Senin, 06 Januari 2014

Bagaimana Menulis Kata Dialek Pekalongan



Bagaimana Menulis Kata Dialek Pekalongan?



Waroeng Megono (WM), mengapa terkesan bukan Pekalongan asli, melainkan seperti Tegal/Pemalang?

Sehubungan hal tersebut, saya berterima kasih atas masukannya, dan menanggapinya sebagai berikut: Selama ini bahasa/dialek Pekalongan merupakan bahasa ujar atau bahasa lisan, tidak pernah didokumentasikan secara tertulis. Dengan demikian, belum ada ketentuan bagaimana menuliskan kata-kata dalam dialek Pekalongan.

Ketika saya menulis kolom Waroeng Megono, terus terang memang terdapat kesulitan untuk menuliskan kata-kata yang selama ini hanya diucapkan. Kata seperti ”kotomonoho”, jelas menggunakan huruf o. Namun untuk loro, terdapat perbedaan makna, antara loro (dua) dengan loro (sakit) dengan o yang bunyinya seperti ”popok”. Maka untuk bunyi o seperti pada popok, saya ragu, haruskah menggunakan huruf o, atau mengikuti kaidah bahasa Jawa pada umumnya, yakni dengan huruf a. Tengoklah kata padha, lunga, sega, pada bahasa Jawa baku, lafalnya sama dengak popok. Jadi tidak dituliskan podho, lungo, sego.

Semula, memang saya menggunakan huruf o untuk menuliskan podho, ketento. Namun mengingat dialek Pekalongan itu berakar dari bahasa Jawa, maka saya menggantinya dengan huruf a, misalnya ”padha lunga tuku sega megana” (diucapkan seperti huruf o pada popok, keplok, lombok, dsb).

Ketika saya tuliskan dengan kaidah bahasa Jawa tersebut, rupanya dibaca sebagai ”a”, sehingga menjadi seperti dialek Tegal atau Pemalang maupun Banyumas. Jadi sesungguhnya bahasa yang digunakan dalam Kolom Waroeng Megono, adalah dialek Pekalongan, namun penulisannya menurut kaidah bahasa Jawa.

DIALEK PEKALONGAN



Bahasa Jawa Pekalongan atau Dialek Pekalongan adalah salah satu dari dialek-dialek Bahasa Jawa yang dituturkan di pesisir utara tanah Jawa, yaitu daerah Jawa Tengah terutama di Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan. Dialek Pekalongan termasuk bahasa "antara" yang dipergunakan antara daerah Tegal (bagian barat), Weleri (bagian timur), dan daerah Pegunungan Kendeng (bagian selatan).
Dialek Pekalongan termasuk dialek Bahasa Jawa yang "sederhana" namun "komunikatif". Meskipun ada di Jawa Tengah, dialek Pekalongan berbeda dengan daerah pesisir Jawa lainnya, contohnya Tegal, Weleri/Kendal, dan Semarang. Namun oleh orang Jogya atau Solo, dialek itu termasuk kasar dan sulit dimengerti, sementara oleh orang Tegal dianggap termasuk dialek yang sederajat namun juga sulit dimengerti.
Daftar isi
Sejarah
Pada abad ke-15 hingga abad ke-17, Pekalongan termasuk daerah Kesultanan Mataram. Awalnya dialek Pekalongan tak berbeda dengan bahasa yang dipergunakan di daerah Kesultanan Mataram. Namun seterusnya ada zaman di mana bahasa-bahasa Jawa terutama dialek Pekalongan mulai terlihat berbeda karena asimilasi dengan budaya lain. Dialek Pekalongan baku zaman itu tadi sudah tak digunakan lagi pada dialek Pekalongan zaman sekarang.
Zaman sekarang banyak orang Pekalongan yang bekerja menjadi juragan Batik, tenun, dan tekstil, dan tetap menggunakan dialek tersebut yang mudah dimengerti orang Pekalongan sendiri. Adanya para juragan, pedagang juga para nelayan di daerah kota dan pinggiran Pekalongan, mewujudkan tersebarnya dialek ini.
Ciri khas
Meskipun dialek Pekalongan banyak menggunakan kosakata yang sama dengan Dialek Tegal, misalnya: bae, nyong, manjing, kaya kuwe, namun pengucapannya tak begitu "kental" melainkan lebih "datar" dalam pengucapannya.
Ada lagi perbedaan lainnya, contohnya menggunakan pengucapan: ri, ra, po'o, ha'ah pok, lha, ye.
Demikian pula adanya istilah yang khas, seperti: Kokuwe artinya "sepertimu", Tak nDangka'i artinya "aku kira", Jebhul no'o artinya "ternyata", Lha mbuh artinya "tidak tau", Ora dermoho artinya "tak sengaja", Wegah ah artinya "tak mau", Nghang priye artinya "bagaimana", Di Bya bae ra artinya "dihadapi saja", dan masih banyak lainnya.
Contoh kalimat
Dialek kota
Di bawah ini adalah contoh dialek yang digunakan di Kota Pekalongan. Eratnya budaya orang Pekalongan dengan budaya Arab dan Tionghoa menambah kosakata dan dialek di Pekalongan. Biasanya, para keturunan Tionghoa di Pekalongan juga berbicara dialek Pekalongan yang bercampur dengan bahasa Indonesia.
Dialek Pekalongan:
Lha kowe pak ring ndi si?
Bahasa Indonesia:
Kamu mau ke mana?


Dialek Pekalongan:
Yo wis kokuwe po'o ra
Bahasa Indonesia:
Ya sudah begitupun tak apa


Dialek Pekalongan:
Tak ndangka'i lanang jebulno'o wadhok
Bahasa Indonesia:
Aku kira lelaki ternyata perempuan


Dialek Pekalongan:
Wallahi temenan po'o nyong ra ngapusi, yakin (pengaruh bahasa Arab)
Bahasa Indonesia:
Demi Allah aku tak berdusta, yakin


Dialek Pekalongan:
Ya Allah, ke ra mosok ra percoyo si (pengaruh bahasa Arab)
Bahasa Indonesia:
Ya Allah, mengapa tak percaya sekali

Dialek Pekalongan:
Lha tadi sudah tak bilangke tapi ndak ngerti yo wis (pengaruh bahasa Tionghoa)

Bahasa Indonesia:
Tadi sudah kukatakan namun tak mengerti ya sudahlah




Dialek Pekalongan:
mbok diambilke (pengaruh bahasa Tionghoa)

Bahasa Indonesia:
Tolong ambilkan

Dialek luar kota
Penggunaan dialek Pekalonga di daerah agak pinggir dari daerah kota, ada perbedaan sedikit pada pengucapannya. Banyak huruf vokal dan konsonan yang diucapkan agak "kental", umumnya dengan penambahan huruf "h" dalam pengucapannya. Bentuk dialek ini dipergunakan di daerah Batang (di bagian timur), Pemalang/Wiradesa (di bagian barat), serta Bandar/Kajen (di bagian selatan).
Contoh:
Kata banyu (air) diucapkan benhyu
Kata Iwan (nama) diucapkan I-whan
Kata bali (pulang) diucapkan bhelhi
"Brahim" (nama: Ibrahim) diucapkan Brehiim
Contoh kalimat:
Wis ho, nyong pak bhelhi ndikik (Sudah ya, aku akan pulang dahulu)
Penggunaan
Dialek Pekalongan asli dapat terlihat penggunaannya di pasar-pasar kota dan kabupaten Pekalongan, sedangkan penggunaan sehari-hari telah bercampur dengan dialek daerah lain dan bahasa Indonesia. Umumnya Bahasa Pekalongan lebih dikenal sebagai bahasa lisan, namun Harian Suara Merdeka memiliki kolom tulisan berbahasa Pekalongan yang dimuat secara mingguan di edisi Suara Pantura, dengan tajuk berjudul Warung Megono.[rujukan?]

AKU dan SMAGA by ERINTA XI.IPS.3



Aku bersekolah di SMA Negeri 3 Pekalongan. Sekolahnya tidak terlalu besar namun sangat nyaman bagiku. Selain udaranya yang sejuk karena banyak pepohonan, lingkungan sekolah juga dapat dikatan lumayan bersih dan rapi. Struktur bangunannya sederhana tapi bagus. seluruh siswa diajarkan mengenal lingkungan sekolahku dengan adanya sistem moving class atau perpindahan kelas setiap jam pelajaran. Memang sih kadang capek dan banyak barang yang hilang atau ketinggalan, tapi itu tidak menghalangi  anak-anak untuk tetap beraktivitas.
Sekolahku terletak di Jalan Progo No.28 Pekalongan. Dulunya sekolahku terkenal dengan sebutan SPG (Sekolah Pendidikan Guru). Dari depan bangunan sekolahku berwarna cokelat namun gedung baru yang baru saja selesai dibangun berwarna biru. Di depan terdapat pos satpan dan pintu gerbang. Parkir para bapak dan ibu guru pun berada di depan. Setelah memasuki gerbang kita akan mendapati Ruang Perpustakaan dan terdapat Lab PAI di sebelahnya. Setelah itu bila diurutkan dari Lab PAI akan terdapati ruang 9 sampai ruang 14. Dibelakang ruang 14 ada kebun kecil hijau asri yang terdapat di depan taman baca dan lab TIK. Di sebelah lab TIK ada Lab Kimia dan diatasnya ada lab Biologi. Di sebelah lab Kimia terdapat Ruang Aula yang mempunyai banyak fungsi ketika sekolahku mempunyai event atau acara. Di sebelah aula terdapat Mako atau markasnya anak pastiga yang diatasnya ada lab Fisika. Di sebelah mako ada Ruang Batik dan Ruang Musik yang dibelakangnya terdapat toilet untuk laki-laki dan wanita. Di depan ruang musik ada koperasi yang menjual banyak keperluan siswa dan diikuti dengan deretan kantin2 tempat siswa jajan dan makan. Lalu disebelahnya lagi ada sanggar untuk anak DA dan mabes atau markasnya anak osis dan Ruang Olahraga. Ada lorong kecil setelah ruang olahraga yang membawa ke masjid. Di dekat masjid ada pintu kecil yang dapat digunakan sebagai akses ke ruang BK. Lalu dari ruang BK terdapat ruang 5 dan ruang 6 yang diikuti dengan gedung baru. Di sisi depannya ada ruang guru, ruang Tu dan ruang kepala sekolah yang diikuti ruang 4 sampai ruang 1.
Lapangan sekolahku berada di tengah semua ruangan dan bagian yang ada di smaga. Lapangan voli berada di belakang lab TIK. Anak-anak biasanya banyak yang mengisi jam kosong dengan duduk-duduk di pojok lapangan. Bergerombol dan sesekali melakukan permainan. Lapangan yang berada di tengah sekolahku biasanya digunakan untuk kegiatan upacara, basket, tenis, olahraga, dan berbagai event sekolahku. Sementara itu lab Bahasa, Ruang PSB dan Ruang 16 terletak di belakang deretan ruang 10 sampai ruang 14. Itulah sedikit tentang sekolahku. Terimakasih.

Erinta Maulida
XI IPS 3
10
Powered By Blogger

Ayo Gabung di Sini !!

Arsip Blog