan Syarifah Neva Astrella Zulkifli alias Neva. Selain mereka, beberapa pemeran drama juga ikut menari. Yaitu Anis, Phita, Ninit, Aini, dan Aiz.
Semua tugas telah kami bagi. Selanjutnya kami mulai memikirkan tentang pelatih. Ada 2 pelatih yang kami pilih. Pelatih untuk drama dan tari. Ada Mas Tamakun sebagai pelatih drama dan Bu Hesty sebagai pelatih tari. Kami mulai berembug tentang kapan kami akan mulai latihan. Cukup sulit untuk menentukan hari yang tepat dan berapa kali kami akan latihan dalam seminggu, mengingat saat ini kami duduk di kelas XII. Banyak dari kami yang sudah ada kegiatan di hari – hari tertentu, seperti les yang umumnya 3 kali dalam seminggu. Apalagi jadwal les kami berbeda – beda. Saat diajukan hari Selasa, Kamis misalnya, ada beberapa teman yang keberatan karena itu sesuai dengan jadwal les. Ketika diganti hari lain, beberapa teman pun kembali keberatan. Saya dan juga Aini termasuk yang keberatan saat hari Jum’at dan Sabtu akan dijadikan sebagai hari latihan. Bagaimana kami tak keberatan, dalam seminggu 3 kali kami les, di hari Senin, Jum’at dan Sabtu. Kalau hari Jum’at dan Sabtu akan dijadikan hari latihan, hanya sekali kami les dalam seminggu. Dan itu akan berlangsung kurang lebih 3 bulan. Bukan apa – apa, kami hanya memikirkan betapa kasihannya orang tua kami yang sudah menghabiskan uang jutaan untuk membiayai kami les. Rasa – rasanya hati kami tak tega. Saya dan Aini mengusulkan untuk hari Minggu saja latihannya. Bolehlah sampai 5-6 jam dalam sehari. Bahkan dari pagi sampai sorepun tak apa. Tapi ternyata ada salah satu teman laki – laki kami yang dengan muka ‘nyolot’ bilang “Hari Minggu itu buat istirahat!”. Kalau boleh milih juga kami tak mau hari Minggu kami habiskan buat latihan, sementara hari – hari sebelumnya kami lelah dengan rutinitas. Pada akhirnya kami semua tidak menentukan hari apa kami harus latihan. Semuanya mengikuti kapan si pelatih ada waktu luang. Jadi, saat pelatih ada waktu luang, mau nggak mau kami harus datang untuk latihan.
Setelah beberapa teman perwakilan dari kami bertemu dengan sang pelatih untuk membicarakan beberapa hal dan tentunya biaya, akhirnya kami memulai latihan kira – kira di bulan Oktober. Kami berlatih terpisah, kami yang menari berlatih di rumah Bu Hesty. Untuk yang musik dan drama, aku tak begitu paham kapan dan di mana mereka latihan. Aturan tata tertib pun mulai diberlakukan, karena banyak dari kami yang terlambat datang sehingga mengulur- ulur waktu. Apalagi hukumannya kalau tidak denda (uang), karena selain agar kami on-time, alasan utamanya adalah kami butuh banyak uang. Hukuman ini diterapkan untuk yang terlambat datang, nggak ikut latihan dan bahkan saat sudah mendekati hari H yang nggak berangkat dengan keterangan sakit pun didenda. Ya! Money money money. Selain denda, sebetulnya kami juga sudah ada kewajiban untuk membayar 15 ribu setiap minggu demi pagelaran ini. Tidak hanya itu, karena kami juga harus membayar biaya yearbook. Merasa benar – benar merasa bersalah kepada orang tua. Orang tua sebenarnya tak masalah, bahkan mereka tidak bertanya dengan detail buat apa uang – uang tersebut. Artinya posisiku masih sangat Alhamdulillah. Tapi bagaimana dengan beberapa teman – teman kami yang memang kurang beruntung dalam hal keuangan. Denda yang diterapkan tidak tanggung – tanggung mulai dari Rp 1000 sampai Rp 20.000. tentu saja denda itu naik saat sudah mendekati hari H. Saat di mana kami benar – benar butuh uang banyak, karena yang kewajiban pun masih banyak yang masih hutang belum dibayar. Dan itupun masih sampai hari ini.
Hari, minggu, bulan kami latihan terus menerus. Mulai dari pulang sekolah sampai petang, dari pagi sampai siang di hari minggu. Mulai dari latihan di aula sekolah, Gor, rumah Bu Hesty, rumah Nining, dan Karisidenan pun kami lalui. Saat hujan ataupun panas kami tetap latihan.
Setiap hari rasa – rasanya HP tidak pernah berhenti berdering saat sms masuk memberitahukan jadwal latihan untuk keeseokan harinya, dan pemberitahuan tentang beberapa dari kami yang harus membayar denda ataupun membayar biaya kekurangan yang wajib kita bayar. Ini salah satu contoh untuk pemberitahuan jadwal latihan. “Besok jadwal latihan pagelaran. Tari di aula jam 2, musik tempat menyesuaikan jam 2. Tolong on time, terlambat atau nggak ikut latihan ada dendanya :D Tolong berangkat semua karena untuk menggantikan hari Sabtu. Terima kasih”. Ini salah satu contoh pemberitahuan denda, “ Yang belum bayar denda pagelaran ; Ridho 5000, Donny 5000, Rifqi 5000 + 5000, Dimas 5000 +10.000 +15.000, Phita 5000 + 10.000, Antoni 10.000 +15.000, Ninit 10.000, Ardi 15.000, Rini 15.000. #tlong secepatnya dilunasin”. Ya itu dua contoh dari buanyakk sms.
Selain cerita – cerita di atas, ada juga cerita tentang jatuh dari motor karena saling tabrakan. Cerita ini dialami oleh Ana berboncengan dengan Aniisa, dengan Lia berboncengan dengan Mala. Alhamdulillah mereka tidak apa – apa, karena tabrakannya tidak terlalu keras. Ada juga cerita tentang saling menggunjing di antara kami, saling sindir menyindir, saling menyalahkan di antara kami. Bahkan hasilnya, sekarang teman kami ada yang duduk terpisah, dalam artian bertukar pasangan duduk. Ya hanya beberapa dari kami yang tahu pasti penyebabnya. Lelah, jenuh bahkan marah, semua kami alami di sini. Susah, senang, sedih, tawa, haru, benci juga kami rasakan. Tenaga, pikiran dan uang telah kami kucurkan.
Dan saat – saat sudah mendekati hari H latihan kami tingkatkan. Alhasil satu minggu sebelum hari H, banyak dari kami yang akhirnya tumbang. Beberapa dari kami sakit! Menyadari akan hal ini, akhirnya H-3 intensitas latihan mulai diturunkan. Bahkan sehari sebelum gladi bersih kami libur total untuk istirahat. Akhirnya 21 Desember 2013, Culture Project dilaksanakan. Kami tampil di urutan kedua, kami mulai bersiap – siap pukul 05.00. Akhirnya kami pun tampil. Dimulai dari tari opening, drama, dan terakhir tari closing yang diiringi dengan musik. Dan akhirnya pagelaran seni dengan judul cerita ‘Budaya Selamatkan Bangsa’ sudah kami tampilkan. Alhamdulillah alhamdulillah alhamdulillah, rasanya semua beban telah terangkat dari pundak kami. Senyum sumringah kelegaan terpancar dari wajah kami.
 Itulah sedikit cerita dari saya tentang pagelaran seni. Terima kasih untuk teman – teman kelas XII IPA 2, dan terima kasih juga untuk Pak Saiful tentunya. Pengalaman dan pastinya kenangan yang tak akan pernah kami lupakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarmu berguna bagiku......

Powered By Blogger

Ayo Gabung di Sini !!

Arsip Blog